Peristiwa Daerah

Kawulo Ngayogyakarta Hadiningrat Larung Tokoh Wayang Sengkuni di Sungai Code

Senin, 20 Mei 2019 - 23:48 | 106.07k
Kawulo Ngayogyakarta Hadiningrat (KNH) ketika menggelar aksi teatrikal di simpang empat Tugu Pal Putih, Senin (20/5/2019) sore. (FOTO: Istimewa/TIMES Indonesia)
Kawulo Ngayogyakarta Hadiningrat (KNH) ketika menggelar aksi teatrikal di simpang empat Tugu Pal Putih, Senin (20/5/2019) sore. (FOTO: Istimewa/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, YOGYAKARTA – Ratusan orang yang tergabung dalam Kawulo Ngayogyakarta Hadiningrat (KNH) menggelar aksi teatrikal di simpang empat Tugu Pal Putih, Senin (20/5/2019) sore. Dalam aksinya, mereka ingin mengembalikan kebersamaan bangsa Indonesia. KNH melarung tokoh “Sengkuni” yang dinilai jahat dan mengganggu kehidupan harmonis berbangsa. 

Koordinator aksi, Agus Becak Sunandar mengatakan, gerakan masyarakat yang dinamai Tudung Larung Sengkuni dari Yogyaakarta bermula dari kegelisahan atas kondisi bangsa belakangan ini.

Kawulo-Ngayogyakarta-Hadiningrat-2.jpg

Semangat nasionalisme diakui menipis, lantaran rasa kebangsaan dikoyak bertepatan dengan pesta demokrasi yang harusnya menggembirakan bagi seluruh masyarakat Indonesia.

Para peserta aksi menolak menyebut satu-dua orang yang disebut memiliki sifat Sengkuni dan dinilai merusak persatuan bangsa. Namun begitu, mereka mengamini adanya elit dari Yogyakarta yang memiliki sifat-sifat tersebut. 

“Ada Sengkuni dari Yogya, dalam diri kita tak hanya satu dua sosok saja yang kami soroti namun banyak. Sengkuni bisa ada dalam diri siapa saja dan hari ini bertepatan dengan Kebangkitan Nasional, kami berniat melarungnya ke Sungai Code sebagai bentuk mengusir keburukan dan kejahatan di diri masyarakat,” kata Agus di sela aksi.

Kawulo-Ngayogyakarta-Hadiningrat-3.jpg

Prosesi budaya turut diangkat dalam kegiatan Tudung Larung Sengkuni dari Yogyakarta di mana empat bregada bergerak bersamaan dari empat penjuru menuju Tugu Pal Putih. Di simpang empat yang menjadi ikon sumbu filosofis DIY ini keempat bregodo bersatu dalam semangat kebersamaan dan mendoakan hal baik bagi Indonesia.

“Kami ingin menjaga keistimewaan Yogyakarta namun sekaligus menjaga persatuan Indonesia, keberagaman Indonesia. Kami larung sifat Sengkuni dalam diri kita dan elit politik agar negeri kita damai pasca pesta demokrasi,” pungkas Agus.

Setelah melaksanakan seremonial berdoa dan teatrikal, replika Wayang Sengkuni dengan warna hitam lantas dihancurkan sebagai wujud menghilangkan hal buruk. Mereka lantas melarung bagian-bagian Sengkuni tersebut ke Kali Code dan mengakhiri rangkaian kegiatan dengan berbuka bersama.

Kawulo-Ngayogyakarta-Hadiningrat-4.jpg

Tundung Larung ini digelar dalam rangka memperingati Hari Kebangkitan Nasional. Semangat kebangsaan atau rasa nasionalisme pada negeri tercinta Negara Kesatuan Republik Indonesia ini sudah di awali sejak era 1908, yaitu Sejak berdirinya perkumpulan Budi Utomo, yang di Motori oleh dr. Wahidin Sudirohusodo dan Dr SUTOMO, dkk.

Dari spirit kebangsaan tersebut berlanjut pada tahun 1928 dengan lahirnya sumpah pemuda. Dari lahirnya Budi Utomo 20 Mei 1908 itulah para tokoh menetapkan sebagai hari kebangkitan Nasional.

Dari perjalanan panjang sejarah Negeri ini menuju kemerdekaan 1945, tiga Tokoh besar Indonesia, yaitu Muhammad Yamin, Soepomo dan Soekarno merumuskan Pancasila sebagai dasar haluan negara dan pandangan hidup bangsa yang disepakati secara bersama.

Namun, akhir-akhir ini rasa nasionalisme itu mulai terusik oleh kepentingan politik sesaat sebagai konsekwensi logis dari sebuah negara demokrasi. Pilpres 2019 melahirkan luka-luka sejarah bagi kerukunan dan keberagaman berbagsa dan bernegara.

Kawulo-Ngayogyakarta-Hadiningrat-5.jpg

Semangat nasionalisme kita mulai terkoyak. Ada pihak tertentu yang secara sepihak tidak percaya pada hukum dan mengumandangkan people power. Tindakan ini melawan hukum ini membahayakan persatuan dan keselamatan bangsa Indonesia.

Pancasila sebagai rumah besar yang menaungi pluralitas kembali dipersoalkan oleh kelompok-kelompok yang tidak menginginkan Pancasila sebagai narasi besar bangsa Indonesia. Juga sekaligus mengembalikan Marwah Pancasila sebagai pemersatu dan menganyam spirit pluralisme dalam kehidupan berbagsa dan bernegara.

Dalam cerita pewayangan, Sengkuni adalah tokoh antagonis yang"istimewa' tapi keistimewaannya bukan dalam hal yang positif. Sengkuni adalah gambaran manusia yang penuh kelicikan, kebusukan dan jahat. Walau sebenarnya Sengkuni adalah tokoh yang tangkas, pandai bicara dan penuh akal. Namun kepandaian itu justru dimanfaatkan untuk memfitnah dan mencelakakan orang lain.

Kawulo Ngayogyakarta Hadiningrat meniliai, tokoh-tokoh Sengkuni inilah yang banyak bermunculan di negeri ini. Acara ini dimaknai sebagai upaya mengusir sifat-sifat Sengkuni yang ada di negeri ini dan khususnya di Yogyakarta sebagai daerah istimewa yang menjunjung tinggi toleransi, pluralitas dan kerukunan beragama. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan
Sumber : TIMES Yogyakarta

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES