Entertainment

Eksotisme NTT Digarap Seniman Yogyakarta Paralakon Lewat Karya Menari Ja’i

Kamis, 20 Juni 2019 - 21:18 | 59.82k
Personil Seniman Yogyakarta Paralakon. (FOTO: Istimewa/TIMES Indonesia)
Personil Seniman Yogyakarta Paralakon. (FOTO: Istimewa/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, YOGYAKARTA – Sebuah wadah kolaborasi musik, seni dan audiovisual asal Yogyakarta, Paralakon, membuat proyek nekat tanpa sponsor demi idealismenya menggarap karya mereka yang terinspirasi eksotisme Indonesia Timur.

Hasil kerja keras grup beranggotakan Danang Pamungkas (vocalist/ pencipta lirik), Ardie Boy (arranger), Jati Biru (drummer) dan Bagus Statagama (videografer) itu dikenalkan pada publik Minggu (2/6/2019) lewat dua single terbaru berjudul Menari Ja’i dan Kota Kupang.

Single yang bercerita tentang pengalaman mereka menjelajahi Nusa Tenggara Timur (NTT) itu dilepas lengkap dengan visual klip sebagai respon keindahan bentang alam khususnya Pulau Flores.

Karya Paralakon memadukan kualitas bermusik secara lebih kreatif. Keempatnya merespon dengan apik keindahan Flores yang dinilai sebagai salah satu peninggalan peradaban masa purba dengan bentang alam luar biasa indah. 

“Ide merespon Flores datang setelah kami menemukan kekayaan alam dan tradisi yang begitu khas di NTT,” kata Danang, sang vokalis.

Mulai dari Pulau Komodo, Desa Wae Rebo hingga proses perkembangan Kota Kupang di masa sekarang ini coba digambarkan melalui lirik berpadu audio visual yang digarap apik oleh keempatnya.

“Kami merasa jatuh cinta ketika menyelami lebih dalam tentang NTT, banyak suku di sana dengan budaya dan bahasa yang ternyata berbeda-beda. Kami coba respon lewat lagu Menari Ja’i yang mencerminkan ucapan syukur misalnya pernikahan dan acara syukuran apapun dan nadanya nyantol banget ketika saya sempat ikut dalam tarian Ja’i beberapa tahun lalu,” ungkap Danang.

Lirik dari Danang yang digarap apik menjadi komposisi musik apik oleh Ardie dan Jati kemudian dilengkapi oleh Bagus yang merespon melalui video klip apik.

Di lagu, Menari Ja’i, Bagus banyak menunjukkan eksotisme Kepulauan Komodo hingga Wae Rebo, desa tertinggi di Flores, sementara klip Kota Kupang coba direspon dengan apik menunjukkan kekayaan karakter budaya berpadu kemajuan kota tersebut. 

“Lirik dan lagu jadi duluan, lalu muncul story board yang kemudian dieksekusi untuk video klip. Kami ingin maksimal, menunjukkan kekayaan alam Flores yang membuat semua melihat ada hal luar biasa dari Indonesia. Produksinya tidak kami buat main-main dan mudah-mudahan bisa menunjukkan hal menarik,” imbuh Bagus Statagama.

Di lagu Menari Ja’i, Paralakon mencoba memperdengarkan musik etnik yang dipadukan dengan nuansa pop. Sementara di lagu Kota Kupang, Ardie dan Jati memasukkan unsur dansa berpadu EDM yang terdengar menarik.

“Kami di Paralakon itu tak terikat genre, apa yang bagus kami masukkan dan mengalir begitu saja. Ini project jujur dari kami jadi ya apa yang menurut kami bagus dilakukan,” tandas Ardie. 

Project yang terkesan idealis tersebut secara resmi dilepas ke publik melalui akun YouTube resmi Paralakon hari ini juga.

“Kami seniman Yogyakarta Paralakon melepas karya tersebut melalui YouTube. Harapannya, kami bisa menginspirasi banyak orang bahwa Indonesia itu luar biasa,” sambung Danang lagi. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan
Sumber : TIMES Yogyakarta

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES