Indonesia Positif

Kulit Siwalan untuk Pestisida Organik, Inovasi Ramah Lingkungan ala Mahasiswa Unair Surabaya

Selasa, 18 Juni 2019 - 07:55 | 143.74k
Proses pembuatan kulit siwalan menjadi asap cair sebagai pestisida organik. (FOTO: AJP/TIMES Indonesia)
Proses pembuatan kulit siwalan menjadi asap cair sebagai pestisida organik. (FOTO: AJP/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, SURABAYA – Ksatria Airlangga terus melakukan kreasi dan karya. Kali ini, lima mahasiswa Unair Surabaya memanfaatkan kulit siwalan menjadi asap cair sebagai pestisida organik.

Kegiatan yang lolos pendanaan Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi dalam Program Kreativitas Mahasiswa bidang Pengabdian Masyarakat (PKM M) itu, dilakukan di Desa Semanding, Kecamatan Semanding, Kabupaten Tuban.

PKM M yang diberi nama Tim Asap Cair atau Acar itu terdiri dari Teguh Dwi Saputro mahasiswa Fakultas Keperawatan (FKp) angkatan 2015, Tiyani mahasiswa FKp angakatan 2018, Achmad Ferdynan Thomas Irwan mahasiswa FKp angkatan 2018, Novia Tri Handika mahasiswa FKp angkatan 2016, dan Nova Faridatus Sholihah mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi angkatan 2015.

Teguh, salah satu anggota tim mengatakan bahwa siwalan merupakan sejenis tanaman palma (pinang – pinangan, red) yang tumbuh di Indonesia, salah satuunya di Kabupaten Tuban.

Ia menjelaskan pohon siwalan banyak dimanfaatkan daun, batang, buah, hingga bunganya yang dapat disadap untuk diminum langsung sebagai legen (nira) ataupun diolah menjadi gula siwan (sejenis gula merah).

"Namun pemanfaatan pohon siwalan juga menghasilkan kulit siwalan yang dibuang begitu saja, tanpa diolah kembali, sehingga  menumpuk dan menjadi limbah. Padahal limbah kulit siwalan sebenarnya bisa dimanfaatkan kembali dan mempunyai potensi untuk meningkatkan perekonomian masyarakat. Salah satunya dengan memanfaatkannya menjadi asap cair sebagai pestisida organik," jelasnya.

Mahasiswa-Unair-Surabaya5.jpg

Selaku pencetus ide, Teguh akhirnya mengajak Tiyani, Achmad Ferdynan Thomas Irwan,Novia Tri Handika, dan Nova Faridatus Sholihah, untuk mengembangkan inovasi dengan memanfaatkan kulit siwalan menjadi asap cair sebagai pestisida organik. Penggunaan pestisida anorganik yang semakin tinggi, jelasnya, disebabkan karena dinilai lebih cepat efeknya dari pada pestisida organic.

"Namun perlu diketahui bahwa penggunaan pestisida anorganik yang tidak terkontrol akan menimbulkan resisten terhadap hama tanaman, kandungan nutrisi tanaman yang bercampur dengan pestisida, lebih mahal jika dibandingkan dengan pestisida organic dan predator alami berkurang serta dapat munculnya hama baru," paparnya.

Selain itu, lanjut Teguh, pestisida anorganik juga membahayakan lingkungan. Oleh karena itu, inovasi Acar sebagai pestisida organik dapat menjawab permasalahan tersebut. Hal tersebut, tandasnya, juga di dukung dengan data yang diperoleh dari studi literatur yang dilakukan.

"Dari studi itu menunjukan  masyarakat desa Semanding sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani yang menjadikan inovasi Acar sebagai pestisida organik ini tepat sasaran dan nantinya bermanfaat bagi petani," ungkapnya.

Pada akhir, menambahkan pernyataan Teguh, Tiyani selaku Ketua Tim Acar mengatakan bahwa penggunaan asap cair dari limbah kulit siwalan secara perlahan mampu bersaing dengan pestisida anorganik yang telah marak digunakan oleh masyarakat namun berdampak buruk untuk lingkungan.

“Kami dari berharap bahwa inovasi ini didukung oleh pemerintah kabupaten Tuban. Kami juga berharap nantinya desa ini bisa menjadi desa percontohan desa arau daerah lain yang mempunyai potensi dan permasalahan yang sama,” kata mahasiswa Keperawatan Unair Surabaya itu. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : AJP-5 Editor Team
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES