Kopi TIMES

Pendusta Agama dan Keberimbangan Hidup

Sabtu, 25 Mei 2019 - 06:39 | 52.45k
Noor Shodiq Askandar
Noor Shodiq Askandar

TIMESINDONESIA, JAKARTA – TERDAPAT golongan lain yang bisa dikatagorikan sebagai pendusta agama, disamping orang yang menghardik anak yatim dan yang tidak mau menganjurkan memberikan memberi makan orang miskin.  Golongan terahir ini sering tidak banyak disebutkan dan dikaji, karena hanya merujuk pada surat al Ma'un ayat satu sampai dengan tiga. 

Terkait dengan pendusta agama ini, tokoh dan cendekiawan muslim  Prof Dr Hamka bahkan menyatakan bahwa pendusta agama adalah orang yang mendustai pilar pilar agama, yang meliputi baca syahadat, mendirikan sholat, menunaikan zakat, menjalankan ibadah puasa dan menunaikan ibadah haji bagi yang mampu.

Hal ini merujuk pada hadits Rasulullah SAW bahwa Islam dibangun diatas lima pilar, yaitu syahadat, sholat, puasa, zakat, dan haji. Dengan demikian, sebetulnya orang yang mengingkari dengan tidak menjalankan lima pilar Islam itu bisa juga dikatagorikan sebagai pendusta agama. 

Jika melihat konteks ini, sebetulnya pandangan kita bisa lebih lengkap. Lima pilar Islam adalah landasan ketaatan dan menjaga hubungan yang baik dengan Allah SWT, sedang yang terkait dengan anak yatim dan orang miskin adalah keterkaitan dengan hubungan antar sesama manusia.

Hal ini juga dipertegas dalam surat al imron ayat 112: Mereka diliputi kehinaan dimana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia dan mereka kembali mendapatkan kemurkaan dari Allah SWT dan mereka diliputi kerendahan. Dari ayat ini dipertegas kewajiban membangun dua hubungan yaitu dengan Allah SWT dan sesama manusia.

Untuk katagori ketaatan terhadap perintah Allah SWT ini yang disebut dengan kesalehan individu untuk menjalankan segala perintah dan menjauhi segala yang dilarang oleh Allah SWT. Sedang kesalehan sosial diwujudkan dalam bentuk kepedulian terhadap sesama.

Itulah harmoni kehidupan yang indah, karena di dalam Al Qur'an dijelaskan dalam satu ayat yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Tidak boleh kuat disatu sisi tapi lemah disisi lain. Semoga kita tidak termasuk dalam golongan pendusta agama(*)

 

*Penulis, Noor Shodiq Askandar, Ketua PW LP Maarif NU Jawa Timur dan Wakil Rektor 2 Universitas Islam Malang.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES