Peristiwa Daerah

Ekskavasi Candi Patakan Ungkap Metode Pembangunan Candi

Kamis, 11 Juli 2019 - 15:34 | 75.59k
Arkeolog BPCB Trowulan Jatim, Wicaksono Adi Nugroho menunjukkan metode pasak yang digunakan dalam pembangunan Candi Patakan, Kamis (11/7/2019). (FOTO: MFA Rohmatillah/TIMES Indonesia)
Arkeolog BPCB Trowulan Jatim, Wicaksono Adi Nugroho menunjukkan metode pasak yang digunakan dalam pembangunan Candi Patakan, Kamis (11/7/2019). (FOTO: MFA Rohmatillah/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, LAMONGAN – Selama proses ekskavasi tahap tiga Candi Patakan, tim arkeolog dari Balai Pelstarian cagar Budaya (BPCB) Trowulan Jawa Timur juga mengungkap salah satu metode pembangunan candi yang berada di Desa Patakan, Kecamatan Sambeng, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur tersebut.

Arkeolog BPCB Trowulan Jatim, Wicaksono Adi Nugroho mengatakan, metode pembangunan tersebut adalah penggunaan teknologi pasak pada batu candi. Metode ini biasa ditemukan pada bangunan yang terbuat dari kayu.

==

Candi-Patakane5bfaf483c8a5cca.jpg

"Baru di sini di situs Candi Patakan ini ada penerapan teknologi pasak dan takikan pada bangunan candi. Sebelum-sebelumnya, tidak pernah ada penggunaan semacam ini pada bangunan situs candi lainnya," kata Wicaksono, Kamis (11/7/2019).

Wicaksono menjelaskan, teknologi pasak yang diterangkan di Candi Patakan adalah penggunaan pasak sebagai pengait antar batu candi yang telah diberi lubang.

Candi-Patakan-b53994bb5895dfc95.jpg

"Mirip dengan pasak kayu, tapi kalau yang ini terbuat dari batu," tuturnya.

Selain penggunaan metode pasak, situs Candi Patakan ini juga membuat takikan atau pengait antar batu candi, dimana salah satu sisi batu candi dibuat menonjol sementara batu yang lain dibuat tekukan yang sama untuk mengaitkan batu sebelumnya.

"Juga ada temuan batu merah di situs Candi Patakan yang kami duga sebelumnya adalah batu bata, ternyata adalah jenis batu merah dan bukan batu bata. Batu merah ini yang kemudian dipadukan dengan batu warna lain sehingga menjadikan candi Patakan ini lebih menarik jika dibandingkan dengan candi-candi lainnya," ujarnya.

Candi-Patakan-c5c1ad9f0a4106aa9.jpg

Tidak hanya itu, tim arkeolog BPCB Trowulan Jatim juga banyak menemukan berbagai benda kuno, mulai dari pecahan keramik, kepingan uang logam dan juga sarung keris dari perunggu.

"Pecahan keramik yang ditemukan di sekitar lokasi situs Patakan ini kebanyakan berasal dari Tiongkok, yaitu masa Dinasti Song pada abad 10 atau 11," ucap Wicaksono.

Candi-Patakan-d2e04ce2ec2c557ff.jpg

Menurut Wicaksono, berbagai temuan dalam proses ekskavasi situs Candi Patakan ini semakin menguatkan dugaan bahwa situs Candi Patakan berdiri pada masa muda Airlangga, sehingga jauh lebih tua dari masa Majapahit.

Bukti sejarah lainnya, adalah temuan prasasti Patakan yang saat ini berada di Museum Nasional Jakarta.

"Di prasasti Patakan ini disebut kalau Raja Airlangga pernah berada di Patakan setelah kalah perang untuk kemudian melanjutkan perangnya kembali hingga menang. Di prasasti Patakan juga disebut kalau wilayah Patakan menjadi sebuah tanah perdikan karena telah membantu Raja Airlangga," tuturnya.

Wicaksono juga memastikan, dari temuan saat proses ekskavasi bisa dipastikan situs Candi Patakan jauh lebih tua dari situs Sekaran yang berada di tepi jalan tol Malang-Surabaya atau pun temuan situs baru yang berada di Jombang, sebab menurut Wicaksono dua situs tersebut dibangun pada masa Majapahit. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok
Sumber : TIMES Lamongan

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES