Peristiwa Daerah

Ki Asmoro Sampir, Pensiunan Dalang yang Tetap Eksis Membuat Wayang di Banyuwangi

Rabu, 19 Juni 2019 - 20:14 | 217.22k
Ki Asmoro Sampir, Dalang Veteran Banyuwangi sekaligus pembuat Wayang kulit. (FOTO: Agung Sedana/ TIMES Indonesia)
Ki Asmoro Sampir, Dalang Veteran Banyuwangi sekaligus pembuat Wayang kulit. (FOTO: Agung Sedana/ TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, BANYUWANGIKi Asmoro Sampir seorang pensiunan dalang asal Banyuwangi dan anggota Organisasi Profesi Dalang Jawa Timur (PEPADI), hingga kini, masih tetap eksis membuat wayang kulit dan sarung keris, Rabu (19/6/2019).

Usianya yang nyaris 70 tahun, tidak menghalangi dirinya untuk tetap membuat sebuah karya. Tangannya yang masih kukuh menatah lembaran kulit sapi menjadi sebuah maha karya asli pulau Jawa. Selain wayang, dirinya juga membuat sarung keris (rangka) yang terbuat dari kayu.

Ki Guno, begitu rekan seprofesi memanggilnya. Dirinya sudah membuat wayang ini sejak tahun 1973 silam, yakni sejak pertama kali memulai karirnya sebagai dalang.

Ki-Asmoro-Sampir-b.jpg

Era modernintas yang mulai memudarkan minat masyarakat terhadap kesenian Jawa ini, Ki Guno, tetap mencintai wayang kulit sebagaimana kecintaannya di masa muda. Dengan mengandalkan sinar mentari, detail setiap bagian wayang kulit ia garap dengan penuh hati-hati.

Tangan kirinya memegang pahat kecil, dengan pelan memukulkan palu kayu ke pahat tersebut. Lubang demi lubang dia buat, mengikuti pola yang sudah digambar sebelumnya. Mengubah bentuk kulit menjadi sebuah wayang yang telah dipesan orang. Semua proses dia kerjakan sendiri, menggambar, menatah, mewarnai, hingga finishing.

"Ini namanya Raden Werkudara. Dia adalah Bima, fase sesudah bertemu dengan Dewa Ruci," katanya, sambil menunjukan wayang dengan karakter gagah memiliki rambut tergelung ke atas.

Saat ini, kata lelaki pensiunan dalang warga Kampung Baru, Desa Jambewangi itu, pesanan sudah tidak sebanyak dulu. Mungkin, karena banyak anak muda yang sudah tidak tertarik dengan kesenian tinggalan Sunan Kalijaga ini.

wayang.jpg

"Ini memang kuno dan tradisional. Tapi ini merupakan sejarah dan jati diri masyarakat Jawa," katanya kepada TIMES Indonesia.

Hingga kini, ada sejumlah wayang kulit yang sudah menemaninya hingga usianya saat ini. Tidak satupun, diantara wayang tersebut yang akan dia jual, bahkan meski ditawar dengan harga yang cukup tinggi.

"Wayang ini merupakan karya pertama. Sempat ditawar dengan harga jutaan, namun tidak saya lepaskan. Sudah 60 tahun lebih wayang ini bersama saya," katanya.

Semasa muda, ki Guno sering bepergian ke luar daerah, bahkan hingga diluar pulau untuk manggung. Namun, usianya yang rentan saat ini membuatnya berhenti dari profesinya tersebut. Selain membuat wayang, bapak 4 anak laki-laki itu juga bekerja di pasar sebagai petugas kebersihan.

Empat anak laki - laki Ki Asmoro Sampir memang menyukai pagelaran wayang kulit, tapi tidak ada dari mereka yang meneruskan profesinya sebagai dalang atau pembuat wayang. Namun, darah seniman Banyuwangi tersebut mengalir disetiap anak - anaknya. Terbukti, lukisan karya putra ketiganya sempat terjual di negeri Anime, Jepang. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok
Sumber : TIMES Banyuwangi

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES