Ekonomi

Rizal Ramli Pernah Ingatkan Jokowi Soal Kebijakan Austerity

Selasa, 25 Juni 2019 - 12:33 | 40.40k
Ekonom Senior DR Rizal Ramli (FOTO:TIMES Indonesia)
Ekonom Senior DR Rizal Ramli (FOTO:TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Sekitar 3,5 tahun lalu, ekonom senior DR. Rizal Ramli pernah mengingatkan Presiden Joko Widodo untuk tidak menyetujui rencana penerapan kebijakan pengetatan anggaran atau austerity.

Pasalnya, menurut Rizal saat itu, kebijakan yang dipilih Menkeu RI Sri Mulyani itu dinilai justru akan makin memperburuk perekonomian Indonesia.

Kepada Jokowi, Rizal Ramli menjelaskan bahwa kebijakan austerity adalah kebijakan 'kuno'. "Kebijakan ekonomi makro super konservatif itu hanya akan membuat senang kreditor utang dan investor asing," kata Rizal Ramli dalam keterangan resminya, Selasa (25/6/2019).

Sementara akibat yang diterima masyarakat atas kebijakan itu, lanjut Rizal Ramli, adalah pertumbuhan ekonomi yang stagnan di angka lima persen. 

"Selain itu, daya beli masyarakat akan anjlok dan berpengaruh pada harga aset yang yang rontok," imbuh mantan tim Panel Ekoinomi PBB ini.

Prediksi mantan Menko Ekuin era pemerintahan Abdurrahman Wahid alias Gus Dur itu, kini terbukti benar. Tercatat hingga kini, pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak bisa menembus angka 6 persen. Sementara, daya beli masyarakat juga mengalami penurunan.

Dampaknya, perusahaan sekelas Giant segera tutup dan berdampak pada pemutusan hubungan kerja (PHK) ribuan karyawan. Begitu juga dengan perusahaan plat merah, seperti, PT Krakatau Steel juga harus melakukan restrukturisasi ribuan karyawan.

“Hari ini sektor retail rontok, Giant tutup PHK, Krakatau Steel PHK. Investor China pesta karena asset price anjlok. Terjadi pergantian pola kepemilikan. Jokowi dikibuli (red. dibohongi),” kata Menteri Perekonomian era Presiden Abdurrahman Wahid itu.

Dia juga mengingatkan Jokowi untuk tidak menyangkal penurunan daya beli dengan menyebut masyarakat pindah belanja ke sektor daring. 

Bagi Rizal Ramli, sektor daring tanah air, kini tidak lebih memprihatinkan. Sebab, 70 persen aplikasi jual beli online yang ada sebatas menjadi alat pemasaran produk-produk impor.

“Jika nanti sektor retail dan online dikuasai asing, maka komplitlah ketergantungan impor menjadi permanen,” ujar Rizal Ramli(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES