Pendidikan

Siswa Penyandang Disabilitas Ikuti UTBK 2019 di Unair Surabaya

Sabtu, 15 Juni 2019 - 12:29 | 67.97k
HURIYAH Dhawy Febrianti saat mengikuti UTBK didampingi Rektor UNAIR Prof. Dr. Mohammad Nasih, SE., MT., Ak., CMA., dan Agung selaku penanggungjawab IT di ruang PIPS Kampus C UNAIR Surabaya (4/5/2019. (Foto : Alifian Sukma)
HURIYAH Dhawy Febrianti saat mengikuti UTBK didampingi Rektor UNAIR Prof. Dr. Mohammad Nasih, SE., MT., Ak., CMA., dan Agung selaku penanggungjawab IT di ruang PIPS Kampus C UNAIR Surabaya (4/5/2019. (Foto : Alifian Sukma)

TIMESINDONESIA, SURABAYA – Ujian Tulis Berbasis Komputer / UTBK 2019 memasuki sesi kesembilan pada Sabtu (4/5/2019). Namun ada yang berbeda dengan pelaksanaan UTBK Unair Surabaya kali ini. Itu tampak dari keikutsertaan peserta penyandang tunanetra yang ditempatkan di ruang ujian Pusat Inovasi Pembelajaran dan Sertifikasi (PIPS).

Huriyah Dhawy Febrianti, seorang peserta dari SMAN 8 Surabaya, peserta berkebutuhan khusus tunanetra. Dalam pelaksanaan UTBK, UNAIR menyediakan aplikasi khusus peserta difabel dengan menggunakan scan reader. Perempuan kelahiran Surabaya itu memang mempunyai semangat yang tinggi dalam belajar.

Keistimewaannya sebagai penyandang tunanetra tidak lantas membuat Febri menjadi patah semangat. Ia berkeinginan untuk berkuliah di UNAIR dengan memilihi jurusan Sastra Indonesia sebagai pilihan pertama dan Sastra Inggris sebagai pilihan kedua.

Selain itu ia juga berkeinginan menjadi seorang penulis dan editor. Sehingga ia harus tetap harus berusaha untuk mewejudkan cita-cita tersebut.

Febri mengungkapkan bahwa dalam melaksanakan UTBK, pendampingan dan fasilitas yang diberikan oleh UNAIR dilakukan dengan sangat baik. “Pendampingan yang baik seperti ini harus tetap dipertahankan. Penyandang disabilitas membutuhkan pendampingan yang baik seperti ini,” jelasnya.

Febri berharap, jika kelak ia diterima di UNAIR. Ia sangat menginginkan tidak adanya perlakuan yang berbeda dengan mahasiswa umum lainnya.  Hal itu senada dengan yang diungkapkan Irene, seorang ibu dari anak berkebutuhan khusus. Irene berharap, selaku anak berkebutuhan khusus, Febri mendapat tempat yang sama di universitas. Febri berhak melanjutkan sekolah dan berhak menuntut ilmu di perguruan tinggi negeri (PTN).

“Yang saya harapkan dari pemerintah adalah pendampingan. Pendampingan di tempat pendidikan Febri. Dukungan dari pemerintah di bidang pendidikan. Pemerintah mendukung terutama di bidang fasilitas,” jelas Irene.

Sementara itu, Agung selaku penanggungjawab IT ruang UTBK 2019 dari Unair Surabaya menuturkan bahwa dalam menjawab soal, penyandang tuna netra melakukan semuanya sendiri. Pendampingan sangat diperluakan untuk membantu persoalan teknis. “Secara umum peserta mengerjakan semuanya sendiri,” tambahnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Publisher : Ahmad Rizki Mubarok
Sumber : TIMES Surabaya

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES