Kopi TIMES

Menghadapi Kecemasan Hasil Pilpres 2019

Sabtu, 18 Mei 2019 - 14:35 | 38.64k
Penulis adalah Prof Dr Rochmat Wahab, Rektor Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) Periode 2009-2017, anggota Mustasyar PW Nahdlatul Ulama (NU) DIY, Pengurus ICMI Pusat. (Grafis TIMES Indonesia)
Penulis adalah Prof Dr Rochmat Wahab, Rektor Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) Periode 2009-2017, anggota Mustasyar PW Nahdlatul Ulama (NU) DIY, Pengurus ICMI Pusat. (Grafis TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, YOGYAKARTA – Hari-hari belakangan ini kecemasan membayangi kehidupan rakyat Indonesia. Terlebih-lebih menghadapi 22 Mei. Saat KPU RI menetapkan hasil Pilpres 2019. Fenomena yang muncul, ada yang saling mengklaim kemenangan. Isu kecurangan dan people power (menuntut kedaulatan rakyat).

Kondisi ini membuat sikap masyarakat beragam. Ada yang yakin tidak masalah, aman-aman saja, ada yang acuh dan tidak mau peduli, dan yang merasa cemas sekali terjadi chaos.

Kita semua berharap bahwa KPU RI bisa bekerja profesional dan konstitusional. Sehingga, cenderung bisa memuaskan banyak pihak. Walau diakui bahwa masih saja ada yang tidak merasa puas.

Sebaliknya, jika KPU tidak bekerja secara tepat, bisa jadi menimbulkan chaos. Karena hingga kini masih fivety-fivety, maka tidak bisa dihindari adanya kecemasan di antara kita. Tentang proporsi yang mengalami kecemasan itu relatif, tergantung kondisi masing-masing individu.

Kecemasan tidak bisa dibiarkan, betapapun tingkat beban psikologisnya. Karena itu, perlu ditangani sedini mungkin. Sehingga, tidak semakin berat.

Apapun untuk mengatasi kecemasan, dapat dilakukan dengan cara. (1) Ambil waktu istirahat, (2) Bikin hidup rileks (dengar musik, lihat TV, baca koran, dan), (3) Menghindar dari persoalan yang bikin stress, (4) Makan dengan gizi yang seimbang, (5) Jaga kesehatan dengan  ajeg, (6) dan Hilangkan dan batasi minim yang mengandung alkohol dan kopi.

Kemudian, (7) Usahakan tidur cukup, (8) Upayakan latihan olahraga hingga merasa baik dan sehat, (9) Latihan pernapasan secara  rutin, dan (10) Usahakan selalu bekerja yang terbaik, tidak harus sempurna.

Berikutnya, (11) Jagalah sikap positif kepada siapapun, terutama yang menyebabkan stress, (12) Jika mungkin pelajari apa yang menyebabkan stress, terus berusaha memahaminya, (13) Usahakan berbicara dengan orang lain (terapis, konselor, psicologi klinis, psikiatris) yang dapat dipercaya untuk membantu mengatasi stress. (ADAA, 2010-2018).

Upaya penanganan kecemasan yang masih ringan bisa dilakukan sendiri, tanpa bantuan orang lain. Yang penting ada ikhtiar yang sungguh-sungguh. Ikhtiar lahiriah memang penting tetapi lebih efektif jika dibarengi dengan ikhtiar batiniah.

Dengan banyak membaca kalimat thoyyibah, atau banyak dzikir. Ingat dengan banyak dzikir akan bisa tenangkan hati. Sebagaimana Firman Allah swt, yang berbunyi, “Alaa bidzikrillaahi tathmainnul quluub”, ( Hanya dengan mengingat Allah, hati menjadi tenteram (QS. Ar Ra’du : 28). Jika tenang hati, insya Allah akan terjadi proses recovery kecemasan secara berangsur-angsur.

Sekompleks apapun yang membuat kita menjadi cemas, namun kondisi psikologis kita terbangun dengan baik, insya Allah kita bisa terhindar far i terjadinya stress. Jika kita sudah terrena stress, dengan membangun kekuatan iman dan integritàs pribadi solid, insya Allah secara perlahan-lahan stress akan berkurang hingga mendekati titik 0. (*)

*) Penulis adalah Prof Dr Rochmat Wahab, Rektor Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) Periode 2009-2017, anggota Mustasyar PW Nahdlatul Ulama (NU) DIY, Pengurus ICMI Pusat.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Sofyan Saqi Futaki
Sumber : TIMES Yogyakarta

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES