Ekonomi

DPRD Jabar Sorot Pemilihan Dirut Bank BJB, Ini Sarannya

Kamis, 25 April 2019 - 15:41 | 258.26k
Bank Jabar Banten (FOTO: BJB.co.id)
Bank Jabar Banten (FOTO: BJB.co.id)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Ketua Komisi I DPRD Provinsi Jawa Barat, Syahrir mengingatkan jajaran komisaris dan direksi Bank Jabar Banten (Bank BJB) yang akan melakukan RUPS untuk melakukan pembahasan secara optimal terkait kinerja bank itu. 

"Jangan sampai pemilihan dirut Bank BJB sarat kepentingan politik atau pribadi salah satu tokoh di Jawa Barat. Hal ini dapat menciderai martabat bank kebanggaan warga Jabar," kata Syahrir dalam pernyataan pers di Jakarta, Kamis (25/4/2019).

Politisi asal Partai Gerindra ini pun menilai kinerja Bank BJB dilihat dari pertumbuhan bisnis tidak menunjukkan peningkatan. Padahal target bisnis sudah dikecilkan.

"Info periode bisa dicek dari pencapaian target di cabang-cabang, sebagian besar tidak tercapai dan berbeda dengan semangat pencapaian target di tahun sebelumnya," kata Syahrir.

Pernyataan Syahrir itu terkait rencana Bank BJB yang akan menggelar RUPS pekan mendatang atau tepatnya 30 April 2019. Agenda utama dalam RUPS itu adalah memilih direktur utama bank ke-14 nasional itu. Saat ini bank pembangunan daerah yang sudah go public itu dipimpin seorang pelaksana tugas.

Selain itu, kata Syahrir, di era kepemimpinan Plt Dirut Jabar yang sekarang Kualitas Kredit Bermasalah (NPL) secara umum meningkat dibarengi dengan penurunan porfolio kredit terutama di segmen komersial, KPR, dan UMKM.

"Kualitas pelayanan nasabah dirasakan menurun, seiring dengan penurunan motivasi dan semangat atau gairah kerja pegawai. Ini disebabkan oleh suasana kerja yang tidak kondusif. Perilaku ini juga menjadi penghambat, kredit menurun dan penghimpunan dana didominasi oleh deposito, sedangkan penyaluran kredit diberikan dengan NIM yang tipis," tuturnya. 

Selain minimnya target,  sejumlah catatan juga diberikan Syahrir terkait kurang efisien dan sinerginya antarhubungan intra lembaga di bank milik warga Jabar tersebut.

"Pelaksanaan bisnis dan operasional Bank BJB dinilai belum efisien, masih banyak pemborosan yang sebenarnya bisa diminimalkan sehingga Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO) tidak berada di atas 80 persen. Tidak ada upaya strategis yang dilakukan berupa program efisiensi dan optimalisasi anggaran biaya," ungkap Syahrir.

"Budaya perusahaan Go Spirit tidak dilanjutkan, seperti program penguatan budaya, program ide kreatif dan inovatif, execution program, budaya hidup sehat, program literasi BJB pustakaku, program pegawai berakhlak mulia, sehigga tanpa disadari kurang keharmonisan di antara pimpinan dan bawahan apalagi menjadi change champion/change leader bagi pegawai Bank BJB terjadi kembali," imbuhnya. 

Syahrir pun menambahkan, memimpin Bank BJB sama seperti mengendarai mobil,  dimana semua tergantung sang sopir. "Jadi saya rasa Pemprov perlu mencermati lebih dalam lagi soal kemajuan Bank BJB. Jangan sampai salah memilih SDM yang tidak bisa memberikan kontribusi kepada pembangunan Jabar," ujarnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Rochmat Shobirin
Sumber : TIMES Jakarta

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES