Kopi TIMES

Pengenalan Infografis, Langkah Sederhana Tangkal Hoax dan Radikalisme

Senin, 19 Agustus 2019 - 23:29 | 146.96k
Zulfikar W. Fattah.
Zulfikar W. Fattah.

TIMESINDONESIA, MALANG – Pada era digital ini hidup kita akan terasa lebih mudah. Melalui bantuan teknologi hidup kita menjadi semakin efisien dan bahkan menjadi serba praktis. Mulai dari yang sedang hits saat ini adalah berbelanja online, kita tidak perlu membuang waktu dan tenaga untuk pergi ke mall, supermarket dan toko. Cukup menekan layar smartphone, barang akan sampai selang beberapa waktu.

Hal inilah yang dinamakan dengan era Revolusi Industri 4.0 atau yang lebih dikenal dengan era digital. Namun di balik kemudahan itu terdapat dampak negatif yang mengikuti. Dampak negatif yang ditimbulkan oleh era digital juga beragam, antara lain menurunnya moralitas bangsa akibat tidak adanya filter dan batasan usia terhadap konten di media sosial, penyebaran berita bohong atau hoax, gerakan-gerakan radikal juga tumbuh subur akibat akses komunikasi yang tak terbatas.

Hoax dan radikalisme muncul di tengah berkembangnya teknologi informasi dan digerakkan melalui arus globalisasi. Hoax dan radikalisme dengan mudah masuk ke ruang-ruang komunikasi masyarakat Indonesia dengan leluasa. Bahaya radikalisme dan hoax yang semakin menjangkiti masyarakat kita mulai mengkhawatirkan keutuhan kehidupan berbangsa. Hal ini terbukti dengan merebaknya berita hoax yang beredar luas di media sosial yang menimbulkan sikap radikal. Berita hoax yang tersebar dapat kita temui dengan mudah pada grup chat WhatsApp, Twitter, Facebook, Instagram dan lainnya. 

Kini berita dan informasi yang beredar di masyarakat sulit ditemui kebenarannya bila tidak ditelaah mendalam. Karena semua orang bisa memuat informasi dan menyebarkannya secara langsung dengan media sosialnya masing-masing. Kemudahan masyarakat dalam mengakses media sosial berbanding lurus dengan maraknya penyebaran berita hoax. Semakin mudah media sosial diakses, semakin mudah juga berita hoax

tersebar. Karena berita hoax dibuat oleh orang yang tidak bertanggung jawab dan disebarkan melalui media sosial mereka. 
Hoax sendiri merupakan berita bohong, yang tidak benar, belum tentu benar dan dibuat untuk mempengaruhi pembaca agar percaya tentang suatu informasi tersebut dengan tujuan untuk menjatuhkan seseorang, membuat pandangan buruk pada suatu hal ataupun tujuan buruk lainnya.

Ada beberapa motif dalam pembentukan sebuah berita hoax, yaitu ideologis/politis dan ekonomis. Motif ideologis/politis menjadi dasar pembuatan berita hoax karena perbedaan ideologi ataupun pandangan politik. Sementara motif ekonomis menjadi dasar pembuatan berita hoax karena pembuatnya mendapat keuntungan media sosialnya dikunjungi banyak user dan mendapat ‘sponsor’, iklan/endorsemen dan lain sebagainya.

Padahal jika ditelusuri berita hoax tersebut asal muasalnya tidak jelas dan tidak bisa dibuktikan sumber kebenarannya.
Karakter masyarakat yang mudah percaya tanpa melakukan kroscek terhadap informasi yang beredar membuat hoax semakin mudah dikonsumsi oleh masyarakat. Terlebih ada sebagian masyarakat yang senang terhadap persoalan kekerasan, drama, intrik, politik dan kekuasaan menjadi target empuk penyebaran berita hoax.

Sedangkan radikalisme akan semakin berkembang juga seiring dengan mudahnya hoax dikonsumsi masyarakat Indonesia. Beberapa ciri sikap radikalisme yang perlu kita ketahui, antara lain yang pertama intoleran atau tidak menghargai pendapat atau keyakinan orang lain, kedua adalah fanatik atau merasa benar sendiri dan mudah menganggap orang lain salah, yang ketiga adalah eksklusif atau membedakan diri dengan orang pada umumnya dan yang terakhir adalah cenderung menggunakan kekerasan dalam mencapai tujuannya.  

Generasi muda pada saat ini sangat rentan terpengaruh terhadap ajakan-ajakan terhadap gerakan radikal melalui media sosial maupun ajakan secara langsung. Karena itu penting untuk melindungi generasi muda terhadap ajakan-ajakan gerakan radikal. Munculnya radikalisme dapat dilatarbelakangi oleh beberapa hal, antara lain perbedaan pandangan, krisis ekonomi, ketidakadilan yang merajalela, korupsi bahkan kesenjangan kemiskinan. Beberapa latar belakang tersebut menjadi penyebab radikalisme muncul.

Disamping berita hoax dan radikalisme yang menjamur di era digital, faktor lain yang menyebabkan hal tersebut mudah menyebar karena tingkat literasi masyarakat indonesia yang rendah. Sebagian masyarakat Indonesia masih belum sadar akan pentingnya membaca dan menelaah sumber bacaan, akibatnya banyak masyarakat juga kesulitan untuk memahami isi berita yang berbentuk tulisan yang begitu massif jumlahnya.

Hoax juga akan menyebar dengan mudah dan kemudian bermetamorfosis menjadi sebuah gerakan yang radikal karena masyarakat yang tidak kritis dalam memahami berita yang beredar. 

Langkah menangkal hoax salah satunya melalui infografis. Infografis berfungsi sebagai media untuk meringkas berita atau informasi dalam selembar pamflet yang berisi data, ini memudahkan pembaca terutama bagi orang yang malas membaca. Dengan menggunakan infografis, masyarakat akan dipermudah dalam memahami sebuah informasi yang disampaikan dalam sebuah berita. Infografis menyuguhkan berita yang sederhana, lugas dan informatif dengan bahasa yang tegas. Infografis diisi dengan konten yang positif dengan bantuan diagram, tabel maupun gambar untuk membantu pembaca memahami informasi tersebut.

Membuat infografis memerlukan beberapa tahap diantara lain adalah mencari informasi yang akan dibuat, mencari sumber informasi yang valid, mencari gambar untuk menambah jelas informasi yang dibuat, kemudian di tahap akhir membuat infografis dengan software maupun aplikasi. Ada beberapa software yang tersedia untuk membuat infografis. Antara lain adalah photoshop/coreldraw, bahkan kita bisa membuat infografis melalui handphone melalui aplikasi canva, aplikasi tersebut lebih mudah digunakan karena template infografis sudah tersedia didalamnya.

Konten infografis dapat disi dengan berbagai informasi seperti budaya, kesenian, sejarah, kehidupan sosial dan lainnya sesuai dengan bidang sang pembuat infografis tersebut.

Kembali lagi pada konteks hoax dan radikalisme harus segera ditangani oleh semua pihak agar tidak memecah belah persatuan bangsa Indonesia. Banyak pendekatan agar masalah tersebut dapat di redam, antara lain melalui pendekatan kelembagaan, pendekatan teknologi dan pendekatan literasi.

Pendekatan kelembagaan dapat dilakukan oleh pemerintah atau kampus melalui sosialisasi tentang bahaya hoax dan radikalisme lewat lembaga-lembaga terkait. Kedua adalah pendekatan teknologi yang bisa dilakukan untuk meminimalisir hoax dengan aplikasi ataupun lembaga independen yang bertugas untuk memfilter berita hoax dan mensosialisasikan pentingnya bersikap bijak dalam menggunakan media sosial. Ketiga adalah pendeketan literasi dengan mengedukasi masyarakat mengenai pentingnya membaca, memberikan informasi positif seperti sejarah bangsa, seni, budaya dan memahami informasi yang tersebar dengan krtitis dan bijaksana. 

Langkah untuk meminimalisir informasi hoax dan dampak negatif radikalisme tersebut salah satunya pernah dilakukan oleh Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan, Universitas Negeri Malang (UM) dengan melakukan langkah nyata berupa pelatihan pembuatan infografis kepada masyarakat. Infografis dinilai cocok untuk mengatasi rendahnya minat baca masyarakat Indonesia pada saat ini. Melalui tema “Pelatihan Pembuatan Infografis Berbasis Wawasan Kebangsaan PNBP Pengabdian Kepada Masyarakat”, tim dosen Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan yang beranggotakan Abd. Mu’id Aris Shofa dan Mifdal Zusron Alfaqi mengadakan kegiatan ini di Gubuk Baca Lentera Negeri (GBLN) Desa Sukolilo, Kecamatan Jabung, Kabupaten Malang, Selasa (6/8/2019).

Pada kegiatan ini saya turut hadir sebagai peserta, saya merasakan betul bagaimana infografis bisa mempermudah pembaca untuk membaca isi artikel berita. Langkah memberikan materi informatif tentang wawasan kebangsaan kepada masyarakat diharapkan dapat meminimalisir gerakan radikal yang sedang terjadi dewasa ini, terlebih dengan memberikan pelatihan pembuatan infografis yang akan membuat peserta kegiatan tersebut mampu membuat berita dengan bentuk yang sederhana dan mengalihwahanakan dalam bentuk pamflet.

Kegiatan ini mendapat respon positif dan hal tersebut merupakan sebuah kesempatan langka yang ternyata dapat dimanfaatkan dengan baik oleh 30 peserta lain yang juga hadir, terdiri dari warga sekitar dan anggota komunitas GBLN.

Melalui kegiatan semacam ini peserta diberikan wawasan kebangsaan sebagai landasan dan pelatihan pembuatan infografis yang diharapkan akan menghasilkan output bagi para peserta yang tergabung dalam berbagai komunitas tersebut bisa membuat infografis berdasarkan bidang mereka masing-masing untuk mengatasi minimnya minat baca masyarakat dengan memasukkan konten-konten positif.

Kegiatan-kegiatan semacam itu harusnya bisa di aplikasikan oleh masyarakat kita agar masyarakat kita sadar akan bahaya dari penyebaran berita hoax dan radikalisme yang semakin genting menghantui persatuan bangsa Indonesia.

Memang pada hakekatnya kampus harus turun ke kampung-kampung untuk membagikan ilmunya kepada masyarakat umum supaya ilmu pengetahuan tidak menjadi eksklusif.

*) Penulis, Zulfikar W. Fattah, Mahasiswa Pascasarjana Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Universitas Negeri Malang angkatan 2017.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES