Peristiwa Daerah

Gus Hans dan Dhimas Anugrah Bangun Komunikasi Lintas Iman

Sabtu, 20 Juli 2019 - 17:35 | 93.65k
Ulama NU, Gus Hans (kiri) bersama Politis PSI Dhimas Anugrah (kanan) saat mengadakan pertemuan di Surabaya, Jumat (19/7/2019). (Foto: Istimewa)
Ulama NU, Gus Hans (kiri) bersama Politis PSI Dhimas Anugrah (kanan) saat mengadakan pertemuan di Surabaya, Jumat (19/7/2019). (Foto: Istimewa)

TIMESINDONESIA, SURABAYA – KH Zahrul Azhar yang akrab disapa Gus Hans (Ulama NU) dan Politisi Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Dhimas Anugrah melihat ancaman intoleransi masih cukup kuat di Indonesia saat ini. 

Gus Hans dan Dhimas Anugrah sendiri sudah lama berkecimpung di dalam usaha membangun komunikasi lintas agama baik di dalam maupun luar negeri.

Dalam pertemuan keduanya di Surabaya (19/7/2019) Gus Hans mengatakan, ancaman intoleransi itu akan selalu ada namun tergantung bagaimana menyikapinya. “Jika kita lengah dan bahkan acuh maka ancaman itu makin besar,” terang Gus Hans.

Akar intoleransi menurut Gus Hans terdapat pada pemahaman yang dangkal pada agama yang dianut serta minimnya akses komunikasi lintas iman.

“Solusi mengatasi intoleransi di Indonesia, perlu adanya peningkatan intensitas komunikasi antarumat beragama,” sambungnya.

Sementara itu, Dhimas menyatakan bahwa benih intoleransi tampak dibiarkan di masa lalu. Dari sekian banyak problem utama bangsa kita, praktik intoleransi adalah salah satu yang paling parah dan butuh penanganan serius pemerintah.

Maraknya isu intoleransi di tengah masyarakat Indonesia dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan bahwa ancaman terhadap Pancasila bukanlah ilusi atau ketakutan politis, tetapi hal tersebut nyata. 

Dalam pidato “Visi Indonesia” di Sentul, Bogor, Minggu (14/7/2019), Presiden Jokowi menyatakan dengan tegas bahwa Pancasila adalah rumah kita bersama, rumah bersama kita sebagai saudara sebangsa. Hal tersebut sudah final, sehingga tidak ada tawar-menawar sedikit pun bagi pihak-pihak yang ingin mengganggu Pancasila.

Pidato Presiden tersebut mengindikasikan bahwa pemerintah tidak akan segan mengatasi pihak-pihak yang ingin mengganggu Pancasila dan yang melakukan tindakan intoleransi.

Oleh karena itu, maraknya kasus intoleransi di Indonesia terus memantik banyak kalangan angkat suara, baik dari golongan nasionalis maupun religius.

"Kita perlu menanamkan lagi ideologi Pancasila pada seluruh generasi muda bangsa kita melalui pendidikan. Pancasila adalah filsafat hidup yang paling cocok untuk bangsa Indonesia yang heterogen," kata Dhimas.

Politisi PSI yang studi doktoral di Oxford, Inggris itu menambahkan, agar jangan sampai memberi kesempatan  institusi pendidikan kita disusupi oleh pengajar dan pengajaran anti Pancasila dan anti NKRI.

“Pemerintah perlu tegas dalam hal ini. Pendidikan di sekolah adalah benteng terakhir bangsa kita dalam mempertahankan ideologi Pancasila,” kata Dhimas Anugrah(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan
Sumber : TIMES Surabaya

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES