Kopi TIMES Universitas Islam Malang

Generasi Baru; Pesan Kepada Mahasiswa Baru

Kamis, 15 Agustus 2019 - 10:39 | 87.83k
Akhmad, Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI)
Akhmad, Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI)
FOKUS

Universitas Islam Malang

TIMESINDONESIA, MALANGAPAKAH mahasiswa hari ini masih seperti halnya pada tahun 1930-an surve memperoleh dilakukan  oleh mahasiswa yang belajar pada RHS dan GHS di Jakarta dalam kajian Soe Hok Gie (CSD 2011;6),  Penyelidikan ini menunjukkan bahwa dari 300 mahasiswa tidak memiliki buku-buku pelajaran dibutuhkan oleh studi mereka. Hal ini akan menjadi pesan para mahasiswa baru dan para senior organisasi dan kampus perlu ada pendataan seperti ini.

Wajah-wajah baru mewarnai kota pendidikan kita. Kampus-kampus di Malang akan ramai dengan mahasiswa, menimba ilmu tujuan utama. Datang dari penjuru kota bahkan ada yang dari luar Indonesia akan mengisi kampus-kampus yang ada di Malang. Pada (13/08/2019) Malang, Universitas Brawijaya (UB) dibuka pengenalan mahasiswa baru, kampus lain seperti akan menyusul.

Ketika melihat wajah baru banyak di depan pintu masu, akan lebih sering ke dapan ini, karena setiap kampus akan melakukan hal yang sama pengenalan kampus. Keramaian akan segera dirasakan kembali di Kota Malang yang dikenal dengan kota pendidikan, hal itu wajar ketika memiliki sebutan kota pendidikan, karena sangat dekat kampus-kampus di kota ini. Terbukti jika kota memiliki julukan kota pendidikan, melihat data yang dirilis oleh akun laman Ngalamedialab pada tahu 2016 menyebutkan jika kota Malang memiliki kurang lebih 62 Kampus swasta maupun negeri. Data tersebut memang pantas menyandang sebutan Kota Malang, kota pendidikan.

Mahasiswa, sebelum masuk ke dunia Kampus atau dikenal dengan melangkah ke jenjang lebih tinggi, masih disebut siswa. Mereka mengalami proses transisi, hal palig sederhana yang dapat dietik pada saat menjadi siswa biasanya guru mencari murid dan selalu mendidik. Kini tiba saatnya dalam proses belajar kita yang kebanyakan lebih butuh pada guru (dosen).

Dari segi cara pandang pun memiliki pembeda, jika siswa diajarkan dari konkrit ke abstrak,  kini tiba dari abstrak ke konkrit. Hal itu pembeda paling sederhana selain ditemukan sendiri, bahwa nanti Kampus akan menjadi seperti apa?, menjadi wadah yang akan membawa dirinya atau hanya dirinya yang mengutit di belakang, berharap dirinya bisa besar karena kampus sudah mentereng dengan fasilitas yang ada, dan andalannya Kampus sebagai wadah paling istimewa. Dan berpikir "biar saja saya besar gara-gara Kampus". Hal itu menjadi mainsed kacau, kesalahan fatal kala semua masih berada dikeadaan seperti itu. Dan, seharusnya memiliki mental motivasi yang sekiranya dirinya membawa kampusnya.

“sepeti halnya madu dihasilkan oleh tawon, bukan madu datang sendiri dan membentuk lumbungnya, kampus istilah lumbung, mahasiswa tawonnya”

Biasanya wajah-wajah baru itu akan menjadi objek senior mahasiswa, banyak oknum berkepentingan melakukan doktrinisasi banyak hal memanfaatkan kepolosan mahasiswa. Dengan mencuci otak Mahasiswa Baru (Maba), sebagaimana nanti bisa menjadi orang yang diandalakan, tepatnya para organisasi kampus, teruntuk organisasi ekstra (di luar kampus). Akan berlomba-lomba masuk ke kampus-kampus, untuk merebut kader (sebagai regenerasi suatu organisasi). Mengapa berlomba menguasai kampus, karena hal itu bentuk keberadaan organisasi, membuka pengenalan dengan eksis dalam kampus sebagai golongan yang paling benar. Tentu semua organisasi benar terkecuali yang melanggar norma agama, Negara, dan Kampus.

Mahasiswa yang lebih dulu di kampus, berdiri bergerombol di depan pintu gerbang dan pintu keluar dengan bendera yang berkibar beranekaragam. Mahasiswa tersebut disebut senior. Mencoba mengambil perhatian Maba, untuk bisa menggait masa menjadi kader di organisasinya, mengajak untuk masuk pada satu organisasi sebagaimana nanti bisa mencipta kader-kader yang akan menjadi regenerasi.

Bersyukur ketika senior organisasi akan membawa pada ranah postif dibenturkan dengan kepentingan yang susuai kebutuhan Mahasiswa baru, seperti memperhatikan buku bacaannya. Dalam realitas sedikit senior menemukan doktrinisasi senior yang seperti itu. Terkadang hanya banyak berbentrokan merebut kaderisasi di depan Kampus. Dengan kibaran bendera begitu besar bahkan adu besar, semoga saja mereka memang betul dan serius ketika mendapatkan kader mengayomi sebagai mana regenerasi militansinya tidak bermental fanatisme.

Para siswa adek tingkat akhir-akhir ini yang akan mengisi ruang kampus, yang siswi menjadi mahasiswi dan yang siswa menjadi mahasiswa. Dan pertanyaannya, apakah itu akan menjadi penerus, atau  penebus. Penerus bukan menuntut berada disebuah organisasi, namun organisasi sebagai pelabuhan yang akan berlaju di atas air dan sadar untuk menjadikan dirinya sebagai mahasiswa bebas yang kreatif. Apa malah sebaliknya hanya menjadi mahasiswa yang dipertanyakan keahlian dirinya.

Dalam berorganisasi tentu memiliki orientasi, sebagaimana hal tersebut memiliki pertumpuhan pada keahlian yang bisa dikembangkan disebuah organisasi, bukan hanya mempelajari politik, apalagi politik praktis yang mendokrinisasi diselenggarakan di kampus. Organisasi sebagai wadah menuangkan ide yang akan menjadikan dirinya akan memahami kemampuan dirinya dan memberikan sebuah konribusi kepada dirinya atau kepada orang lain yaitu berorganisasi terkadang itu dilupakan.

Fungsi manusia yaitu bisa bermanfaat, namun hakikat manusia bebas, organisasi bukan sebuah keharusan dan jadilah manusia bebas, entah mau menjadi manusia yang mengkritik atau tidak, hal itu menjadi pilihan karena kita ini manusia bebas, namun kebebasan yang sebagaimana Kal Marx harapkan, kebebasan yang kreatif bisa dirasakan oleh kehidupan.

Dalam organisasi biasanya tidak lepas menemukan politik. Tapi politik dalam berorganisasi tidak perlu dipelajari karena dengan sendiirinya akan memahami, yang menjadi PR aktivis yang sudah lebih dulu bertengger di organisasi mampu dan bisa memfasilitasi keseimbangan dalam proses belajar dan proses organisasi bisa maksimal, dengan adanya wadah tersebut. Contoh akademis dan organisatoris bisa berimbang, kognitif dan psikomotorik. Dan mahasiwa senior yang lebih dulu berorganisasi, membuat kaderisasi bukan hanya bisa qola tapi juga harus bisa makalah  dalam bahasa Indonesianya bukan hanya bisa ‘bicara’ tapi juga harus bisa ‘menyusun kata’.

Karena al-marhum Gus Dur mengatakan dalam tradisi di Indonesia tingkat manusia itu ada tiga, tradisi oral, tradisi mendengar, dan tradisi menulis. Ketiga komponen ini menjadi kritikan kepada kita semua yang hanya bisa bicara namun tidak bisa merekam pembicaraan kita dengan tradisi tulis, yang memang sangat sedikit orang Indonesia melakukan tradisi tersebut. Kesadaran itu yang harus diberikan kepada adik-adik bukan hanya dkrinisasi mengenai hal perubuhan yang terkadang masih abstrak dengan perubahan dirinya.

Dalam organisasi kampus internal maupun eksternal bagiku cara paling efektif dalam membentuk kader, yaitu dengan cara memberikan fasilitas bacaan, buku bacaan wajib yang bisa dibaca dan menjadi dasar dan itu menjadi sifat wajib dalam berorganisasi, agar kuantitas tidak hanya menjadi timbunan yang hanya menyemitkan. Tujuan kuatitas utama itu harus dihapus. Senior perlu memberikan fasilitas buku yang diberikan tersebut berupa buku yang sekiranya itu akan menjadi dasar mereka yang akan berorganisasi.

Organisasi bukan hanya menciptakan cara nalar ego pada diri mahasiswa. Lahirnya eksistensi tidak lepas dari esensi. Esensi akan terletak dalam diri mahasisawa dan eksitensi dalam praktik kemanusiaan, teologi, dan alam. Buku sebagai bacaan mengenalkan pada dirnya bahwa membaca akan membuka kita cara pandang dan bisa memperluas pengalaman, mempertajam pengetahauan, dan memperhalus perasaan. Dengan modal seperti modal mahasiswa berorganisasi bukan hanya orientasi bukan hanya prestasi digapai namun memperhatikan nilai kemanusian.

Ketika hal tersebut bisa diterapkan dalam organ-organ kampus dan organisasi ekstra. Bukan hanya organ tersebut yang wangi, namun kampus akan terjepret wanginya, dan hal itu juga akan memiliki dampak terhadap Negara kita, sesuai dengan apa yang telah dilontarkan oleh bapak presiden ke-IV kita Kh. Abdurrohaman Wahid atau dikenal dengan sebutan (Gus Dur). Bahwa tradisi tidak hanya oral, mendengarkan, tapi menulis, ketika diartikan hal itu memiliki arti satir kalau menulis bentuk praktik manusia yang paling sulit ketika bicara saja, mendengarkan saja, itu manusia bisa dan bahkan mudah. Namun dalam praktik itu manusia susah. Dan analogi dari menulis tersebut sangat sulit, karena kalau kita tahu menulis sebuah kreatifitas yang perlu latihan, butuh pengetahuan dan lalu menuliskan. Samahalnya dengan hidup butuh perencanaan, butuh ide, dan melakukan (tindakan).

Mahasiswa yang baik bukan dilihat dari organiisasinya, namun bagaimana membawa organisasi tersebut dengan kemampuan dirinya, bukan hanya bisa bertengger dan membuntut pada organisasi, karena organisasi itu ibarat lumbung dan manusia hidup di dalamnya, ibarat tawon, ketika lumbung ingin menghasilkan karya seperti madu yang baik, tawon perlu keluar dari lumbung, hanya dengan seperti itu tercipta. Madu dihasilkan dari proses yang sangat keras, berangkat sebelum matahari terbit untuk menemukan sari-sari bunga yang masih segar karena setelah matahari terbit sari-sari bunga sudah tidak ada. Filosofi tawon menghasilkan madu yang menjadi acuan mahasiswa berorganisasi, bukan  organanisasi yang hanya ambisi tapi belum tentu mendapatkan karya madu yang alami.

Selamat datang mahasiswa baru di Universitas Islam Malang.***

 

Akhmad, Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI), belajar menulis di Lembaga Pers Mahasiswa Fenomena (LPM Fenomena), dan Geriliya Literasi, Universitas Islam Malang (UNISMA) 

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : AJP-5 Editor Team
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES