Gaya Hidup

Tiga Seniman Usung Mahakarya Seni Instalasi Bir Temulawak

Minggu, 14 Juli 2019 - 10:28 | 326.01k
Pengunjung menikmati karya seni instalasi Beny Dewo dalam Art Prapen Bir Temulawak di Hotel Zenna, Jalan Prapen, Surabaya, Minggu (14/7/2019).(Foto : Lely Yuana/TIMES Indonesia)
Pengunjung menikmati karya seni instalasi Beny Dewo dalam Art Prapen Bir Temulawak di Hotel Zenna, Jalan Prapen, Surabaya, Minggu (14/7/2019).(Foto : Lely Yuana/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, SURABAYA – Art Prapen mempersembahkan sebuah pameran seni instalasi hasil kolaborasi Beny Dewo dengan beberapa seniman dalam sebuah ruang karya bertajuk Bir Temulawak.

Beny Dewo adalah seorang seniman tulen, pelukis kontemporer, pemahat, sekaligus pemikir yang out of the box. Tak sekedar keluar dari pakem, karya Beny kali ini mengusung filosofi ‘Yen Dipikir Nglarakke Awak’.

Sembilan karya instalasi menggambarkan kekuatan alam sebagai sumber kehidupan. Sedangkan makna yang lebih dalam adalah keikhlasan.

“Tema pameran Bir Temulawak memiliki arti yen dipikir nglarakke awak (kalau dipikir membuat sakit, red), oleh karena itu kita menjalani saja berarti kita melakukan kehendakNya,” terang Agung Purnomo, Manager Beny Dewo, sekaligus  Kurator dan Penulis Seni Rupa.

karya-seni-instalasi-Beny-Dewo-b.jpg

Tak banyak teori, lakukan saja. Prinsip sederhana Beny dalam karyanya kali ini. Karena seniman adalah filosof dan intelektual, maka hasil pemikiran adalah penciptaan.

“Saya berpikir praktik dulu baru menemukan teori, karena asal teori adalah dari riset,” ungkap sang seniman, Beny Dewo.

Pada beberapa instalasi, Beny juga berkolaborasi dengan Albert Wenas, seniman lulusan Rochester of Technology Institute USA dan Ananto Setiawan, lulusan Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya. Ketiganya memiliki dalil tentang seni berbasis teknologi tanpa meninggalkan kearifan lokal.

Memadukannya dalam sebuah maha karya berbahan bambu, kayu, bebatuan, besi, serta material yang mudah ditemukan. Seperti Tahapan Berpikir, Kaktus Besi, Studio Art Show, Menimba Emas, dan Batu.

Semua karya mengandung arti. Paranoid proteksi diri berlebihan, menimba emas dari banyak pengalaman, hilangnya waktu di malam hari, dan mengingatkan kita akan indahnya kehidupan sederhana. Konsep display Studio Art Show juga sebuah bentuk keinginan akan ruang kerja yang bebas.

“Dengan kolaborasi kita tunjukkan arti kerjasama. Saya senang dengan improvisasi,” katanya ringan.

Melalui bahan-bahan sederhana, Beny dan kawan-kawan ingin menyampaikan sebuah respon di sekitar kita, lalu merangkainya menjadi sesuatu yang memiliki makna, arti dan esensi untuk masa depan.

Karena pria kelahiran 6 Januari 1970 tersebut meyakini jika masih tenggelam dalam patron lama, maka karya seni tak akan terapresiasi dengan baik. Karya seni model lama seperti lukisan, pahat, akan semakin tenggelam karena masa.Edisi-Minggu-Lely.jpg“Saat ini memasuki era kontemporer, model karya seperti itu tidak akan terapresiasi lagi. Dengan karya seni instalasi atau kontemporer mungkin bisa menjadi acuan saat ini,” terangnya.

Beny masuk dalam dunia kontemporer namun tetap kekinian tanpa meninggalkan falsafahnya. Mengusung konten falsafah lokal untuk dipublikasikan agar tetap relevan pada era 4.0. Beny Dewo lebih banyak bermain material bambu sebagai ikon konstruksi alamiah sekaligus maskot.

“Manusia tidak akan bisa melebihi dari kelebihan alam, alam sudah berbicara banyak tentang estetika, jadi manusia untuk mengejar itu sangat tidak mungkin,” ungkap seniman asli Sidoarjo tersebut.

Beny Dewo mencoba menghadirkan atmosfir baru dalam berkesenian di Surabaya. Sebagai seniman, ia mengaku membutuhkan kontemplasi, renungan, inspirasi dan kerja kreatif. Saat tertentu, ia perlu bertemu banyak orang dan menyendiri untuk menemukan inspirasi, sebab keduanya memiliki nilai sama.

Beny berharap Art Prapen menjadi pintu gerbang bagi para seniman agar bebas dalam mengekspresikan seni tanpa banyak fikir.

c56dcfa99b60.jpg

Art Prapen digadang menjadi merek dalam berbagai pameran seni secara berkala dan berkesinambungan. Sebagai pintu gerbang untuk mencapai puncak seni rupa khususnya di Surabaya.

“Karena seniman tidak perlu banyak berfikir namun banyak berkarya, seniman yang ditunggu adalah karyanya,” tandasnya.

Jika seni merupakan puncak ekspresi diri untuk menyampaikan pesan tanggung jawab moral yang dimiliki oleh semua orang, maka Art Prapen akan menampikan karya fenomenal ketiga seniman tersebut sepanjang hari mulai 12-22 Juli 2019 di Hotel Zenna, Jalan Raya Prapen 22, Surabaya.(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok
Sumber : TIMES Surabaya

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES