Kopi TIMES

Taubat

Minggu, 26 Mei 2019 - 09:15 | 71.90k
Noor Shodiq Askandar (Grafis: TIMES Indonesia)
Noor Shodiq Askandar (Grafis: TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, MALANG – Bulan ramadhan adalah saat dimana banyak orang bersemangat untuk meningkatkan amal ibadah. Berbagai ragam cara dilakukan, mulai dari peningkatan kualitas sholat sekaligus makin rajin shalat sunah, menambah jumlah harta yang disedekahkan, memperbanyak baca, dan lain sebagainya. 

Ramadhan juga bulan yang lengkap dimana sepuluh hari pertama merupakan hari hari yang penuh dengan rahmat, maghfiroh di sepuluh hari kedua, serta pembebasan dari api neraka pada sepuluh hari ketiga. Sudah begitu, masih ada janji sebagaimana yang didawuhkan oleh Rasulullah SAW: Narang siapa yang berpuasa ramadhan dengan penuh keimanan dan keihlasan, niscaya akan diampuni dosa dosanya yang telah lalu.

Apakah pengampunan itu bisa terus diberikan secara otomatis? Jawabnya tentu hanya Allah swt yang maha tahu dan maha kuasa untuk memberikannya. Namun demikian, Islam mengajarkan dan memberikan peluang bagi ummat Islam untuk melakukan pertaubatan atas segala kesalahan yang telah dijalaninya kepada Allah swt yang maha pengampun.

Pertaubatan tersebut setidaknya meliputi tiga hal. Pertama, memohon ampunan atas segala kesalahan yang telah dilakukan baik disengaja ataupun tidak. Manusia itu tempatnya salah dan lupa, sehingga tidak mungkin ada yang tidak mempunyai kesalahan, kecuali Rasulullah saw yang mashum. Oleh karena itu, memohon ampun adalah jalan terbaik bagi ummat Islam untuk dapat dilakukan kapan dan dimana saja, disetiap waktu pada saat kesadaran telah berlaku salah muncul.

Kedua, menyesali apa yang telah dilakukan. Rasa penyesalan ini adalah bukti kesungguhan pengakuan atas segala kesalahan yang telah diperbuat. Memang berat menyatakan diri bersalah, karena seringkali ego, ujub, merasa benar sendiri dan hal sejenisnya yang muncul pada diri manusia. Selama masih ada nafsu, apalagi nafsu yang kurang baik, penyesalan merupakan pekerjaan yang berat sekali. 

Oleh karena dalam hadits (orang sering menyebut hadits ini hasan), Rasulullah SAW saat pulang dari sebuah perang bersabda: saat ini kita baru pulang dari perang kecil. Para sahabat bertanya : perang apakah yang disebut sebagai perang besar. Memerangi hawa nafsu adalah perang besar (jihad kubro), jawab Rasulullah SAW.

Ketiga, berjanji untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama. Kesalahan kecil apabila sering diulangi tentu akan menjadi kesalahan yang besar dan punya dampak yang besar. Bahkan yang lebih membahayakan, kalau kesalahan sering dilakukan akan bisa menjadi sebuah kebiasaan. Ini yang lebih berbahaya. Oleh karena itu dalam pertaubatan yang baik adalah adalah taubatannasuha (yang benar-benar bertaubat), bukannya tobat terus kumat (tomat).

Adalah merupakan sebuah keniscayaan manusia itu melakukan kesalahan. Atas kesalahan yang dilakukan, mamintalah maaf kepada Allah swt yang maha memberi ampunan dengan segala hal, dan kemudian berjanji untuk tidak mengulanginya dikemudian hari. Saatnya bersama sama ber-taubat untuk hidup yang lebih bermartabat.(*)

*)Penulis, Noor Shodiq Askandar, Ketua PW LP Maarif NU Jawa Timur dan Wakil Rektor 2 Universitas Islam Malang.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES