Kopi TIMES Universitas Islam Malang

Rivalitas Politik dan Disintregasi Bangsa

Kamis, 11 Juli 2019 - 15:02 | 56.22k
Kukuh Santoso, Dosen FAI Unisma. (Grafis: TIMES Indonesia)
Kukuh Santoso, Dosen FAI Unisma. (Grafis: TIMES Indonesia)
FOKUS

Universitas Islam Malang

TIMESINDONESIA, MALANG“Maraknya demo atas nama keagamaan.”
“Pertentangan atas dasar suku budaya.”
“Politik rasa agama serta budaya setempat.”
“Realita ironis dimana hak hak kaum minoritas terbatasi akibat dominasi kaum mayoritas.”
“Pertentangan ideologi keagamaan.”

Sampai dengan struktur utama dari negara kita yaitu pemerintahan kita sendiri sudah ternodai dengan adanya konflik perbedaan baik ideologi maupun pandangan budaya serta agama disebabkan karena paradigma perbedaan politik indonesia. Kondisi negara kita saat ini bagaikan katak dalam tempurung yang tak kunjung mengerti betul apa arti persatuan itu sebenarnya.

Negara ini ibarat sebuah persatuan yang membeda bedakan, dimana meskipun kita telah bersatu sebagai sebuah warga negara indonesia tetapi kita masih tidak mengerti apa arti persatuan yang sebenarnya, sehingga "persatuan" ini pada akhirnya membawa kita pada perpecahan. “Akankah tercipta  persatuan dalam perbedaan?”

Prinsip kerja akar bahwa masyarakat yang sudah terpengaruh oleh perpecahan semakin banyak jumlahnya dan semakin mendominasi mayoritas masyarakat di negara ini lalu dengan perlahan lahan menghasut dan mempengaruhi masyarakat masyarakat lainnya (akar tanaman menghisap unsur hara dan mineral). Sehingga pada akhirnya perpecahan menjadi gaya hidup yang utama di negara ini (tumbuhan semakin tumbuh dan berkembang akibat nutrisi dari unsur hara dan mineral yang diserap oleh akar).

Sanggupkah kita membayangkan situasi negara kita kedepannya nanti bukannya semakin erat akan rasa persatuan tetapi malah semakin erat akan rasa perpecahan ditengah tengah keberagaman yang hadir dari setiap pribadi masyarakat di negara ini?

Coba bayangkan masa depan negara kita ini jika situasi perpecahan seperti sekarang ini terus terjadi secara berkelanjutan, dimana sifat kehidupan individual sesama suku bangsa maupun budaya akan semakin merajalela, tidak ada rasa persaudaraan yang muncul antar sesama masyarakat yang beragam, julukan negara pluralisme seakan akan tidak cocok lagi untuk disematkan kepada tanah air tercinta ini. 

Cobalah kita renungkan sejenak akan situasi perpecahan yang sedang marak terjadi di negara ini, untuk apa kita sebagai seorang warga negara yang memiliki latar belakang budaya, suku bangsa, maupun agama yang berbeda beda hidup di negara yang justru masyarakatnya tidak memiliki rasa toleransi dan saling menghargai antar umat manusia yang beragam.

Untuk kedepannya akan seperti apa bentuk persatuan dari tanah air tercinta ini? Retorika sesaat atau Ideologi yang tepat? Eksistensi sesaat atau Peraturan yang mengikat? Persepsi atau Omongan basi? Kesenjangan atau Keberagaman? Kebiasaan yang sesat atau Kebiasaan yang tepat? Perbedaan yang mempersatukan atau Persatuan yang membeda – bedakan?

Sungguh resah hatiku menyaksikan kondisi hiruk pikuk politik tanah air tercinta ini, keberagaman yang memecahkan bukan untuk mempersatukan, akan seperti apa nasib persatuan negara ini untuk kedepannya?

Maka dengan itu, bukalah mata hati serta mata batin dari setiap pribadi diri kita masing masing. Lihatlah kondisi seperti apa yang sudah merajalela dan meracuni moral bangsa di negara ini. Sadarilah akan situasi buruk tak menentu yang sedang beredar di negara ini. Bangunlah tanah air tercinta ini sebagai suatu negara yang cinta akan keberagaman.

Buktikan kepada dunia Internasional bahwa Indonesia layak dan pantas dijunjung tinggi sebagai negara pluralisme. Bangkitkanlah semangat persatuan ! Revolusi intelektual ! Revolusi moral !Revolusi Mental! Buanglah ideologi yang menganggap bahwa keberagaman baik suku bangsa maupun budaya yang dimiliki adalah yang paling benar dan harus dijunjung tinggi di negara ini sekalipun budaya tersebut merupakan mayoritas negara ini. 

Janganlah kita secara cuma cuma membuang tenaga dan pikiran hanya dengan tujuan untuk meracuni moral maupun ideologi bangsa kita ini. Cintailah keberagaman yang ada di negara ini, bangunlah persatuan untuk negara ini. Keberagaman merupakan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa yang ditujukan bagi seluruh umat manusia di bumi ini. Persatuan merupakan wujud dari penghargaan terhadap keberagaman yang ada di dunia ini.

Janganlah sia siakan keberagaman ini sebagai ajang kompetisi, tetapi jadikanlah keberagaman ini sebagai ajang sosialisasi dimana semua masyarakat saling mengenal dan bersatu untuk membangun negara yang lebih baik lagi. Merah Putih justru lahir dari keberagaman. Indonesia tidak akan berdiri sampai sekarang ini tanpa adanya perbedaan dan keberagaman.

Maka Rawatlah keberagaman tersebut ! Karena perbedaan maupun keberagaman merupakan jiwa dari Indonesia tercinta ini.

Islam adalah agama rahmatan lil alamin, spirit berdirinya negara madinah al munawaroh dibawah komando baginda nabi muhammad telah membuktikan bersatunya suku-suku yang beragam mulai kaum ansor (kazraj dan Aus) , kaum muhajirin dan kaum yahudi (bani qainuqa’,bani nadhir dan bani quraizhah) membuktikan keberagaman yang bisa disatukan oleh bingkai negara madinah al munawarah.

Sejatinya umat islamlah yang harus menjadi pelopor persatuan dan kesatuan umat di indonesia karena teladan dan jujungan kita telah mempresentasikan kehidupan yang rahmatan lil alamin.kita punya payung hukum dan supremasi hukum di negara tercinta Indonesia, apapun alasannya umat islam jangan menjadi benalu dalam kehidupan berbangsa dan bernegara karena umat islam adalah umat terbaik yang selalu mengajak yang ma’ruf bukan mengejek, selalu merangkul bukan memukul, selalu ramah bukan pemarah dan selalu hidup bersama-sama dalam nuansa bhineka tunggal ika.

Sejarah telah membuktikan bahwa umat islam selalu mencerahkan, penebar kebaikan, penengah diantara yang bermasalah karena kita umat yang tawazzun, tasamuh, tawashut dan i’tidal “Keberagaman Adalah Kekayaan Yang Harus Dirayakan” -Ir. Soekarno- 

*) Penulis: Kukuh Santoso, Dosen FAI Unisma

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : AJP-5 Editor Team
Publisher : Rochmat Shobirin
Sumber : TIMES Malang

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES