Kopi TIMES Universitas Islam Malang

Ego SARA dan Kemajuan Bangsa

Selasa, 23 Juli 2019 - 14:27 | 48.48k
Muhammad Yunus. Dosen Pendidikan Bahasa Inggris FKIP Unisma.
Muhammad Yunus. Dosen Pendidikan Bahasa Inggris FKIP Unisma.
FOKUS

Universitas Islam Malang

TIMESINDONESIA, MALANGPERNYATAAN menarik disampaikan oleh mantan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Thahaja Purnama atau dikenal dengan BTP atau Ahok. Mantan orang nomor satu Jakarta ini mengakui telah mengalami jatuh bangunnya kehidupan. Hitam putih dan getirnya kehidupan. Menjadi wakil gubernur, lalu menjadi gubernur menggantikan Jokowi, kemudian kalah dalam kontestasi pilkada dan akhirnya masuk penjara. Ahok mengatakan jika Indonesia ingin maju maka ego SARA harus dihilangkan.

Tentu tesis Ahok ini tidak terlepas dari perjalanan hidupnya. Tesis ini meskipun tanpa harus melalui uji ilmiah dapat dinyatakan benar. Keyakinan saya atas kebenaran tesis Ahok tersebut didasarkan atas beberapa hal. 

Pertama, isu SARA adalah isu yang paling muda untuk diadu domba. Propaganda atas isu SARA akan gampang menyulut emosi masyarakat. Ambil contoh, isu atas nama agama yang mengakibatkan perang antar agama telah memporak porandakan peradaban yang ada. Isu agama ini bukan hanya isu murahan antat umat beragama tetapi juga sesama agama itu sendiri. 

Lihat saja kinflik sektarian yang melanda Suriah saat ini. Konflik sesama umat seagama ini tidak ada ujung akhirnya sampai saat ini. Sunni Syiah yang berawal dari konflik politik kekuasaan berubah menjadi konflik pemahaman keagamaan. 

Kedua, isu SARA adalah isuyang sama sekali tidak seksi namun renyah untuk diolah. Isu SARA adalah isu murahan namun mahal dampaknya. Tatanan masyarakat dengan mudahnya dihancurkan. Tatanan yang selama ini terbangun kokoh hancur lebur tanpa sisa. Maka kemajuan suatu bangsa akan tetap terjaga bila isu murahan ini ditingalkan.

Ketiga, isu SARA jauh dari toleransi, kerukunan, dan kebersamaan. Padahal kunci kemakmuran itu terletak pada keharmonisan warganya. Mana bisa kita membangun bangsa yang rakyatnya selalu berkonflik. Mana bisa kita membangun peradaban yang didalamnya penuh dengan konflik. 

Ulasan diatas itulah saya menyakini tesis yang disampaikan BTP tersebut benar adanya. Meskipun hal ini belum dibuktikan dengan data empiris hal itu dapat dibenarkan adanya. Alasan tersebut dapat kita laksanakan bersama untuk mewujudkan negara yang baldatun thoyyibatun warabbun ngofur. Negara yang apabila dihuni oleh orang-orang yang taat maka curahan rahmat Allah akan dilimpahkan untuk kita semua. Mari tanggalkan ego SARA dan mari membangun bersama Indonesia raya ini. (*)

 

*) Penulis: Muhammad Yunus. Dosen Pendidikan Bahasa Inggris FKIP Unisma.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id
 

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : AJP-5 Editor Team
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES