Peristiwa Daerah

Kekeringan Sejak Maret, Warga di Sragen Ini Manfaatkan Air Sungai

Kamis, 18 Juli 2019 - 21:46 | 101.89k
Warga memanfaatkan air di sungai untuk kebutuhan sehari-hari. (Foto: Mukhtarul Hafidh/TIMES Indonesia)
Warga memanfaatkan air di sungai untuk kebutuhan sehari-hari. (Foto: Mukhtarul Hafidh/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, SRAGENKekeringan parah melanda, warga Desa Dukuh, Kecamatan Tangen, Kabupaten Sragen, mengandalkan sumber mata air sumur atau sendang yang dibuat di pinggir sungai yang mulai mengering.

Kekeringan terjadi paling parah di Desa Dukuh atau tepatnya di Padukuhan Glagah RT 28 hingga RT 33. Sumber mata air, sungai dan sendang sebagai tempat warga mencukupi kebutuhan air bersih kering. 

Belakangan ini kondisi air lebih keruh dibanding biasanya. Karena mendekati puncak kekeringan bulan Agustus.

kekeringan-b.jpg

Kaur Umum dan TU Desa Dukuh, Ahmad Harun menyampaikan, semenjak musim tanam kedua hingga sekarang tak lagi turun hujan. 

Masyarakat kini hanya mengandalkan sumber mata air sumur atau sendang yang dibuat di pinggir sungai yang mengering. Sisa-sisa air itulah menjadi sumber penghidupan warga Desa Dukuh. 

"Setelah musim tanam ke dua sampai sekarang tidak hujan. Sehingga kali asat airnya, rata-rata membuat belik sumur kecil dipinggir kali. Dibuat ditunggu beberapa jam ada airnya lalu masyarakat ke situ untuk mandi dan minum," ungkapnya kepada wartawan, Kamis (18/7/19).

Harun mengatakan, air tersebut sebenarnya sudah tak layak konsumsi. Biasanya saat warga memang sudah terpaksa, karena bantuan droping air bersih dari pemerintah terlambat datang.

kekeringan-c.jpg

Untuk masak dan minum biasanya warga menunggu bantuan PDAM, yang diusulkan melalui Pemerintah Desa setempat. Lanjut Harun kekeringan di Desa Dukuh ini merata di 24 RT dari enam Kebayanan.  

"Dari pemerintah gratis bila datang satu dua dibagi warga beberapa RT. Glagah selalu kekeringan sehingga dibagi yang jauh agak kesulitan dibagi agak dekat begitu terus. Biasa pengiriman 2 hari datang, kadang sehari ada 2-3 tangki dibagi per kebayanan, Dukuh, Sugihan Glagah," jelasnya.

Kekeringan terparah terjadi di Padukuhan Glagah dari RT 28-33 karena kondisi tanah berbukit, (masuk deretan perbukitan Pegunungan Kendeng). Biasanya hanya tanaman tebu yang bisa tumbuh dengan baik. 

Menurut Harun kendati pun kekeringan tahun ini merata namun yang paling parah tahun 2018 lalu, karena terjadi hampir setahun. "Pemerintah setempat sudah mengupayakan dengan sumur dalam dengan pengeboran ratusan meter, tapi sumber air tidak maksimal," ujarnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES