Pendidikan

UGM Kembangkan Drone Amphibi untuk Monitoring Kondisi Gunung Api

Selasa, 16 Juli 2019 - 18:12 | 53.98k
Tim peneliti UGM ketika mencoba Drone Amphibi unmanned aerial vehicle (UAV). (FOTO: Humas UGM/TIMES Indonesia)
Tim peneliti UGM ketika mencoba Drone Amphibi unmanned aerial vehicle (UAV). (FOTO: Humas UGM/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, YOGYAKARTA – Tim peneliti Universitas Gadjah Mada (UGM) mengembangkan wahana unmanned aerial vehicle (UAV) yang dinamai Amphibi Gama V2. Drone Amphibi berjenis fixed wings ini memiliki kemampuan lepas landas dan mendarat di atas permukaan air maupun di darat.

“Pesawat ini mengemban tugas sebagai sistem monitoring dan memetakan kondisi gunung berapi aktif di Indonesia untuk mendukung kesiapsiagaan tanggap bencana,” kata Ketua tim pengembang Amphibi Gama V2, Dr Tri Kuntoro Priyambodo kepada wartawan di Laguna Muara Kali Opak, Bantul, Selasa (16/7/2019).

Tri Kuntoro menambahkan, UAV Amphibi Gama V2 merupakan pesawat terbang tanpa awak amfibi generasi kedua dari pengembangan pesawat UAV Gama UX 628.

Ide untuk membuat pesawat ini berawal saat timnya melakukan pemotretan udara untuk menganalisis potensi dan risiko bahaya banjir di wilayah Tanjung Selor Kalimantan Utara. Saat akan menjalankan misi itu timnya kesulitan mencari area yang datar dan cukup panjang saat akan melakukan take off dan landing.

“Ketika itu susah mencari area yang bisa digunakan untuk take off dan landing. Peluang yang ada adalah memanfaatkan genangan air sehingga munculah pemikiran kalau pesawat UAV yang digunakan harus mampu tinggal landas dan landing di air,” terang dosen FMIPA UGM ini.

Dengan kemampuan ini UAV Amphibi menjadi wahana yang luwes untuk monitoring berbagai jenis bencana, termasuk banjir, tanah longsor, kekeringan, kebakaran dan angin ribut.

Pesawat ini memiliki kemampun terbang selama kurang lebih 40 menit untuk jangkauan jelajah 40 kilometer dengan ketinggian jelajah maksimal 1.200 meter. Tak hanya itu, Amphibi Gama V2 juga mempunyai kecepatan maksimal pesawat 25 meter per detik, kecepatan jelajah pesawat 13 meter per detik serta kecepatan minimal 8 meter per detik.

Amphibi Gama V2 memiliki panjang 1.350 mm dengan bentang sayap 2.000 mm. Adapun bodi pesawat dibuat menggunakan bahan material komposit. Sementara untuk kapasitas daya baterai LiPo 11.000 mAh. Sedangkan untuk kapasitas muatan 1,5 Kg dan beban muatan maksimal untuk take off 6 Kg.

“Pesawat ini juga dilengkapi dengan sensor akselerometer, sensor gyroscope, sensor barometer, sensor air speed, serta sistem navigasi GPS,” tutur Tri Kuntoro.

Sementara untuk sistem penggerak menggunakan motor brushless dan kendali dengan motor servo. Pesawat juga dilengkapi dengan mikroprosesor, kontrol manual berupa remote 2.4 Mhz, dan komunikasi telemetry 433 Mhz.

“Kita tambahkan sistem autopilot di dalamnya sehingga mampu terbang secara mandiri untuk monitoring maupun memetakan lingkungan sekitar gunung berapi,” ungkap Tri Kuntoro.

Apmhibi Gama V2 dikembangkan Tri Kuntoro bersama dengan sejumlah peneliti di FMIPA UGM yaitu Nur Achmad Sulistyo Putro, Ardi Puspa Kartika, Faisal Fajri Rahani, Prasetya Aditama, Oktaf Agni Dewa, dan Faris Yusuf Baktiar.

Selain Amphibi Gama V2, sebelumnya telah dihasilkan sejumlah produk UAV tipe flying wing yaitu UAV Gama Tipe UX 328, UAV Gama Tipe UX 528,  UAV Gama Tipe UX 628 dan tipe fixed wing yakni UAV Amphibi Gama V1.

“Untuk mendukung berbagai macam keperluan dan misi serta medannya, kami terus mengembangkan material pembuat badan dan sayap pesawat. Semoga Drone Amphibi ini bermanfaat bagi masyarakat yang ada di sekitar Gunung Api,” tutur dosen UGM ini. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Rizal Dani
Sumber : TIMES Yogyakarta

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES