Kopi TIMES Universitas Islam Malang

Surat Pembuka Teruntuk Mahasiswa Baru

Sabtu, 10 Agustus 2019 - 16:14 | 150.22k
Abel Farochi, Wakil Presiden Mahasiswa (Wakil Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa) Univeristas Islam Malang. Aktivis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Komisariat UNISMA. (Grafis: Dena/TIMES Indonesia)
Abel Farochi, Wakil Presiden Mahasiswa (Wakil Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa) Univeristas Islam Malang. Aktivis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Komisariat UNISMA. (Grafis: Dena/TIMES Indonesia)
FOKUS

Universitas Islam Malang

TIMESINDONESIA, MALANGSURAT ini ditulis untuk memberikan gambaran kepada sahabat-sahabat baruku yang akan memasuki dunia Perkuliahan. Sebelumnya kami ucapkan selamat kepada kalian yang sebentar lagi akan melaksanakan Masa Orientasi Mahasiswa baru dan resmi menjadi mahasiswa, disaat itu pula orang akan memberikan pandangan yang berbeda terhadap kalian, kalian akan dipandang sebagai orang yang berpendidikan, orang yang mempunyai pengetahuan yang luas, orang yang memberikan suatu pencerahan terhadap segala permasalahan yang ada.

Dan disaat itu lah kalian merasa sebagai orang yang menempati posisi strata sosial tertinggi ketika pulang dan berkumpul dengan masyarakat ,apalagi ketika berkumpul dengan teman seangkatan kalian yang mungkin tidak seberuntung kalian karena tidak bisa melanjutkan jenjang pendidikannya.

Saya pribadi kadang bahagia sekaligus sedih melihat ritual rutinitas orientasi mahasiswa baru. Bahagia karena kami melihat ribuan mahasiswa yang berkumpul dalam suatu ruangan berteriak berbincang dengan teman yang baru mereka kenal menunjukan mimik wajah bahagia, disaat itu pula kami melihat banyak mata yang mempunyai impian-impian besar, berharap dari sinilah ia akan memulai langkah baru untuk menggapai  impian-impian besar itu.

Sedih karena kami takut angkatan baru tak ubahnya seperti angkatan sebelum-sebelumnya yang bersemangat di awal saja, bahkan tak jarang dari mereka berputus asa dan menarik jangkar dari dunia perkuliahan.

Banyak mahasiswa yang sampai sekarangpun tak mengerti perbedaan antara dirinya dengan siswa, ruang-ruang kelas yang seharusnya menjadi ruang yang ramai dengan perdebatan, ruang untuk menaruh gagasan yang konservative, ruang untuk menguji fikiran teman sekelas atau bahkan untuk menguji kesaktian dosen, kini menjadi ruang berdoa yang dimana mahasiswa selalu mengamini segala ucap dari dosen, kelas kini tak seramai terdahulu, semua senyap sepi sampai beberapa dosenpun kehabisan cara untuk mengaktifkan nalar kritis mahasiswa, bahkan tak jarang beberapa mahasiswa mempunyai slogan sakti yang sama saktinya dengan Pancasila “Duduk, Pulang, Lupakan”.

Hanya kantin dan parkiran yang tersisa dari keramaian mahasiswa, parkiran yang menjadi tempat baris-berbaris kendaraan asing seolah menjadi syarat gugurnya kewajiban untuk kuliah, kantin yang ramai dengan obrolan-obrolan make-up kekinian sampai-sampai mereka bingung harus memakai gincu yang mana untuk hanya sekedar memasuki kelas dan menjadi pusat pandang, tak jarang diantara mereka yang sibuk memiringkan smartphone nya memainkan game trandy dengan alasan kita harus mengikuti perkembangan zaman, bahkan sampai berbicara menggunakan bahasa-bahasa yang tak kami mengerti AFK, BUFF, Noob, Chiken Dinner dan banyak lagi.

Mahasiswa perlahan sudah mulai lupa dengan apa yang menjadi kewajiban dan tanggung jawabnya, Tridharma Perguruan Tinggi yang menjadi alasan mahasiswa untuk bergerak dan selalu responsif terhadap problematika bangsa, kini hanya menjadi teks usang yang tertera pada Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. Padahal mahasiswa disebut-sebut sebagai ujung tombak kemajuan peradaban bangsa, gelar-gelar sebagai agen perubahan, agen kontrol sosial yang di sanding lekatkan kepada mahasiswa tidak terlepas dari sejarah peradaban bangsa, pemuda ataupun mahasiswa selalu ikut andil dalam segala momentum yang merubah nasib bangsa, tak jarang gerakan-gerakan mahasiswa menjadi cikal-bakal perjuangan nasional.

Organisasi Budi Oetomo adalah organisasi pertama yang didirikan sekumpulan pemuda dan mahasiswa pada tahun 1908, terlepas dari corak primodialisme jawanya organisasi ini menjadi wadah untuk merefleksikan sikap kritis intelektual pemuda sehingga mempunyai tujuan untuk menyelaraskan kemajuan bangsa dan negara, dimulai dari situlah banyak berdiri Organisasi mahasiswa lainnya seperti Indische Vereeninging yang berubah nama menjadi Perhimpunan Indonesia pada tahun 1925 didirikan oleh Mohammad Hatta, Indische Partij, Sarekat Islam, ISDV dll.

Kehadiran oraganisasi-organisasi tersebut menjadi tanda munculnya sebuah angkatan pembaharu yang menjadikan pemuda dan mahasiswa sebagai aktor terdepannya dengan misi untuk menumbuhkan kesadaran kebangsaan dan pentingnya hak-hak kemanusiaan untuk meraih kemerdekaan dan membebaskan diri dari kolonialisme.

Gerakan-gerakan mahasiswa masih berlanjut dari tahun ke tahun dengan momentum besarnya, tahun 1928 dengan momentum Sumpah Pemuda yang dicetuskan melalui kongres pemuda ke II yang dimotori oleh Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia, tahun 1945 dengan Peristiwa Rengasdengklok yang menceritakan kasus gerakan bawah tanah yang di pimpin oleh Choirul Shaleh dan Soekarni  sebagai angkatan muda menculik Bung Karno dan Bung Hatta untuk secepatnya memproklamirkan kemerdekaan.

Berlanjut tahun 1965-1966 yang menjadi akhir Orde Lama di bawah kepemimpinan Presiden Soekarno dan diganti Orde Baru dibawah kepemimpinan Presiden Soeharto, selama 32 tahun kepemimpinan Presiden Soeharto, banyak konfrontasi gerakan mahasiswa sampai pada puncaknya tahun 1998 seluruh elemen mahasiswa sepakat untuk aksi menuntut reformasi dari 12 Mei sampai 21 Mei 1998.

Dari sejarah panjang itulah mahasiswa digadang-gadang sebagai ujung tombak kemajuan peradaban suatu bangsa. Mahasiswa selalu berkeyakinan bahwa tidak ada yang abadi kecuali perubahan, seperti sajak yang di tulis oleh Rendra :

Aku tidak melihat alasan
Kenapa harus diam tertekan dan termangu
Aku ingin secara wajar kita bertukar kabar
Duduk berdebat menyatakan setuju dan tidak setuju
Kenapa ketakutan menjadi tabir pikiran ?
Kekhawatiran telah mencemarkan kehidupan
Ketegangan telah mengganti pergaulan pikiran yang merdeka.

Keinginan akan suatu perubahan akan membuat mahasiswa lebih percaya diri, bahwa mahasiwa bukan sekedar orang yang duduk di bangku perkuliahan untuk mendapatkan gelar. Tapi mahasiswa juga mempunyai tanggung jawab besar untuk menentukan arah peradaban bangsa, dibutuhkan mental dan tekat yang besar, ketrampilan ,kedisiplinan, kepekaan,dan pengetahuan yang luas untuk menjadikan kita sebagai mahasiswa yang sebenarnya, dan itu hanya bisa kita dapatkan didalam organisasi-organisasi pergerakan.

Dalam organisasi pergerakan kita akan mendapatkan seni berpetualang, seni untuk berfikir beda, memupuk mental, menagemen konflik, analisa dan rekayasa sosial dan masih banyak lagi, semua itu berguna untuk membentuk structure of thinks kita, hal-hal semacam itu mungkin tidak akan kita dapatkan di ruang-ruang perkuliahan. Seperti yang dikatakan Philip Brooks :

Suatu hari, dalam tahun-tahun yang akan datang, anda akan bergulat dengan godaan besar, atau gemetar dibawah penderitaan besar kehidupan anda. Akan tetapi perjuangan sesungguhnya adalah disini, sekarang...!!!

Sekarang sedang diputuskan apakah, pada hari penderitaan atau godaan puncak, anda akan gagal secara menyedihkan atau menang dengan gemilang. Karakter tidak akan dibentuk selain dengan proses yang tetap, panjang dan berlanjut terus-menerus.

Selamat Datang Mahasiswa Baru, ku sambut kau sebagai sahabat. (*)

*) Penulis: Abel Farochi: Wakil Presiden Mahasiswa (Wakil Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa) Univeristas Islam Malang. Aktivis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Komisariat Unisma.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : AJP-5 Editor Team
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES