Peristiwa Daerah

Jaga Sumber Mata Air Binangun, USAID APIK Gandeng Petani Labu Siam

Rabu, 24 April 2019 - 13:45 | 211.42k
Peninjauan USAID APIK ke lahan pertanian Labu Siam di Kota Batu (FOTO: Imadudin M/TIMES Indonesia)
Peninjauan USAID APIK ke lahan pertanian Labu Siam di Kota Batu (FOTO: Imadudin M/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, MALANGUSAID APIK (United States Agency for International Adaptasi Perubahan Iklim dan Ketangguhan), mengandeng petani Labu Siam di Kota Baru dalam upayan pelestarian sumber air. 

Regional Manager USAID APIK Jawa Timur, Ardanti YC Sutarto, menjelaskan, kerjasama yang dijalin dengan para petani ini merupakan bentuk upaya untuk menyikapi perubahan iklim. Ada tujuh wilayah di daerah aliran Sungai Brantas yang rentan ketersediaan air, yang biasanya mengandalkan sumur.

USAID-APIK-Batu2.jpg

Tujuh daerah itu adalah Kabupaten Malang, Kota Malang, Kota Batu, Kabupaten Jombang, Kabupaten Mojokoerto, Kabupaten Sidoarjo dan Kabupaten Blitar. Kawasan ini merupakan kawasan yang terdampak dengan tren perubahan iklim, di mana musim hujan semakin pendek namun bercurah lebat dan musim kemarau yang panjang.

"Salah satu wilayah yang menjadi program kami adalah Kota Batu, dengan mengajak petani untuk meningkatkan sumber daya air dan mencegah erosi tanah lewat menanam Labu Siam," kata Ardanti pada TIMES Indonesia, Selasa (24/4/2019).

Ardanti menyebutkan program pendampingan khusus petani Labu Siam ini dilakukan selama kurang 8 bulan. Mulai Maret 2018 hingga Oktober 2018, program ini sangat efektif mengurangi bahaya tanah longsor akibat hujan. Pendampingan ini juga dinilai berhasil untuk menjaga serapan air untuk sumber mata air Binangun, Kota Batu.

Sementara itu, PIC Adaptasi Komunitas USAID APIK, Wahyu Sutisna, mengatakan program pendampingan ini dilakukan dengan mengajak 14 petani Apel di Kota Batu, untuk mengalih fungsi lahan dari lahan tanam Apel menjadi tanam Labu Siam.

Sumber-Mata-Air.jpg

"Budidaya Labu Siam ini sangat mudah, murah, dan bermanfaat. Bahkan secara ekonomi ini bisa sangat menguntungkan bagi petani," kata Wahyu.

Wahyu menyebutkan penanam Labu Siap ini pun cukup berbeda. Caranya, dengan menggunakan sistem anjang atau gantung. Ia mengatakan sistem penanaman ini sangat efektif menjaga tanah, sehingga saat hujan deras turun tanah tidak mudah tergerus air.

"Saat hujan air terhalang Labu Siam yang menjadi kanopi atau payung, sehingga air bisa diserap dengan bagus," katanya. 

Ia menjelaskan untuk pembuahan tanaman sayur ini sangat cepat, karena dalam setiap tiga hari sekali sudah berbuah dan siap panen. Tanaman ini pun bisa bertahan selama 4 tahun. Harganya sangat relatif stabil dan menguntungkan.

Wahyu menyebutkan serapan air yang berada di wilayah Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, ini pun sangat membantu menjaga serapan air untuk sumber mata air Binangun, di Kota Malang.

Pihak USAID APIK pun sempat melakukan kunjungan langsung melihat lokasi pertanian Labu Siam milik Hutomo, petani Labu Siam Kota Batu. Peninjauan langsung ini dilakukan bersama dengan Office of US Foreign Disaster Assistence Harlan Hale dan USAID APIK Chief of Party Paul Jeffrey dengan melihat langsung lahan pertahian labu siam dan sumber mata air Binangun di wilayah Kota Batu. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Sofyan Saqi Futaki
Sumber : TIMES Malang

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES