Kopi TIMES

Ayo Sedekah Berjemaah

Selasa, 21 Mei 2019 - 07:35 | 67.08k
Noor Shodiq Askandar, Ketua PW LP Maarif NU Jawa Timur dan Wakil Rektor 2 Universitas Islam Malang. (Grafis: TIMES Indonesia)
Noor Shodiq Askandar, Ketua PW LP Maarif NU Jawa Timur dan Wakil Rektor 2 Universitas Islam Malang. (Grafis: TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, MALANG – TIDAK ada Islam kecuali berjemaah. Tidak ada berjemaah jika tidak ada pemimpin. Tidak ada pemimpin kalau tidak ditaati. Begitulah salah satu ajaran Islam dalam bekerjasama dan berorganisasi. Begitu pentingnya berjemaah dalam kehidupan umat manusia, sampai hal yang terkait dengan shalat. Hal ini sebagaimana didawuhkan Rasulullah SAW bahwa jika shalat dilakukan secara berjemaah, maka akan diberikan pahala dua puluh tujuh kali lipat. Bagaimana dengan sedekah

Apakah bisa dilakukan berjamaah? Seberapa penting sedekah dilakukan dengan berjemaah? Apa ada peningkatan manfaat dengan sedekah berjemaah? dan masih banyak pertanyaan lainnya.

Sedekah adalah upaya memberikan sesuatu kepada pihak lain yang membutuhkan sebagai upaya membantu meringankan beban kehidupan. Dalam konteks ini sebetulnya sedekah bisa dilakukan baik individu maupun bersama sama. Namun demikian, terdapat beberapa kelebihan jika dilakukan dengan berjemaah. 

Pertama, dengan diorganisir secara baik, nominal yang dikumpulkan akan menjadi semakin banyak. Sedikit demi sedikit jika dikumpulkan akan menjadi bukit (begitulah pepatahnya). Pengalaman penulis dengan membuat Gerakan Sedekah Sedino Sewu, dana yang terkumpul bisa sangat besar. 

Satu kecamatan saja di Turen Kabupaten Malang, bisa mengumpulkan dana kurang lebih dua ratus lima puluh lima juta (255.000.000) per-bulan. Bayangkan jika penduduk Malang, atau Jawa Timur, atau bahkan se-Indonesia mau menyisihkan seribu rupiah saja (Rp 1000) perhari, berapa miliar atau bahkan trilyun dana yang bisa terkumpul.

Kedua, manfaat yang meningkat apabila sedekah dilakukan berjemaah. Seribu rupiah mungkin tidak banyak berarti, akan tetapi jika dikumpulkan bisa menjadi puluhan, ratusan, jutaan, milyaran, bahkan trilyunan yang manfaatnya bisa meningkat berlipat-lipat. 

Dengan akumulasi dana yang lebih besar, bantuan akan menjadi lebih bermakna, sehingga dengan demikian manfaatnya bisa lebih nyata dalam upaya menyejahterakan kehidupan masyarakat. Kualitas bantuanpun bisa lebih baik daripada jika diterima oleh masing-masing pribadi.

Ketiga, ragam bantuan yang diberikan bisa lebih variatif. Bantuan atas sedekah yang dikumpulkan tidak harus diberikan dalam nominal uang, akan tetapi bisa diberikan dalam berbagai program yang bermanfaat, baik bidang pendidikan, ekonomi, kesehatan, sosial dan kebencanaan serta berbagai program lainnya.

Keempat, ragam sedekah yang dikumpulkan juga bisa dirupakan dalam berbagai hal. Sedekah tidak mesti menggunakan uang, akan tetapi bisa berupa apa saja yang bisa diberikan. Di Jabung Malang ada sedekah susu, di Karangjati Ngawi dikembangkan sedekah pohon pisang. Begitu juga di Trenggalek ada gerakan sedekah pohon. 

Masing-masing gerakan sedekah, bisa menyesuaikan dengan kekhasan daerah, agar memudahkan masyarakat mensukseskan Gerakan Sedekah Berjamaah.
Begitulah sedekah berjamaah yang ternyata mampu mengoptimalkan potensi sekaligus meningkatkan kemanfaatan.

Dengan model ini, nilai tambah yang tercipta pun bisa lebih besar dan dirasakan oleh masyarakat. Kedepan, dengan gerakan ini tidak ada lagi orang yang kesulitan makan, tidak ada juga orang yang kesulitan pendidikan. Begitu juga yang sakit, bisa memperoleh fasilitas kesehatan yang memadai. Bismillah, sedekah berjemaah untuk hidup yang lebih berkah. (*)

*Penulis, Noor Shodiq Askandar, Ketua PW LP Maarif NU Jawa Timur dan Wakil Rektor 2 Universitas Islam Malang.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES