Kopi TIMES Universitas Islam Malang

Ilmu Statis dan Dinamis: Refleksi Hari Anak Nasional

Rabu, 24 Juli 2019 - 15:06 | 71.77k
Muhammad Yunus. Dosen Pendidikan Bahasa Inggris FKIP Unisma. (Grafis: Dena/TIMES Indonesia)
Muhammad Yunus. Dosen Pendidikan Bahasa Inggris FKIP Unisma. (Grafis: Dena/TIMES Indonesia)
FOKUS

Universitas Islam Malang

TIMESINDONESIA, MALANGHari Anak Nasional (HAN) yang jatuh Selasa, 23 Juli 2019 menjadi momentum untuk mempertegas sosok generasi bangsa ini dimasa yang akan datang. Bangsa yang besar adalah bangsa yang berhasil mempersiapkan generasi berikutnya. Karena kesuksesan saat ini tanpa diikuti kesuksesan generasi berikutnya adalah kegagalan, karena kesuksesan itu adalah kesuksesan yang berkesinambungan.

Maka HAN yang konsen memberikan ruang untuk anak-anak kita semua harus dijadikan kebangkitan bersama untuk menata generasi yang ada. Lantas apa yang harus disiapkan untuk membentuk generasi yang lebih baik dari generasi yang ada saat ini.

Al Quran sudah menjelaskan agar mendidik anak-anak kota dengan sebaik-baiknya. Termasuk agar menjaga keluarga kita agar terhindar dari api neraka. Sejatinya mendidik anak kita dalam rangka mempersiapkan anak menjadi seorang hamba yang baik dan menjadi wakil Tuhan dimuka bumi ini. Dalam bahasa saya  maka ada ilmu yang sifatnya statis yang harus dikuasai anak kita sebagai seorang hamba dan ilmu dinamis untuk mempersiapkan anak kita menjadi seorang khalifah fil ardh.

Sebagai seorang hamba maka anak kita harus dibekali ilmu ke-Tuhan-an/ketuahidan dengan baik. Ilmu agama menjadi pondasi pertama dan utama. Sebagai orang tua jangan galau jika anak kita tidak tahu teknologi saat masih kecil, tapi risaulah kalau ilmu agama belum menyentuh anak-anak kita. Ketaatan sebagai seorang hamba menjadi syarat utama agar anak kita sukses dunia dan akhirat. Puncak dari ketaatan sebagai seorang hamba yang dibekali kepada anak kita menjadi orang yang bersyukur dan bersabar dalam mengarungi hidup dan kehidupan ini.

Syukur dan sabar adalah kunci kesuksesan baik untuk hidup dan kehidupannya. Syukur dan sabar adalah mentalitas, karakter yang utama. Banyak orang pinter tapi gagal memahami syukur dan sabar ini berakhir pada pengakhiran hidupnya. Syukur dan sabar kunci menjalani kompetisi yang saat ini begitu tinggi. Dua hal ini wajib diajarkan kepada kita.

Kedua adalah mempersiapkan anak kita menjadi seorang wakil Tuhan di muka bumi. Sebagai seorang wakil maka harus tahu bagaimana mengelola bumi ini dengan baik. Inilah ilmu dinamis yang saya maksud diawal. Dinamis artinya terus berkembang. Pada akhirnya anak kita akan menemukan sendiri bagaimana anak akan menguasai ilmu yang dinamis ini. 

Akhirnya, saya secara pribadi mengajak kepada orang tua,mari mendidik anak kita dengan benar. Dahulukan hal yang statis kemudian yang dinamis. Mantabkan karakter syukur dan sabar kepada anak kita, baru kita arahkan untuk ilmu dunianya srbagai seorang khalifah. Wallahuaklam bissowab. (*)

*) Penulis: Muhammad Yunus. Dosen Pendidikan Bahasa Inggris FKIP Unisma.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : AJP-5 Editor Team
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES