Kopi TIMES

Perempuan Indonesia Pasca Pemilu

Rabu, 22 Mei 2019 - 14:30 | 44.19k
Ana Rokhmatussa’diyah, Dosen Fakultas Hukum Unisma,  Penulis Buku,  Ketua Pokja 1 TP PKK Kota Malang dan ketua Club Socialita Malang Raya. (Grafis: TIMES Indonesia)
Ana Rokhmatussa’diyah, Dosen Fakultas Hukum Unisma,  Penulis Buku,  Ketua Pokja 1 TP PKK Kota Malang dan ketua Club Socialita Malang Raya. (Grafis: TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, MALANGRAKYAT Indonesia sudah menggunakan hak pilihnya pada 17 April lalu, yang bermakna, bahwa demokrasi sudah diberikan oleh “pemilik sejatinya”.  Rakyat dengan keikhlasannya sudah membuktikan secara moral dan politik, serta konstitusional  untuk memberikan yang terbaik pada negerinya.

Kita secara general paham, bahwa dari pemilu itu, rakyat bisa mengantarkan banyak elemen bangsa untuk meraih kedudukan empuk, tidak terkecuali para perempuan. Mereka diuntungkan oleh sang pemilik “suara tuhan” (vox populi, vox dei) untuk mendapatkan kursi empuk, diantaranya menjadi anggota dewan (legislative). Masalahnya, bagaimana komitmennya untuk Indonesia setidaknya khusus buat perubahan kaum perempuan di negeri ini?

Yang jelas, ketika mereka sudah di singgasana kekuasaaan, mereka harus mebdisain dirinya jadi pejuang. Dalam mempelajari peran kepejuangan perempuan Indonesia dari waktu ke waktu, mereka tidak boleh mengabaikan sejarah. Peristiwa yang terkandung dalam sejarah merupakan mutiara berharga yang bisa memberikan makna tiada tara, karena dalam sejarah ini ada sejumlah “lukisan” mengenai peran sejumlah sosok  manusia yang telah berjasa pada masyarakat, bangsa, dan Negara ini.

Salah satu sosok penting dalam sejarah kehidupan masyarakat, bangsa, dan Negara ini bernama RA Kartini. Sosok ini secara umum  memang telah mengilhami perempuan Indonesia dari masa kemasa. Spirit perjuangannya mampu menghidupkan mobilitas dan dinamika peran para perempuan Indonesia. Bisa dikatakan, bahwa tidak ada anak-anak perempuan yang tidak mengenal keharuman namanya.

“Melalui Gelap menuju ke penerangan, melalui angin besar menuju ke kediaman, melalui perang menuju ke kemenangan, melalui susah menujun kesenangan”,  demikian pesan RA Kartini kepada kaum perempuan Indonesia dan dunia dengan harapan, bahwa perempuan Indonesia dari zaman ke zaman, termasuk yang nantinya duduk di singgasana kekuasaa, tetap punya semangat juang untuk menemukan jalan terangnya.

Pesan RA Kartini itu juga menunjukkan, bahwa Kartini sebenarnya mengajak kepada setiap perempuan yang ada di nusantara ini, untuk tidak membiarkan dirinya berada dalam kegelapan, apalagi sampai terjerumus dalam praktik penyalahgunaan kekuasaan. Kartini mengajak agar perempuan Indonesia bisa mewujudkan apa yang disebut dengan era terang benderang atau era kemajuan.

Sebagai refleksi, bahwa era yang digegap gempitakan sekarang adalah era revolusi industri 4.0, yang disebut sebagai era industri digital yang konsekuensinya  menuntut kemampuan setiap elemen bangsa manapun di muka bumi, khususunya kaum perempuan elitis produk pemilu 2019 untuk menjawab dengan segala kemampuannya.

Kita tahu, bahwa pemerintah sendiri bertekad akan menggenjot pendidikan sumber daya manusia (SDM) local, termasuk perempuan,  guna mendukung pengembangan Revolusi Industri 4.0 di dalam negeri. Kompetensi atau kecakapan antar SDM lokal sangat dibutuhkan agar Indonesia tak hanya menjadi penonton dalam Revolusi Industri 4.0.

Pesan RA Kartini  di atas  sebenarnya mengajak kepada setiap perempuan untuk tidak membiarkan dirinya berada dalam ketidakberdayaan atau mengajaknya untuk jadi subyek pembangunan yang progresif dan modern, serta berintegritas. Kartini identik meminta perempuan Indonesia untuk siap terlibat di era apapun, termasuk di era revolusi industry 4.0.

Perjuangan yang diwariskan oleh Kartini itu menjadi milik “Kartini-Kartini” di era revolusi  industri 4.0 ini. Kartini-kartini di era revolusi ini mempunyai tugas atau kewajiban besar yang harus diwujudkannya. Tantangan apapun dan dimanapun seperti kemajuan produk teknologi industri mesti ada dan selalu akan terjadi seiring dengan dinamika peradaban, karena tidak ada namanya mewujudkan keinginan besar atau kepentingan mulia tanpa adanya eksaminasi beragam dalam memperjuangkannya.

Perempuan tidak bisa begitu aja bisa keluar dari kegelapan menuju era keemasan, khususnya di era milenial ini jika tidak melalui suatu perjuangan. Peperangan harus terus menerus digelorakan oleh perempuan supaya mimpi-mimpi atau cita-citanya bisa terwujud. Perempuan yang harus lebih banyak memberikan teladan ini adalah elits produk pemilu 2019 ini.

Tidak akan mungkin impian perempuan Indonesia bisa terwujud tanpa adanya “unjuk” keberanian yang bersifat istimewa atau kegigihan dalam memperjuankannya. Kegigihan dan perjuangan adalah kata kunci yang menentukan setiap perempuan Indonesia, dan inilah yang sudah diteladankan oleh Kartini untuk masyarakat, bangsa, dan Negara ini.

Kartini-kartini  produk pemili 2019 ini mempunyai tugas atau kewajiban besar yang harus diwujudkannya. Tantangan apapun dan dimanapun mesti ada, karena tidak ada namanya mewujudkan keinginan besar atau kepentingan mulia tanpa adanya  bermacam duri dalam memperjuangkannya, khususnya duri yang berembrio dari lingkaran internal kekkuasaanya.

Dalam tulisannya lagi, Kartini menulis yang berbunyi  “Mari, wahai perempuan, gadis-gadis muda, bangkitlah, mari bergandeng tangan  dan bekerjasama untuk mengubah keadaan yang tak tertahankan ini.

Pesan Kartini itu ditujukan pada perempuan Indonesia supaya menunjukkan semangat dan aktifitasnya guna memperjuangkan atau memerangi setiap bentuk perbuatan yang menodai konstruksi pembangunan negeri ini.

Semboyan itu juga sebagai ajakan supaya setiap elemen bangsa ini, khususnya kalangan perempuannya  supaya punya keberanian tinggi. Perempuan dimintanya tidak bermental penakut. Perempuan harus maju mendisain mentalitas dan intelektualitasnya demi memenangkan pertarungan di zaman milenial ini.

Perempuan harus berani memordenisasi dirinya demi memperjuangkan hak-haknya yang masih sering dijadikan obyek pelanggaran. Kalau tidak bisa menunjukkan progresifitasnya dalam perjuangan di laga politik kebangsaan, apa gunanya perempuan “dilahirkan” lewat Pemilu 2019 ini? (*)

 

*) Penulis: Ana Rokhmatussa’diyah, Dosen Fakultas Hukum Unisma,  Penulis Buku,  Ketua Pokja 1 TP PKK Kota Malang dan ketua Club Socialita Malang Raya.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : AJP-5 Editor Team
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES