TIMESINDONESIA, SUMENEP – Petani cabai di Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur merugi hingga puluhan juta rupiah. Kerugian itu disebabkan keringnya tanaman cabai milik petani akibat tak tersentuh air.
Hal itu terjadi pada petani cabai di Desa Bumbungan, Kecamatan Bluto, Sumenep. Puluhan petani cabai di desa tersebut gigit jari karena tanaman cabai milik warga gagal panen.
M Sofwan, petani cabai asal Desa Bumbungan, Bluto mengaku rugi puluhan juta karena anjloknya hasil pertanian cabai milikinya. Dari Rp. 3,5 juta modal yang dikeluarkan, Sofwan mengaku hasil pertaniannya tidak akan sampai menutupi modal kerja.
"Syukur kalau masih dapat Rp. 20 juta. Tapi saya rasa tidak akan sampai segitu, Mas," keluh Sofwan pada wartawan.
Disinggung soal harga, Sofwan mengaku sudah cukup baik ketimbang tiga bulan lalu. Saat ini, harga cabai milik petani berkisar Rp. 10 ribu lebih. Harga tersebut lebih tinggi Rp. 2 ribu dari harga pada bulan Maret 2019 lalu.
"Masalahnya sekarang bukan diharga, tapi pada pertaniannya. Kami kekurangan pasokan air untuk mengairi sawah," curhatnya.
Para petani cabai berharap Pemkab Sumenep menanggapi masalah krisis air di Desa Bumbungan. Seperti membangun bendungan air atau pengeboran air khusus pertanian. Dengan begitu, pertanian dimusim kemarau tidak gagal seperti yang terjadi pada petani cabai saat ini. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Advertisement
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Rizal Dani |
Sumber | : TIMES Madura |