Peristiwa Daerah

Dari Poros Washatiyah, Ini Sosok Ghufron Siradj Calon Ketua PW Ansor Jatim

Kamis, 11 Juli 2019 - 17:43 | 646.35k
Ahmad Ghufron Sirojd atau Gus Gopong. (Foto: For TIMES Indonesia) 
Ahmad Ghufron Sirojd atau Gus Gopong. (Foto: For TIMES Indonesia) 

TIMESINDONESIA, SITUBONDO – Mendekati kontestasi Konferensi Wilayah (Konferwil) GP Ansor Jawa Timur yang akan diselenggarakan pada 28 Juli 2019, di Kota Malang, sudah banyak kandidat yang muncul. Tiga kandidat yang bersaing ketat yakni Gus Abid dan Gus Syafiq dan Husnul Hakim Syadad. Namun, kini muncul sosok baru dari poros washatiyah, yakni Ahmad Ghufron Siradj atau Gus Gopong. 

Dari Pantuan TIMES Indonesia, Gus Gopong merupakan kandidat yang menjadi poros washatiyah (tengah) dinilai akan efektif untuk mneyelesaikan beberapa persoalan organisasi baik secara internal dan eksternal. 

Gus Gopong didorong oleh beberapa PC dan puluhan PAC yang ada di Jatim yang salah satunya PC GP Ansor Situbondo. Pasalnya, Gus Gopong sudah mendapat restu dari kiai kharismatik asal Situbondo, yakni KHR Moh Kholil As'ad Syamsul Arifin. 

Mengenal Sosok Gus Gopong

Ahmad Ghufron Siradj, lahir 31 Juli 1983 di Kabupaten Sampang, Madura, Jawa Timur. Kedua orang tuanya, adalah KH Siradj Ahmad dan Nyai Hj Saidah Dahlan. Ia empat saudara. Sahabat sepermainannya memanggilnya dengan panggilan Ra Gopong.

Ia lahir dan besar dilingkungan Pondok Pesantren Miftahul Ulum, Kebun Wangi Nagasari, Sampang, Madura. Ponpes tersebut diasuh kedua orangtuanya. Ghufron kecil mengenyam pendidikan sebagaimana para santri pada umumnya. Dibawah pendampingan bapaknya langsung. Beranjak dewasa, Gopong mulai dikenalkan dengan sejumlah kitab-kitab rujukan utama keilmuan agama. Seperti kitab Fiqih dan ilmu Nahwu seperti Ihya Al-Ulumudin, Nahwu Al-Wadih, Al-Jurmiyah serta beberapa kitab salaf lainnya.

Kendati banyak digembleng dengan metode salafi, tidak berarti Ghufron atau Gopong terlepas dari pendampingan pendidikan formal. Ghufron menjajaki dunia pendidikannya di TKA  di dekat rumahnya. Ia kemudian melanjutkan sekolah di Madrasah Ibtidaiyah (setingkat SD) dalam pesantren asuhan keluarganya sendiri.

Setelah lulus MI, Ghufron kemudian mengenyam sekolah lanjutan di SMP Al-Miftah Pondok Pesantren Panyeppen Pamekasan dan Popnse Zainul Hasan Genggong, hingga kemudian melanjutkan ke SMU NU sambil menjalani pendidikan Pondok Pesantren di Ponpes Bustanul Makmur di Kebunrejo, Genteng, Banyuwangi.

Sekolah tidak hanya membawa Ghufron pada pendidikan pengetahuan yang diajarkan dikelas semata. Namun, di sekolah pula, ia mendapatkan gemblengan mental keorganisasian dan kepemimpinan melalui berbagai organisasi ektrakulikuler, termasuk diantaranya OSIS. 

Atas modal keingintahuan dan usaha kerasnya untuk berproses, setidaknya telah dua kali Ghufron dipercaya sebagai Ketua OSIS. Saat di SMP, juga SMU tempatnya belajar.

Beranjak menjalani pendidikan kuliahnya di jurusan Perbandingan Agama fakultas Ushuludin UIN Sunan Kalijaga (saat ini UIN Sunan Kalijaga) Yogyakarta, pada tahun 2002, Ghufron tak menghentikan kegemarannya dalam menjalani aktivitas belajar berorganisasi.

Ghufron aktif di PMII dan dipercaya sahabat-sahabatnya untuk menjadi ketua Rayon Ushuludin pada tahun 2004. Di saat yang sama, Ghufron juga ditunjuk sebagai Sekjend Forum Silaturrahim Keluarga Mahasiswa Madura Yogyakarta mendampingi ketua yang saat itu dijabat Ahmad Khatim.

Gemblengan pendidikan mental keorganisasian dan kepemimpinan di organisasi kemahasiswaan ekstra kampus tak membuatnya puas. Ghufron juga aktif di organisasi intra kampus dengan menjejaki tahapan kepengurusan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) tingkat jurusan dan fakultas di kampusnya.

Sebelum akhirnya di wisuda, Ghufron mencatatkan prestasi keorganisasiannya dengan menjabat sebagai Menteri Luar Negeri Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) UIN Sunan Kalijaga. 

Dimasa menjabat sebagai Menlu DEMA UIN, Ghufron aktif melakukan konsolidasi lintas organisasi intra kampus se-Yogyakarta. Tidak hanya itu, Ia juga turut menjadi penentu suksesi Kongres BEM Nusantara -yang melibatkan sejumlah presiden Mahasiswa di seluruh Indonesia- yang digagasnya bersama Presiden DEMA UIN Sunan Kalijaga, Kaisar A Hanifah.

Sebuah gagasan agung yang saat itu menjadi usungan kongres BEM Nusantara yakni Nasionalisasi Aset Bangsa, Menjadikan Pncasila sebagai Ideologi, Kembali Ke UUD 1945, Menjaga Kesatuan dan Persatuan NKRI, dan Tetap Menjunjung Nilai Bhinneka Tunggal ika.

Tahun 2010, Ghufron lulus dari bangku akademik kuliah dengan IP cukup memuaskan, ia kemudian kembali ke kampung halamannya di Madura dengan mengabdikan diri sebagai pengajar di Ponpes yang diasuh keluargnya sembari aktif di di GP Ansor. Dan menikah dg Gadis idamannya Yaitu Faizatul Qomariah asal Pamekasan. 

Selama di Madura, Ghufron aktif berjejaring dengan berbagai stakeholder di daerah. Hal itu yang membuat dirinya cukup dekat dengan berbagai tokoh agama, tokoh pemuda, tokoh masyarakat, tokoh politik dan tokoh di daerahnya. 

Tahun 2014, Ghufron hijrah ke Jakarta bersamaan dengan purnatugas pemerintahan Bupati Pamekasan Kholilurrahman. Kholilurrahman yang kemudian terpilih sebagai anggota komisi VI DPRRI dari fraksi PKB, selanjutnya menunjuk kembali Ghufron sebagai staf nya di parlemen.

Menjadi staf ahli di DPR, tak membuat Ghufron hanya duduk di kursi kerjanya. Ia juga aktif sebagai pengurus Pimpinan Pusat GP Ansor dan menjalin komunikasi dengan berbagai entitas organisasi di Jakarta. Tahun 2016-2018, Ghufron Siradj ditunjuk sebagai Sekertaris Nasional Badan Ansor Anti narkoba (BAANAR) mendampingi Sahabat Idy Muzayyad.(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok
Sumber : TIMES Situbondo

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES