Kopi TIMES

Hari Sexy Killers Sedunia

Senin, 22 April 2019 - 16:45 | 215.70k
Finsensius Yuli Purnama, Dosen FIKOM, Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya. (Grafis: Dena/TIMES Indonesia)
Finsensius Yuli Purnama, Dosen FIKOM, Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya. (Grafis: Dena/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – FILM Sexy Killers berhasil merebut perhatian publik. Film Dokumenter tentang praktek industri tambang batu-bara, isu kepemilikan, dan penggunaan batu-bara sebagai bahan bakar Pembangkit Listrik Tenaga Uap yang disutradarai oleh Dandhy Dwi Laksono dan diproduksi oleh Watchdog Documentary tersebut menjadi booming karena ditarik masuk dalam arus politik Pemilihan Presiden 17 April 2019.

Tiga arus yang saling berkontestasi: pendukung 01, pendukung 02, dan Golput mengemuka dalam wacana yang muncul twitter dengan kata kunci "sexy killers". Hari ini, 22 April 2019, film tersebut ramai diperbincangkan lagi di twitter dalam konteks Hari Bumi. Tulisan ini memberikan analisis atas data pecakapan di twitter dari Drone Emprit Academic dengan kata kunci sexy killers.

Menguat di 18 April 2019

Terdapat beberapa faktor yang membuat film dokumenter hasil ekspedisi Indonesia Biru selama 1 tahun ini menjadi salah satu topik yang hangat dibicarakan selama sepekan terakhir. Pertama, isi filmnya yang menguak praktek tambang batu-bara, PLTU, dan isu kepemilikan tambang yang melibatkan kedua kontestan Pilpres.

Kedua, pemutarannya yang dimulai sejak tanggal 5 April 2019, bertepatan dengan masa Pemilihan Presiden juga membuat film ini mendapat respon yang beragam dari berbagai pihak.

Sebelumnya, 11 Februari 2019 telah digelar diskusi publik dengan tema Oligarki Tambang di Balik Pilpres 2019. Selanjutnya, tercatat terdapat 476 titik penayangan di seluruh Indonesia dengan 6.000.000 penonton lebih di media online.

media.png

Data Drone Emprit Academik menunjukkan bahwa percakapan yang menyebut Sexy Killers di twitter melibatkan sejumlah negara di dunia. Inggris, Korea Selatan, Amerika Serikat, Singapura, Jerman, Jepang, Cili, dan Turki secara berurutan berada dalam peringkat di bawah Indonesia dengan jumlah buzzer terbanyak.

Di Indonesia, Jakarta menempati area tertinggi dengan jumlah mention sebanyak 2131 atau sekitar dua kali lipat jumlah mention dari kota Yogyakarta atau Bandung yang memiliki selisih sekitar 61 mention saja.

buzzer.png

Dari berbagai tweet yang muncul, terdapat 5 cuitan yang paling banyak diretweet oleh netizen. Masing-masing memiliki topik dan kecenderungan sentimen yang berbeda. Kelima akun tersebut adalah: @safirawww, stand up comedian Uus @uusbiasaaja, @mnhadii, @pervertauditor, dan @andori.

avatar.png

Perluasan Topik Pembicaraan

Beberapa cuitan melebar pada beberapa topik, mulai dari 'sindiran' pada mahasiswa geologi ITB, isu keberimbangan dalam menampilkan dua kandidat presiden: Jokowi-Amin vs Prabowo-Sandi, tanggapan yang bernada sinisme atas isi film, hingga komentar positif yang berisi usaha untuk bertindak positif dan menangkis isu Golput yang cukup gencar menjelang Pemilihan Presiden 17 April 2019.

grafik-bulat.png

Cuitan dari @pervertauditor menyindir fenomena banyakanya mahasiswa geologi ITB yang tidak lagi banyak bekerja di bidangnya. Cuitannya yang berbunyi: "Anak2 geologi ITB apa nih pendapatnya tentang Sexy Killers? Eh lupa, kan udah kerja di Bank Mandiri ya" telah diretweet 3.617 kali.

Selain itu, akun @mnhadii juga menyebut tentang isu lipuan yang tidak imbang dengan 3.879 retweet. "Kenapa film sexy killers itu hanya menyoroti perusahaan batu bara dan PLTU punya Pak Luhut? Padahal Prabowo punya 15 perusahaan batu bara". Juga isu terkait dengan fenomena Golput. Akun @Andori menulis: "orang nonton Sexy Killers banyak yang mau golput, gue malah pengen pasang panel solar surya di rumah buat hemat listrik. 3.368 kali di retweet.

Politisasi Isu Sexy Killers

Film dokumenter karya Dandy (watcdog) telah merebut perhatian netizen di twitter. Hasil penelusuran selama sepekan (15 - 22 April 2019) terlihat words clouds menunjukkan beberapa akun yang cukup banyak disebut: @kompasiana, @KwikKianGie_, @watchdog_ID, @kaesangp, @uusbiasaaja, @Uncep, dan @jatamnas.

tulisan.png

Percakapan selama 15-22 April 2019 berisikan komentar sinis maupun positif sebagai respon atas film. Akun @safirawwww mengomentari secara sinis: "Setelah menonton sexy killers, sa siap2 mencabut listrik PLM diruma dan menggantina dg api unggun di hutan..". Cuitannya telah diretweet sebanyak 6000an kali. Selain itu, beberapa tweet lain berisi ajakan berbuat positif.

Dalam kecenderungan sentimen positif, cuitan @uusbiasaaja: "Semalem nonton sexy Killers.Oh.Keren.Niat ya.Gokil nih yang bikin video, peduli banget sama rakyat kecil..." telah diretweet sebanyak 4.358 kali.

Akun @ameeeeelllll juga menulis: Ini waktunya yg tepat untuk menghemat listrik dengan mematikan saluran tv. Terimakasih Sexy Killers atas pesan mora… https://t.co/Ll6gIisbSx. Dengan nada yang sama @_susucoklat: meretweet @henrxyz: @ikramarki Ternyata ini tujuan sexy killers. Biar matiin tv & hemat listrik. panjang juga pikiran kang dendhy laksono".

kolom.png

Hari ini, topik perbincangan mengenai Sexy Killers telah bergeser pada isu Hari Bumi. Postingan url yang dibagikan oleh Kompasiana yang berisi cuitan kepada Joko Widodo untuk menonton film ini telah di retweet sebanyak 245 kali lebih.

Akun @kompasiana menulis: Pak Jokowi, Tontonlah "Sexy Killers" di Hari Bumi. Hal itu dapat dimaknai beragam. Salah satunya adalah sebagai sebuah ajakan positif untuk perbaikan bumi dan kekayaan Indonesia. Cuitan memiliki engagements nya yang dominan (jumlah retweet dan reply 412).

most.png

Data hari ini, 22 April 2019, menarik untuk dicermati juga adalah cuitan dari Kwik Kian Gie melalui akun @KwiKianGie: "Film Dokumenter "Sexy Killers" Berhasil Masuk Ke Daftar Film Dokumenter Trending Dunia Hingga Menjadi Sorotan.

Sekarang Kita Bikin Film Dokumenter "Kecurangan Pilpres" 2019, Dengan Tujuan Supaya Dunia Tahu Ada Penjahat Demokrasi Di Negri Ini". Fenomena yang menarik, bahwa di Hari Bumi yang tidak terkait dengan politik pun, masih dipolitisir dalam tarikan-tarikan kepentingan politik praktis.        

kolom-avatar.png

Cuitan @bonicular menarik kiranya untuk kita refleksikan bersama. Dia menulis demikian: "Sexy killers rame banget, earth day sepi banget". Sebuah realitas yang menunjukkan pengikisan kepentingan publik dan bentuk simplifikasi politik kewarganegaraan dalam bentuk yang sangat naif: pemililihan presiden adalah sebuah penghianatan atas amanat publik. (*)

 

*Penulis, Finsensius Yuli Purnama, Dosen FIKOM, Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES