Peristiwa Internasional

Umat Hindu Bali di Australia Gelar Tradisi Ritual Piodalan

Minggu, 26 Mei 2019 - 14:40 | 497.60k
Umat Hindu Bali di Australia menggelar upacara Piodalan pada Sabtu (25/5/2019). (Foto: Balinese Community for TIMES Indonesia)
Umat Hindu Bali di Australia menggelar upacara Piodalan pada Sabtu (25/5/2019). (Foto: Balinese Community for TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, AUSTRALIA – Meski jauh dari tanah kelahirannya, Umat Hindu Bali di Australia tak lupa akan tradisi leluhur. Itulah yang mendasari digelarnya upacara Piodalan atau yang disebut juga sebagai Pujawali, Petoyan atau Petirtaan.

Dilakukan sesuai kalender Bali pada Sabtu (25/5/2019), upacara ritual Piodalan digelar di salah satu kediaman warga Bali di Godfrey St, Penhurst, Sydney. Ritual itu diawali Upacara Melasti pada pagi hari di Brighton Beach, Sydney New South Wales (NSW).

Upacara Melasti digelar untuk menghanyutkan kotoran alam menggunakan air kehidupan.Dilaksanakan di pinggir pantai, upacara ini bertujuan menyucikan diri dari segala perbuatan buruk pada masa lalu dan membuangnya ke laut.

TIMES-Indonesia-Piodalan-4.jpg

Seperti halnya di Bali, segala macam sesajen dan perlengkapan hadir di acara ini, termasuk Ida Ratu Gede Sakti Mas Mecaling dan Ida Betara Sidakarya Ireng. Begitu juga  Sembilan bendera yang melambangkan dewa penjuru angin, termasuk tumpeng pitu.

Piodalan sendiri merupakan rangkaian upacara Dewa Yadnya yang ditujukankepada Ida Sang Hyang Widi pada sebuah pura atau tempat suci. Piodalan berasal dari kata Wedal yang memiliki arti keluar dari lahir.

Jatuh berdasarkan perhitungan sasih yang merujuk pada kalender Saka yang jatuhnya setiap 1 tahunsekali. Hitungan ini berdasarkan perhitungan wuku yang merujuk pada kalender atau penanggalan Bali yang jatuhnya setiap 6 bulan (210 hari) sekali.

Biasanya, prosesi Piodalan atau hari besar tersebut dipimpin orang suci seperti Pemangku ataupun Pendeta.Untuk ritual kali ini umat Hindu Bali di Sydney mendatangkan pemuka agama Hindu dari Indonesia, Ida Pandita Daksa Charya Manuaba.

TIMES-Indonesia-Piodalan-2.jpg

Ritual diawali dengan Mecaru air suci yang diambil dari laut. Dalam kepercayaan Hindu, sumber air seperti danau dan laut dianggap sebagai air kehidupan (tirta amerta). Dilanjutkandengan Banten Surya, kontak dengan Tuhan, dan Taman Pulo Gambal.

"Tujuan Piodalan ini adalah recharge, semacam isi ulang, yaitu mengingatkan kembali berbakti kepada Tuhan, Sang Hyang Widhi Wasa. Makna lainnya adalah berbakti kepada orang tua. Juga kepada ruh atau atman. Kami mempercayai Atman adalah percikan dari Tuhan," terang Pendeta Hindu yang bernama asli Profesor Doktor I Nyoman Sutjipta itu.

Pendeta Hindu yang juga Dosen Fakultas Pertanian Universitas Udayana ini menuturkan jika sebagai jiwa atau atman/ruh adalah saudara. Jika badan tergantung lingkungan tapi jiwa sesama manusia adalah saudara.

"Banyak orang yang tidak sadar bahwa kita ini bersaudara. Andai semua manusia paham itu, dunia ini menjadi damai. Bakta kepada agama adalah salah satunya untuk menghilangkan penyakit iri dengki, agar jiwa selalu bersih," urainya dalam Dharma Wacana  (kotbah) di hadapan Umat Hindu yang hadir.

TIMES-Indonesia-Piodalan-3.jpg

Saat ritual sendiri, seorang penari yang mengenakan Ida Ratu Gede Emas berambut Panjang warna putih dengan diiringi gamelan khas Bali, beberapa orang mengalami trans. 

"Kita meyakini bahwa kejadian trans itu menunjukkan ciri kehadiran Tuhan datang pada prosesi sakral. Ciri daripada Beliau datang, adaseseorang dari pemedak (hadirin) mengalami trans. Itu bentuk komunikasi antara kita dengan Sang Hyang Widhi Wasa," pungkas Ida. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Ronny Wicaksono
Publisher : Dhian Mega
Sumber : Press Rilis

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES