Kopi TIMES

Rahwana di Mana-mana

Jumat, 24 Mei 2019 - 14:05 | 77.93k
Dr H Moh Syaeful Bahar, M.Si, Dosen UIN Sunan Ampel Surabaya. (Grafis: TIMES Indonesia)
Dr H Moh Syaeful Bahar, M.Si, Dosen UIN Sunan Ampel Surabaya. (Grafis: TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – SIAPA yang tak tahu Rahwana, Prabu Dasamuka yang gagah perkasa, namun licik tiada tara. Wajahnya saja ada sepuluh muka, menunjukkan ketidakjelasan kepribadiannya yang penuh angkara murka. 

Tangannya ada dua puluh, menunjukkan kesombongan dan nafsu kekuasaannya. Dia seorang raja, raja di Alengka. Dia juga sakti mandraguna, dia pula yang berhasil menculik Dewi Sinta dari tangan Rama.

Itulah Rahwana. Wajah misterius yang penuh tanda tanya. Wajahnya berubah-ubah, persis sama dengan berita hoax yang sedang mewabah di sekitar kita.

Media sosial dan media chat, tak ubahnya wajah Rahwana. Saling berganti konten berita, berseliweran tak terhingga. Hoax menjadi menu utama, disajikan dalam bungkus kebenaran yang dimanipulasi dengan data-data palsu belaka.

Kerusuhan massa di Jakarta, lahirkan juga pro dan kontra. Nyawa para korban kerusuhan bukan lagi dilihat sebagai ironi kemanusiaan, tapi menjadi komoditas kepentingan belaka. Digiring-giring menjadi umpan amuk massa yang lebih besar, tujuannya, chaos terjadi mana-mana.

Itulah Rahwana. Para pengacau yang memancing marah di mana-mana. Semoga Sri Rama segera datang menangkapnya, dan mengembalikan keadaan menjadi baik-baik saja.

Kebijakan Blokir Media Sosial dan Media Chat

Akhirnya pemerintah melalui Menkopulhukam dan Menkoinfo mengeluarkan kebijakan pembatasan penggunaan media sosial dan media chat. FB, IG, Twiter, Whatsapp dan media yang lain diblokir, atau dibatasi penggunaannya. Kirim dan menerima gambar, menjadi sulit dilalukan. 

Pemerintah menganggap, kebijakan ini bertujuan menghentikan provokasi, dan mengurangi dampak destruktif yang diakibatkan oleh hoax dan propaganda provokatif. Pemerintah menilai, kerusuhan yang terjadi di Jakarta, berpotensi akan menular dan menyulut kerusuhan yang sama di beberapa daerah, dan ketakutan pemerintah terbukti, di Pontianak Kalbar dan di Sampang Jatim sudah terjadi.

Tidak ingin kecolongan, pemerintah akhirnya memutuskan kebijakan ini, blokir dan batasi penggunaan media sosial dan media chat. Bertahap dan hanya beberapa hari saja, tergantung pada situasi di Jakarta. 

Sampai hari ini, pro kontra atas kebijakan ini menjadi ramai didiskukan. Dan hal itu tak perlu dibahas. Kedua kelompok memiliki rasionalisasi atas sikapnya, atas posisinya, pro atau kontra. Silahkan berdebat, biar rakyat yang menentukan, di mana kiranya yang lebih rasional dan lebih benar bagi khalayak. 

Namun, untuk memastikan bahwa diskusi atau perdebatan masih di batas normal dan wajar, kenali siapa yang sedang berdebat. Jika yang melakukan adalah para elit yang sedari awal teredentifikasi sebagai provokator, segera tinggalkan. Tak ada guna, mereka yang menebar percik api, dan mereka juga yang menyiram bensin di tengah kobaran api. Kepentingannya jelas, hanya politik kekuasaan belaka. Merekalah para Rahwana. Menebar kebencian dengan wajah yang berubah-ubah. Informasi yang disampaikan berseliweran tanpa data, hanya berisi hoax dan kebencian. Semua disampaikan dengan nyinyir penuh keculasan.

Tapi kita tetap harus kiritis mempertanyakan, apa dasar hukum pembatasan ini? Apakah pemerintah memiliki dasar hukum? Jika iya, kita pantas mengapresiasi, jika tidak, kita wajib mempertanyakan? 

Diakui atau tidak, kebijakan ini merugikan beberapa pihak. Misal, contoh kecil saja, beberapa orang yang mengandalkan bisnis online, sangat terpukul dengan kebijakan ini. Apalagi ini memasuki akhir bulan Ramadhan, di saat transaksi online sedang berada di titik puncaknya.

Namun, jika kebijakan ini benar-benar berhasil mengurangi dampak kerusakan dari provokasi dan propaganda elit atas kejadian di Jakarta, kitapun harus sadar, sabar merelakan hari-hari kita tanpa media sosial dan media chat sebagaimana normalnya. Hanya beberapa hari saja. 

Hoaks adalah Framing

Apakah dikira hoaks itu sekedar informasi bohong yang diciptakan dengan maksud sederhana? Tidak. Hoaks itu diciptakan dengan perencanaan yang matang. Target pengaruhnya jangka pendek dan jangka panjang, sesuai kebutuhan dan sesuai dengan target massa yang di sasar. 

Semakin terdidik sebuah komunitas, tak bisa diharap hoaks berpengaruh dalam jangka pendek. Butuh waktu mempengaruhi mereka. Butuh alat-alat bukti untuk menguatkan hoax. 

Berbeda dengan kelompok massa tak terdidik, tak butuh waktu lama. Singkat saja, yang penting, hoaks tersebut langsung menikam emosi massa, maka hoaks akan efektif bekerja. Kerusuhan di Sampang, adalah salah satu contoh dari efektivitas hoaks bekerja.

Dalam kajian teori, hoaks dapat diartikan bagian dari upaya framing. Yaitu suatu upaya membentuk persepsi masyarakat dengan cara membingkai berita sesuai dengan kepentingan sang komunikator. Sesuai selera dan kemauan sang komunikator. Mau dibentuk bagaimana? disajikan dalam bahasa apa? Semua tergantung design sang komunikator. Jika berita yang disajikan hanya data abal-abal, kepentingannya hanya membakar emosi massa, jelas framing yang didesign adalah provokasi, sang komunikator jelas statusnya adalah provokator. 

Karena itu, ketelitian seorang pembaca, pemirsa, komunikan, sangat berpengaruh atas kesimpulannya dalam menilai sebuah berita. Ini framing atau benar-benar fakta. Ini benar-benar fakta yang disajikan dengan jujur atau ini sebuah fakta yang digoreng dengan narasi kepentingan. 

Semua kembali ke sidang pembaca. Sayangnya, tak semua pembaca dan pemirsa adalah pembaca dan pemirsa yang teliti dan jeli. Mau sedikit sabar dan berlama-lama mencari tahu kebenaran informasi yang diterima. Menelaah dengan teliti, siapa pihak yang menyebar berita, siapa aktor yang berperan dan seterusnya. Tidak dengan gegabah, mempercayai sebuah berita tanpa menelaahnya, diperparah lagi, dengan mudah menyebarkan berita hoax tersebut ke pesan-pesan berantai.

Seharusnya, sidang pembaca dan pemirsa meyakini bahwa, semua berita pada dasarnya "tidak benar", sehingga perlu ada klarifikasi atasnya. Klarikasi yang meliputi, siapa aktor, siapa komunikator, media apa yang menyebarkan, isi berita, di mana dan kapan dan seterusnya. Semua harus diklarifikasi, dikaji dan dipahami dengan hati-hati. 

Karena, dalam kondisi seperti hari ini, semua bisa menjadi "benar" jika disajikan dengan baik dan rapi, dan semua bisa "salah" jika tidak disajikan dengan baik dan rapi. Padahal, yang benar sejatinya tidak benar, dan yang salah, sejatinya adalah benar. Itulah masa-masa kesimpang siuran menjadi menu harian berita.

Belajar ke Gus Dur

Gus Dur pernah jadi korban framing jahat. Gus Dur dijatuhkan dari kursi presiden karena prilaku tak adil lawan-lawan politiknya. Mereka menuduh Gus Dur melakukan korupsi, sebagai pintu masuk mendepak Gus Dur dari Istana Negara. Framing Gus Dur korupsi mereka buat dengan rapi, jeli dan bertubi-tubi. Sebagian rakyat termakan dan berapi-api ikut serta meneriakkan Gus Dur korupsi.

Gus Dur akhirnya jatuh. Bukan karena terbukti korupsi, tapi karena kesepakatan jahat para politisi yang tak berhasil merayu Gus Dur untuk kompromi. 

Tapi Gus Dur menanggapi dengan santai dan happy. Gus Dur berkata bahwa pada saatnya kebenaran akan muncul, dan rakyat akan tahu siapa yang benar dan siapa yang salah. Pernyataan yang tak membakar api kemarahan pendukungnya. Gus Dur tidak matian-matian mempertahankan jabatannya. Bagi Gus Dur, jabatan tidak ada artinya dibandingkan dengan resiko konflik anak bangsa. Gus Dur lebih cinta rakyatnya dibandingkan jabatannya. Itulah Gus Dur, korban framing jahat yang dilakukan oleh lawan-lawan politiknya.

Siapapun tahu, siapa lawan politik Gus Dur kala itu. Siapapun tahu bahwa yang bersangkutan masih memerankan peran yang sama hingga sekarang. Berwajah Rahwana, menebar ketidakbenaran dengan bungkus agama yang penuh kebencian.

Moment of Truth

Tapi jangan risau, jangan khawatir. Kebenaran pasti datang. Begitu kesimpulan Gus Dur. Kapan? Ketika tuhan sudah berkehendak. Ketika tuhan ingin menunjukkan kebenaran yang sebenarnya. Karena, pada akhirnya, semua kebohongan akan terbongkar, sepandai-pandai tupai melompat, sekali waktu akan jatuh juga. Sepandai-pandai menyimpan bangkai, pada akhirnya akan tercium juga, begitu kata pepatah mengatakan.

Itulah moment of truth. Di saat tuhan membuka kebenaran dan mempertontonkan kebohongan. Cerita Zulaikha istri Porifar, seorang pejabat tinggi di jaman Mesir Kuno, yang menfitnah nabi Yusuf adalah contoh sempurna dari moment of truth. Meskipun awalnya nabi Yusuf dipenjara karena dituduh (sebagaimana fitnah Zulaikha) menggoda Zulaikha, namun akhirnya terkuak kebenaran bahwa itu semua bohong, hanya fitnah belaka. 

Kebenaran muncul ketika Allah menggerakkan hati Zulaikha untuk mengakui dengan Jujur bahwa dia menfitnah nabi Yusuf, bukan nabi Yusuf yang datang menggodanya, namun dia yang berusaha merayu nabi Yusuf jatuh dalam pelukannya. Itulah moment of truth. Tak bisa ditolak. Dia datang atas kehendak tuhan. Tak bisa dicegah oleh siapapun.

Mungkin juga sama dengan kasus Ratna Sarumpet. Drama Ratna Sarumpet menyerupai drama Zulaikha. Dia karang cerita bahwa dia dianiaya, lalu menjadi viral. Tokoh sekaliber Amir Rais dan Prabowo saja percaya. Tapi tuhan berkehendak lain, kebenaran dibuka lebar-lebar. Ratna Sarumpet akhirnya mengakui bahwa dia berbohong, ngarang cerita, dia tidak dianiaya, tapi baru selesai operasi plastik. 

Maka, jangan terlalu risau dengan kehadiran Rahwana yang bermuka banyak. Jangan khawatir dengan berita hoax yang berseliweran, biarkan saja. Doakan saja, agar tuhan segera membuka pintu kebenaran. Agar rakyat segera tahu, siapa yang bohong dan siapa yang jujur. Siapa yang benar-benar bekerja untuk rakyat, dan siapa yang tidak. Doakan saja. (*)

*) Penulis, Moh Syaeful Bahar, dosen UIN Surabaya dan Pengurus Cabang NU Kabupaten Bondowoso

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES