Peristiwa Daerah Dari Desa untuk Indonesia

Desa di Gresik Berpotensi Jadi Agrowisata Sayur

Jumat, 14 Juni 2019 - 17:37 | 365.81k
Salah satu petani saat menunjukkan mentimun yang ditanam di sawah (FOTO: Akmal/TIMES Indonesia)
Salah satu petani saat menunjukkan mentimun yang ditanam di sawah (FOTO: Akmal/TIMES Indonesia)
FOKUS

Dari Desa untuk Indonesia

TIMESINDONESIA, GRESIK – Salah satu desa di Kabupaten Gresik, Jawa Timur, berpotensi menjadi sentra penghasil sayur mayur. Jika bisa dikembangkan lebih serius maka bisa berpotensi menjadi agrowisata sayur mayur di Kota Pudak.

Desa tersebut berada di Kecamatan Ujungpangkah, tepatnya di Desa Ketapanglor. Di desa tersebut, ratusan hektare lahan sawah warga ditanami aneka sayur mayur.

Ketika TIMES Indonesia berkesempatan mengunjungi Desa Ketapanglor, ada banyak jenis sayur mayur yang ditanam oleh petani. Mulai dari cabai, tomat, kenthi, kacang panjang, pare, terong, jeruk nipis dan lain sebagainya.

Ya memang lengkap, di satu petak sawah ada petani yang menanami cabai, adapula yang tanam mentimun, terong dan tomat seluruhnya atau satu petak sawah diisi satu macam komuditas sayur.

Di sisi lain, ada petani yang mengisi satu petak sawah dengan berbagai macam tanaman jenis sayur mayur.

Bahkan ada pula petani yang memanfaatkan pematang sawah, kemudian disulap menjadi lahan subur yang ditanami berbagai macam aneka tanaman sayur mayur.

"Ya lumayan, ini dulunya tidak terawat. Namun saya tanami berbagai tanaman seperti cabai, tomat. Alhamdulillah menghasilkan," kata Adlan, petani Desa Ketapanglor, Jumat (14/6/2019).

Adlan mengungkapkan, di desanya memang terkenal subur. Segala macam tanaman dapat tumbuh, bahkan tak jarang ada tanaman yang tumbuh sendiri tanpa semgaja ditanam namun menghasilkan.

Dikatakan Adlan, petani di desanya lebih banyak menanam jenis sayur mayur sebab selain mudah perawatannya, jenis sayur mayur bisa dikatakan cepat panen.

"Cukup mudah asal telaten seperti menyemprot maupun memberikannya pupuk organik," imbuh dia.

Namun, yang menjadi momok petani adalah jika harga sayur mayur turun drastis. Misalnya saat ini petani sedang panen cabai, harga cabai di tingkat petani hanya dibeli Rp 10 Ribu oleh tengkulak. Hal itu sangat menyulitkan petani. "Jangankan untung, untuk balik modal saja sulit," tambah Adlan.

Hal yang sama juga terjadi di komuditas lain, misalnya ketika petani panen tomat, maka otomatis tomat ditingkat petani akan murah.

Menanggapi hal itu, Kepala Desa Ketapanglor In'am mengakuinya. Untuk menanggulangi harga anjlok di setiap kali panen, ia mempunyai gagasan ke depan agar pertanian bisa produktif yakni menggagas agrowisaya sayur mayur.

Memang ide besar ini dicetuskan untuk meningkatkan produktivitas pertanian di desanya. In'am menyebut, jika memang desanya layak menjadi agrowisata sayur sebab selain banyak warganya yang menjadi petani. Lahan di desanya sangat subur.

"Ide ini datang, dan terlintas dipikiran. Sebab potensi yang ada di desa yakni sayur mayur bisa tumbuh subur disini," imbuhnya.

Langkah menjadikan desa agrowisata sayur itu tidak main-main. Bahkan beberapa bulan lalu, ia bersama petani dan perangkat desa pernah studi tiru ke Kabupaten Kediri yang disana agrowisata sayur sudah termanajemen dengan baik dan petani bisa sejahtera. 

"Jadi ini projek besar yang harus dilakukan bersama-sama. Meski menjadikan agrowisata sayur di Gresik sulit, kami harus segera memulainya agar potensi di desa bisa dimanfaatkan sehingga nanti masyarakat ataupun petani bisa sejahtera," cetusnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan
Sumber : TIMES Gresik

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES