Peristiwa Daerah

Bertugas di Desa Terpencil, Petugas Pemilu Harus Melawan Hujan dan Jalan Licin

Kamis, 25 April 2019 - 08:46 | 104.25k
Para pejuang demokrasi saat mendistribusikan kotak suara di Dusun Biser, Desa Gubri, Kecamatan Wringin Bondowoso (FOTO: Istimewa)
Para pejuang demokrasi saat mendistribusikan kotak suara di Dusun Biser, Desa Gubri, Kecamatan Wringin Bondowoso (FOTO: Istimewa)

TIMESINDONESIA, BONDOWOSO – Dalam sejarah Pemilu, untuk pertama kalinya Pilpres dan Pileg dilaksanakan bersamaan, tepatnya pada Pemilu 2019 ini. Tak heran, jika penyelenggara dan petugas, dituntut kerja keras sehingga membuat banyak penyelenggara yang jatuh sakit bahkan meninggal dunia.

Namun di balik itu semua, pesta demokrasi tahun ini, juga melahirkan pejuang-pejuang demokrasi. Dalam hal ini, Penyelenggara dan Petugas Pemilu. Mereka harus beruang keras demi terlaksana pesta lima tahunan ini.

Seperti yang dialami Arif Rahman Fianto, salah satu anggota Satreskrim Polres Bondowoso,  yang terlibat dalam pengamanan pada hari pencoblosan 17 April kemarin.

Dia ditugaskan untuk mengawal pencoblosan di sebuah TPS yang ada di Dusun Biser, Desa Gubri, Kecamatan Wringin. Dusun tersebut merupakan salah satu daerah paling terpencil di Bondowoso.

“Jalan menuju ke luar dusun, hanya bisa dilewati oleh sepeda motor. Itupun ban motornya harus diberi tambahan pengait agar tidak mudah tergelincir,” tuturnya.

Dia juga menceritakan, pada saat mengirimkan kotak suara, ada warga setempat yang sampai jatuh dari motor. Untung tidak parah dan jurangnya tidak dalam.

Menurutnya, dusun tersebut sangat terpencil dengan akses yang amat terbatas, hanya dihubungkan ke daerah luar, dengan jalan setapak.

"Tanahnya merah, sehingga kalau hujan amat licin dan rawan tergelincir. Kemarin kita berangkat nunggu hujan reda," terang pria kelahiran 1984 tersebut.

Pada pemilu kali ini, kata dia, untuk pertama kalinya kotak suara menggunakan bahan material dari kertas kardus. Hal itu cukup berpengaruh dalam pengiriman terlebih saat hujan. 

"Kita buru-buru kirim begitu selesai penghitungan. Karena takut keburu hujan, sudah mendung," kenang Arif.

Dalam pengiriman itu, ternyata terkendala karena kotak suara harus dibonceng satu motor satu kotak suara. Mengingat ada 10 kotak suara, maka ada 10 motor yang bawa kotak suara. Hal itu, belum termasuk pengawalan.

“Meski demikian, saya salut dengan sikap warga di pelosok dusun tersebut dalam menunjukkan kedewasaannya berdemokrasi. Proses pencoblosan dan penghitungan suara berlangsung dengan tertib,” cerita Arif

Mereka juga antusias sekali. Tercatat tingkat kehadiran warga cukup tinggi, mencapai sekitar 85 persen. Yang tidak hadir mungkin yang sepuh atau kerja ke luar dusun.

“Saya kaget juga di Jawa, masih ada daerah seperti itu. Tapi saya salut dengan penduduknya," ujar pria kelahiran Jember tersebut.

Di balik perjuangannya bersama warga di Bondowoso dalam mengawal Pemilu 2019 ini, Arif merasa hal ini akan menjadi cerita berkesan di kemudian hari. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok
Sumber : TIMES Bondowoso

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES