Respons Gempa Halmahera Selatan, MDMC dan Lazismu Dirikan Posko di Ternate
TIMESINDONESIA, MALUKU UTARA – Gempa berkekuatan 7.2 SR yang melanda Halmahera Selatan, Maluku Utara membuat dua orang meninggal dunia, Minggu (14/7/2019). Sementara itu, lebih dari 2.000 warga mengungsi di 14 titik pengungsian. Sebagai bentuk kepedulian, Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) dan Lazismu langsung memutuskan mendirikan posko di Kota Ternate.
Koordinator Tanggap Bencana MDMC Indonesia, Indrayanto mengatakan, pihaknya langsung berkoordinasi dengan lembaga amil zakat nasional (Lazismu). MDMC juga berkoordinasi dengan Pimpinan Muhammadiyah di tingkat Provinsi Maluku Utara untuk menggalang bantuan.
Selain itu, lanjut Indra, menyiapkan relawan Indonesia Siaga, serta mendirikan Posko Koordinasi (Poskor) di Kantor PWM Maluku Utara, yang berlokasi di Jl. Delima No.75, Kelurahan Toboko, Kota Ternate.
“MDMC bersama Lazismu ditingkat nasional menyiapkan dukungan penggalangan dana untuk melaksanakan upaya penanganan darurat bencana gempa Halmahera yang terjadi pada pukul 16.10 WIB, dengan kedalaman 10 kilometer membuuthkan waktu respon 1 bulan dari 16 Juli hingga 16 Agustus 2019,” kata Indrayanto.
Selain itu, MDMC Pusat menyiapkan tim asistensi untuk mendukung penanganan darurat. MDMC Maluku Utara telah mengirimkan 4 personil ke Halmahera dari Ternate untuk membantu MDMC Halmahera untuk melakukan aktivasi Pos Pelayanan dan kaji kebutuhan dengan 4 jenis pos layanan.
“Posko layanan yang kami buka yaitu layanan kesehatan, logistik makanan, hunian dan air bersih dan lokasi pos pelayanan masih proses assessment,” terang Indrayanto.
Berdasarkan laporan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) lokasi pengungsi terbanyak ada di Kecamatan Bacan Selatan. Jumlah penyintas sekitar 1.000 orang. Sampai saat ini, para penyintas tengah ditangani oleh pemerintah daerah dan lembaga terkait. Kondisi ini langsung dinyatakan sebagai masa tanggap darurat oleh Pemkab Halmahera terhitung mulai 15 hingga 21 Juli 2019.
Jumlah penyintas di titik tersebut mencapai 1.000 orang. Sementara itu, para korban telah mendapatkan penanganan darurat dari pemerintah daerah dan institusi terkait lainnya. Pemerintah Kabupaten Halmahera Selatan menetapkan status tanggap darurat selama 7 hari, terhitung dari 15 - 21 Juli 2019.
Catatan lain yang disampaikan BNPB, melalui Plh. Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Agus Wibowo bahwa, dampak gempa yang mengakibatkan kerusakan infrastruktur dan bangunan lainnya. Yakni, kerusak rumah sebanyak 20 unit di Desa Ranga-rangga, Kecamatan Gane Timur, Desa Saketa, Kecamatan Gane Barat sejumlah 28 unit, dan Desa Dolik, Kecamatan Gane Barat Utara 6 unit.
Menurut Agus, ketiga desa tersebut berada di Kabupaten Halmahera Selatan. Adapun kerusakan rumah lainnya di Desa Kluting Jaya, Kecamatan, Weda Selatan, Halmahera Tengah sebanyak 5 unit, serta 2 unit jembatan terjadi di Desa Saketa mengalami kerusakan.
Selain membuka pos layanan, MDMC dan Lazismu terus melakukan penggalangan bantuan dengan menurunkan tim medis pendukung dari Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan. Tim ini akan fokus pada layanan kesehatan yang didukung kesiapan layanan lainnya oleh tim One Muhammadiyah One Respons atau OMOR
“Semoga posko yang didirikan MDMC dan Lazismu bermanfaat bagi para korban Gempa dan penyintas,” terang Indrayanto. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Advertisement
Editor | : AJP-5 Editor Team |
Publisher | : Rochmat Shobirin |