Gaya Hidup

Jarang BAB Sebabkan Kanker Usus, Benarkah?

Sabtu, 15 Juni 2019 - 03:49 | 78.00k
ILUSTRASI (FOTO: Hello Sehat)
ILUSTRASI (FOTO: Hello Sehat)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Frekuensi buang air besar (BAB) seseorang bisa berbeda-beda. Ada yang setiap hari, ada pula yang tiga kali seminggu. Frekuensi BAB bisa saja berhubungan dengan berbagai penyakit. Bahkan jarang BAB disebut sebagai salah satu pemicu kanker usus. Benarkah klaim tersebut?

Ada berbagai faktor yang memengaruhi frekuensi BAB seseorang. Mulai dari makanan yang dikonsumsi, asupan cairan, usia, aktivitas sehari-hari, serta kebiasaan yang sering dilakukan.

Menurut studi dari American College of Gastroenterology, penderita konstipasi kronis akan meningkatkan risiko mengalami kanker usus. Selain itu, mereka juga berisiko mengalami tumor jinak.

Risiko penderita konstipasi kronis memiliki kanker usus yaitu 1,78 kali dan 2,7 kali untuk tumor jinak, dibandingkan orang yang memiliki frekuensi BAB normal.

Jarang BAB akibat konstipasi memang dapat merupakan gejala kanker usus, yang mana hubungan antara keduanya ini bukan sebab akibat. Risiko kanker usus yang meningkat mungkin disebabkan karena paparan terhadap zat karsinogen pada kotoran terhadap lapisan usus besar, yang menjadi lebih lama akibat konstipasi.

Selain jarang BAB, Anda juga perlu mencermati tanda-tanda feses yang tidak normal. Segera berikan penanganan yang tepat jika feses berbentuk cair (mencret), tekstur terlalu keras, mengejan dengan susah payah, berbentuk seperti kotoran kambing, berwarna hitam, atau berdarah. Itu semua sebetulnya merupakan alarm yang diberikan tubuh. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES