Politik

Pemilu 2019, Pengamat: Bukan Curang tapi Tragis!

Kamis, 25 April 2019 - 21:23 | 66.62k
Diskusi bertajuk 'Mengungkap Fenomena Hoaks dan Upaya Delegitimasi Penghitungan Suara Pasca Pemilu Serentak 2019' di kawasan Jakarta Pusat, Kamis (25/4/2019). (FOTO: Rahmi Yati Abrar/TIMES Indonesia)
Diskusi bertajuk 'Mengungkap Fenomena Hoaks dan Upaya Delegitimasi Penghitungan Suara Pasca Pemilu Serentak 2019' di kawasan Jakarta Pusat, Kamis (25/4/2019). (FOTO: Rahmi Yati Abrar/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Pengamat Politik dari Universitas Indonesia (UI) Ade Reza Hariyadi menyebut, Pemilu 2019 bukan curang ataupun gagal. Sebab, penilaian itu terlalu tergesa-gesa.

"Tapi saya setuju kalau dikatakan pemilu kali ini cukup tragis. Karena apa? Kita belum pernah mengalami kejadian seperti ini. Saya kira ini suatu tragedi kemanusiaan yang luar biasa dan kita patut prihatin dan evaluasi sementara," ujarnya dalam diskusi bertajuk 'Mengungkap Fenomena Hoaks dan Upaya Delegitimasi Penghitungan Suara Pasca Pemilu Serentak 2019' di kawasan Jakarta Pusat, Kamis (25/4/2019).

Yang disayangkan dan patut menjadi catatan serius kata dia, adalah kekurangcakupan dalam menajemen pemilu sehingga potensi seperti ini tidak bisa diantisipasi.

Di mana diketahui, ratusan petugas penyelenggara pemilu gugur saat menjalankan tugas demokrasi.

Selain itu, Ade juga tidak sependapat dengan kebiasaan publik yang dalam mengevaluasi pemilu selalu meminta mekanismenya diganti. "Kebiasaan kalau begitu ada masalah ganti lagi mekanismenya. Sehingga sistem pemilu kita selalu diganti," tukasnya.

Dalam kesempatan itu, Ade juga menyinggung perihal dugaan upaya delegitimasi pemilu. Dirinya mengaku heran upaya apa yang dimaksud. Sebab, baginya kritikan saja bisa disebut mendelegitimasi.

"Tapi tidak ada kritik juga KPU bisa mendeligitimasi dirinya sendiri, misalnya karena surat suara tertukar, dan lain-lain," ungkapnya.

Lebih lanjut, dirinya pun menyoroti sikap masyarakat yang tidak percaya pada KPU RI sebagai lembaga penyelenggara pemilu. Sikap publik yang terpolarisasi menyebabkan ketidakpercayaan tersebut.

"Masyarakat saat ini bukan lagi fokus pada persoalan menang dan kalah (dalam Pemilu 2019). Tapi mereka ingin memastikan bahwa apa yang diartikulasikan dalam pemilu betul terjamin dan diumumkan secara kredibel," imbuhnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Rochmat Shobirin
Sumber : TIMES Jakarta

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES