Kopi TIMES

Belajar Win Win Solution Ala Rasulullah Saw

Minggu, 02 Juni 2019 - 02:35 | 238.64k
Noor Shodiq Askandar, Ketua PW LP Maarif NU Jawa Timur dan Wakil Rektor 2 Universitas Islam Malang. (Grafis: TIMES Indonesia)
Noor Shodiq Askandar, Ketua PW LP Maarif NU Jawa Timur dan Wakil Rektor 2 Universitas Islam Malang. (Grafis: TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, JAKARTARasulullah saw adalah orang yang terkenal dengan kejujuran, keadilan dan keteguhannya dalam mengajak ummat manusia ke jalan Allah dengan benar. Sampai Rasulullah saw mendapat julukan “yang dipercaya” (al amin). Gelar atau julukan ini tentu tidak diperoleh begitu saja, akan tetapi melalui konsistensi panjang dalam memegang prinsip tersebut.

Mulai dari kecil menggembala kambing, saat melakukan muhibah dagang, saat berbicara dengan orang lain. Apa yang diucapkan Muhammad, maka itulah yang dilakukan. Tidak lebih dan tidak kurang. Sampai kemudian, mendapatkan kepercayaan untuk mengelola bisnis yang awalnya dijalankan oleh Siti Khotijah.

Dalam berdagang, Muhammad sangat terkenal kejujurannya. Beliau pernah membatalkan transaksi yang sudah terjadi, dengan mencari pembelinya, karena ternyata ada salah satu unta yang sudah ditransaksikan dalam kondisi sakit. Dengan pola ini, tidak heran kalau kemudian pelanggan dagangan Muhammad rela antri terlebih dahulu sebelum beliau datang, karena para pelanggan sangat percaya dengan kualitas barang yang diperdagangkan. 

Kepercyaan ini menjadi hal yang sangat penting dalam dunia bisnis dan pergaulan. Kalau kepercayaan muncul, pelanggan akan datang dengan sendirinya. Akan tetapi jika kepercayaan hilang atau berkurang, maka pelangganpun pelan tapi pasti akan berkurang dan kemudian habis. Bisnis adalah kepercayaan dan tidak semata mata karena uang ( business is trust, not money). 

Ada peristiwa menarik atas kebersahajaan dan keadilan Rasulullah saw. Pada suatu peristiwa suku suku di Arab bertengkar hebat tentang siapa yang berhak menaruh hajar aswad di kakbah. Bahkan hampir terjadi peperangan dan pertumpahan darah, karena masing masing merasa sebagai fihak yang paling berhak. Atas kebuntuan ini, kemudian semua bersepakat untuk menyerahkan kepada Muhammad sebagai orang yang paling dipercaya oleh semua fihak untuk menjadi penengah. Bahkan mereka juga rela apabila Muhammad sendiri yang harus melakukannya. 

Muhammad ternyata tidak mengambil peluang ini untuk kepentingan dirinya sendiri. Beliau justru meminta disediakan kain putih untuk menaruh hajar aswad yang ujung ujungnya diminta para kepala suku yang memegangnya. Kain itu kemudian diangkat bersama-sama, dan kemudian setelah terangkat,  Muhammad menempatkan batu tersebut (hajar aswad) di kakbah.

Peristiwa ini menggambarkan keadilan Muhammad saw yang sekaligus menunjukkan belaiu berbuat tidak hanya untuk kepentingannya sendiri. Atas peristiwa ini, semua kepala suku merasa senang karena menjajdi bagian tak terpisahkan dari penempatan hajar aswad di kakbah. Tidak ada yang merasa dirugikan dan dikalahkan. Semua menang dan semua juga senang.

Sungguh indah kehidupan ini jika model tersebut menjadi bagian dari amalan dan kebijakan kita sehari hari. Jangan merasa menang sendiri dan jangan pula mengambil kesempatan hanya untuk dirinya sendiri. Tidak perlu aji mumpung. Semuanya dilakukan dengan pertimbangan yang komprehensif. Win win solution yang dicontohkan Rasulullah saw adalah cara terbaik dalam mengambil keputusan, agar bisa diterima semua fihak tanpa ada yang merasa dirugikan. (*)

*) Penulis, Noor Shodiq Askandar, Ketua PW LP Maarif NU Jawa Timur dan Wakil Rektor 2 Universitas Islam Malang.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES