Kopi TIMES

Darmasiswa, Kesempatan Berkuliah di Indonesia untuk Orang Jerman

Sabtu, 11 Mei 2019 - 15:50 | 84.27k
Arif Havas Oegroseno, Duta Besar Republik Indonesia untuk Jerman berfoto bersama para alumni Darmasiswa Jerman. (FOTO: Istimewa)
Arif Havas Oegroseno, Duta Besar Republik Indonesia untuk Jerman berfoto bersama para alumni Darmasiswa Jerman. (FOTO: Istimewa)

TIMESINDONESIA, BERLIN – Petikan musik tradisional khas Suku Dayak mengalun merdu di Berlin, Jerman. Alat musik tersebut bernama Sape. 

Salah satu pemainnya adalah seorang perempuan Jerman bernama Iris Schmidt. Dia bersama dengan Budi Santoso dari Yogyakarta dan Pablo Navarro dari Spanyol diundang oleh Rumah Budaya Indonesia Berlin. Mereka tampil pada acara yang bertajuk "Temu Alumni & Persiapan Keberangkatan Mahasiswa Darmasiswa", Sabtu, 4 Mei 2019.

Ketiganya memainkan berbagai alat musik dari berbagai daerah di tanah air, antara lain Suling dan Kecapi Sunda, Saluang Padang, dan Sape dari Kalimantan Timur. 

Hadir dalam kesempatan tersebut puluhan alumni program Darmasiswa yang tidak hanya datang dari Jerman tapi juga dari negara Hungaria, Polandia, Spanyol, Meksiko, dan Turki.  Ini adalah kali pertama digelar temu alumni Darmasiswa untuk kawasan Jerman. 

Arif Havas Oegroseno, Duta Besar Republik Indonesia untuk Republik Federal Jerman, mengungkapkan temu alumni yang pertama ini akan menjadi awal untuk kegiatan-kegiatan Darmasiswa di Jerman. 

"Saya juga berharap bahwa para alumni untuk dapat berpartisipasi aktif pada kegiatan-kegiatan Indonesia lainnya," ucapnya. 

Dalam kesempatan itu, para alumni diajak berdiskusi bersama-sama membahas berbagai pengalaman mereka selama mengikuti program tersebut. Selain alumni hadir juga mereka calon penerima beasiswa Darmasiswa untuk tahun akademik 2019. 

Dari berbagai pengalaman yang dikemukakan oleh alumni setidaknya mereka mendapatkan gambaran informasi seputar Darmasiswa. 

Beberapa kesan menarik yang diberikan oleh beberapa alumni antara lain bahwa kebanyakan orang Indonesia malas berjalan kaki. 

Ada juga yang mengatakan bahwa tepat waktu adalah hal yang sangat sulit dilakukan di Indonesia. 
Para alumni menyarankan bahwa tidak banyak orang khususnya di Jerman yang mengetahui program ini. 

Oleh karena itu, alangkah baiknya jika informasi disebarluaskan dengan melibatkan pihak sekolah-sekolah tinggi di Jerman dan melalui sosial media. 

Selain itu, mereka juga menyayangkan karena masih belum adanya relevansi jumlah SKS yang diambil selama mereka mengikuti program ini untuk studi mereka. 

Hal yang tidak kalah penting adalah proses komunikasi yang dilakukan oleh pihak penyelenggara kepada para penerima beasiswa terutama saat sebelum keberangkatan. 

Mereka masih menganggap komunikasi kurang terjalin dengan intensif. Acara ini juga memilih ketua alumni Darmasiswa untuk kawasan Jerman. 

Selain diskusi yang hangat dan informatif, acara juga diselingi dengan penampilan-penampilan dari alumni lainnya. Salah satunya adalah nyanyian dan tarian daerah berjudul "Daun Beureum“ dari Jawa Barat yang dibawakan oleh Kathleen. 

Semua audiens Darmasiswa ikut serta bernyanyi dan menari dengan riang gembira. Di akhir acara mereka diajak untuk belajar Tari Kecak dari Pulau Bali yang sudah sangat mendunia. (*)


Penulis: Iwa Sobara MA, Dosen Universitas Negeri Malang, yang sedang Studi Doktor di Technise Universitaet Berlin, Jerman.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES