Peristiwa Internasional

Soal Pembunuhan Jamal Khashoggi, JCC: Putra Mahkota hanya Korban Kepentingan Kelompok

Kamis, 04 Juli 2019 - 12:24 | 102.19k
Putra Mahkota Arab Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman (kanan) bersama Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.
Putra Mahkota Arab Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman (kanan) bersama Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.

TIMESINDONESIA, JAKARTAPutra Mahkota Arab Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman dinilai hanya menjadi korban isu atas kasus pembunuhan terhadap wartawan veteran Saudi, Jamal Khashoggi, yang hingga kini masih miterius siapa pelakunya. Analisis John Caine Center (JCC), Pangeran Mohammed bin Salman, diyakini tidak terlibat dalam pembunuhan tersebut.

Menurut Chairman John Caine Center (JCC), Najib Salim Attamimi, Kamis (4/7/2019), dari analisis perkembangan data yang terus dinamis, mulai ada titik terang ketidakterlibatan pangeran Mohammed bin Salman atas kasus terbunuhnya Jamal Khashoggi.

Baik dari analisis transkrip rekaman audio yang menggambarkan detik-detik tepat sebelum jurnalis Arab Saudi Jamal Khashoggi dibunuh di Konsulat Saudi di Istanbul, dicantumkan dalam naskah laporan Pelapor Khusus Eksekusi Ekstrayudisial Kantor HAM PBB, Agnes Callamard.

Laporan yang disusun sang aktivis HAM, yang dirilis di Markas PBB di New York pada Rabu 19 Juni 2019 itu, juga masih buram. Namun, Kerajaan Saudi telah menetapkan 11 orang untuk diadili di pengadilan tertutup untuk pembunuhan terhadap Khashoggi dan sedang menuntut lima orang di antaranya dengan hukuman mati.

Investigasi Callamard itu, dimulai pada 29 Januari 2019, hampir empat bulan setelah Jamal Khashoggi dibunuh. Laporan itu berisi transkrip audio di dalam Konsulat Saudi di Istanbul yang berhasil diperoleh otoritas Turki. Salinannya diberikan kepada sejumlah pihak, termasuk tim penyidik PBB yang dipimpin Callamard.

Bulan Januari 2019, kantor hak asasi manusia PBB memang menugaskan Callamard menyelidiki kasus tersebut. Karena negara memang harus bertanggungjawab atas kasus pembunuhan Jamal Khashoggi itu.

Laporan khusus PBB menyimpulkan bahwa kasus tersebut adalah pembunuhan tidak sah (extrajudicial killing) dan Kerajaan Arab Saudi harus bertanggung jawab. Bahkan Callamard menegaskan bahwa dalam pembunuhan tersebut ada "bukti kredibel yang mengharuskan penyelidikan lebih jauh menyangkut tanggung jawab pribadi pejabat-pejabat tingkat tinggi, termasuk putra mahkota."

Namun, sisi penting yang tak bisa dilupakan adalah, jelas Najib, putra Mahkota Arab Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman adalah sosok pembaharu di Arab Saudi. Perjuangannya sangat luar biasa atas kemajuan Arab Saudi saat ini.

Hubungan dalam segala sektor, terutama disektor hubungan pengembangan ekonomi Arab Saudi, dengan banyak negara di dunia, tak bisa lepas dari peran Pangeran Mohammed bin Salman. “Terobosan dan kebijakan yang luar biasa itu, jelas banyak kelompok yang merasa terancam dan membahayakan kelompok tersebut,” katanya.

Bahkan, di internal keluarga dan kerajaan Arab Saudi, bukan tidak mungkin ada persaingan dan ketidaknyamanan atas terobosan dan kebijakan luar biasa yang dikeluarkan oleh Putra Mahkota. “Kondisi persaingan diinternal keluarga atau kerajaan itu juga harus ditelisik oleh pihak yang bertugas mengungkap kasus pembunuhan Jamal Khashoggi itu,” jelasnya.

Jika membaca kondisi demikian katanya, tidak bisa terpaku pada satu arah dugaan pembunuhan Jamal Khashoggi identik dengan keterlibatan Putra Mahkota Arab Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman.

Terobosan yang dilakukan sosok Pangeran Mohammed bin Salman juga mendapat apresiasi dari banyak Kepala negara. Hal itu bukan sekedar apresiasi biasa. Namun, karena melihat kebijakan yang diterapkan berefek pada perubahan dan kemajuan Arab Saudi.

Putra mahkota Mohammed bin Salman itu juga baru saja telah merampungkan kunjungan ke Cina, Pakistan, dan India guna merundingkan kesepakatan dagang dan investasi bernilai miliaran dolar AS.

Bahkan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, juga memberikan pujian kepada Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman (MBS). Trump mengatakan bahwa MBS telah melakukan pekerjaan yang spektakuler.

"Anda telah melakukan pekerjaan yang spektakuler," ujar Trump kepada MBS saat keduanya bertemu di sela-sela KTT G20 di Osaka, Jepang. Seperti dilansir kantor berita AFP, Sabtu (29/6/2019), Trump bahkan menyebut MBS sebagai "teman saya".

Pujian dan kekaguman pada kinerja MBS dari banyak kepala negara hal yang tidak mudah. “Bahkan, saat di KTT G20 di Osaka, Jepang, MBS berfoto bersama dengan posisi paling depan dan di tengah-tengah para kepala negara,” kata Najib.

Selanjutnya, dalam komentar Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, pihaknya sudah menegaskan, bahwa pembunuhan Khashoggi datang dari pejabat tinggi pemerintah Arab Saudi.

Tapi ia menyatakan kecil kemungkinan Raja Salman berada di belakangnya. Dan pihak Arab Saudi sudah membantah bahwa Putra Mahkota, Pangeran Mohammed bin Salman, memerintahkan pembunuhan dan menolak melakukan ekstradisi para tersangkaa ke Turki.

Selain harus dilihat kondisi ‘persaingan diinternal keluarga dan kerajaan Arab Saudi’, juga penting ditelisik kelompok di luar keluarga dan kerajaan atas kebijakan dan pembaharuan yang dikeluarkan oleh Putra Mahkota Arab Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman.

“Karena merasa banyak kepentingannya terancam, bukan tidak mungkin kelompok lain itu, berskenario untuk menyudutkan hal yang pusarannya mengarah pada Pangeran Mohammed bin Salman. Kehadiran Pangeran Mohammed bin Salman, sudah banyak memberantas praktik korupsi dan menahan para koruptor, yang selama ini dinilai merugikan Arab Saudi,” katanya.

Kebijakan penerapan pajak di Arab Saudi, juga peran yang sangat baik untuk kemajuan Arab Saudi. Hal itu langkah baik yang dilakukan Pangeran Mohammed bin Salman. Bahkan, Putra Mahkota Arab Saudi dilaporkan tertarik berinvestasi besar-besaran di Indonesia. Potensi investasi Saudi Aramco di Kilang Cilacap capai US$ 7 miliar.

Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman sudah berencana mengunjungi Indonesia dalam waktu dekat ini. Kunjungan tersebut terkait rencana kerjasama antara Saudi Aramco dan Pertamina dalam proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) Cilacap.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan sudah menegaskan, bahwa rencana kunjungan tersebut muncul setelah Muhammed bertemu dengan Presiden Joko Widodo dalam Forum G20 di Osaka, Jepang, akhir Juni lalu.

Jika Saudi Aramco sepakat ikut menggarap proyek RDMP Cilacap, maka ada potensi investasi masuk sekitar US$ 7 miliar. Saat ini, Saudi Aramco dan Pertamina sedang melakukan finalisasi untuk valuasi dan spin off aset proyek RDMP Cilacap.

“Analisis sementara JCC, mulai ada titik terang bahwa pada kasus pembunuhan wartawan veteran Saudi, Jamal Khashoggi, Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman hanya jadi korban kepentingan kelompok tertentu yang tidak suka atas kehadiran dan kebijakan yang digagas oleh Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman,” tegas Najib. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Ronny Wicaksono
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES