Ekonomi

Unusa Mainkan Peran Sentral Pengembangan Ekonomi Santri

Jumat, 19 April 2019 - 11:34 | 45.98k
Rektor Unusa Prof Achmad Jazidie menandatangani perjanjian kerjasama dengan beberapa stake holder untuk mendukung pengembangan ekonomi santripreneurship di Jatim, Kamis (18/4/2019). (Foto: Lely Yuana/TIMES Indonesia)
Rektor Unusa Prof Achmad Jazidie menandatangani perjanjian kerjasama dengan beberapa stake holder untuk mendukung pengembangan ekonomi santripreneurship di Jatim, Kamis (18/4/2019). (Foto: Lely Yuana/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, SURABAYAUniversitas Nahdlatul Ulama Surabaya atau Unusa teken perjanjian dengan Pemprov Jatim untuk mendukung pogram unggulan Gubernur Jatim ‘Satu Pesantren Satu Produk’(One Pesantren One Product), Kamis (18/4/2019).

Dalam kesempatan ini turut dilakukan penandatanganan kesepakatan bersama antara Pemprov Jatim, Unusa, ITS dan International Council for Small Business (ICSB) Indonesia tentang implementasi program ‘One Pesantren One Product’.

unusa.jpg

Serta kesepakatan antara Pemprov Jatim dengan Unusa tentang pengembangan kualitas SDM di Provinsi Jatim melalui peningkatan Tri Dharma perguruan tinggi dalam bidang kesehatan, pendidikan, ekonomi dan teknologi informasi yang diwakili oleh Wakil Gubernur Jatim, Emil Elestiano Dardak.

Turut hadir Chairman ICSB Indonesia sekaligus Presiden of Asia Council for Small Business (ACSB) Hermawan Kartajaya memberikan kuliah umum, Plt. Sekretaris Kementerian Koperasi dan UKM, Rektor Unusa, Prof Achmad Jazidie, Rektor ITS serta beberapa Kepala OPD di lingkungan Pemprov Jatim.

Menurut Wakil Gubernur Jatim, Emil Elestiano Dardak, Jawa Timur memiliki potensi besar dalam pengembangan ekonomi santri. Hal ini dikarenakan banyaknya pondok pesantren yang tersebar di wilayah provinsi tersebut. Untuk itu, Emil Dardak melihat peluang ini sebagai sebuah kekuatan yang bisa dikembangkan.

emil-dardak.jpg

“Bahwa fakta Jatim adalah basis santri ini bisa menjadi kekuatan yang luar biasa, salah satunya dengan mengembangkan program ‘One Pesantren One Product’,” kata Emil saat menghadiri Studium Generale di Kampus B Unusa Jemursari, Surabaya, Kamis (18/4/2019).

Menurutnya, program ‘One Pesantren One Product’ ini bisa dikembangkan dengan memperhatikan tiga elemen, yakni produk, konsumen dan merek. Sehingga, ketika ada satu pesantren yang mengembangkan atau mengkonsentrasikan pada satu produk atau satu jenis komoditi, maka pesantren tersebut akan membangun kepakaran disitu 

“Seperti yang disampaikan Pak Hermawan Kartajaya yang menitik beratkan pada product management, customer management dan brand management. Kata kuncinya produknya apa, konsumennya seperti apa dan bagaimana mengelola brand atau mereknya. Hal ini yang harus kita tanamkan,” kata orang nomor dua di Jatim ini.

rektor-unusa-b.jpg

Dalam era saat ini, lanjutnya, ada kepercayaan bahwa kesuksesan bukan diperoleh dari sekedar coba-coba, namun harus ada keseriusan, fokus dan kepakaran di bidang tersebut. Langkah inilah yang disebut dengan identifikasi. 

“Sebagai contoh kita lihat ada produk air minum santri. Kita harus melakukan pemetaan dan profiling produk-produk pesantren yang berhasil tersebut apakah bisa dikembangkan lebih besar lagi,” jelasnya.

Untuk itu, keberadaan Unusa sebagai perguruan tinggi yang dikelola Nahdlatul Ulama (NU) akan memainkan peran sentral dalam membantu pemerintah dalam hal ini Pemprov Jatim untuk mengembangkan ekonomi santri ini. 

“Tadi kita juga sudah ada kesepakatan bersama antara Pemprov Jatim dan Unusa salah satunya dalam upaya pengembangan program one pesantren, one product,” terangnya.

Emil menambahkan, saat ini banyak pondok pesantren di Jatim yang sudah mengembangkan unit usaha seperti mini market. Untuk itu, keberadaan mini market ini harus dimaksimalkan sebagai upaya mendorong munculnya unit-unit ekonomi lain di sekitarnya, salah satunya dengan menjual produk yang dihasilkan dari santri sendiri. 

“Selama ini memang masih banyak minimarket yang menjual produk luar, namun kita juga harus mampu mengembangkan potensi-potensi lokal yang kita miliki di sekitar, misalnya ikan pindang, bila diolah dan dikemas dengan baik bisa menjadi produk unggulan pesantren dan dijual di minimarket tersebut,” katanya.

Ke depan, dengan memanfaatkan jejaring sistem ekonomi yang ada, Emil berharap keberadaan unit usaha pesantren seperti mini market bisa dikembangkan untuk menjual produk-produk halal dari santri untuk santri. 

Menurut Rektor Unusa, Prof Achmad Jazidie, kekuatan wirausaha di ponpes sangatlah luar biasa. Maka wajar jika program unggulan Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa adalah ‘Satu Pesantren Satu Produk’. Program yang diharapkan dapat menghasilkan produk pesantren modern yang dikelola para santri.

Guna membantu menciptakan produk wirausaha pesantren yang modern, ponpes perlu pendampingan institusi. Para santri pelaku entrepreneur perlu pembinaan konsep dan akses pemasaran, teknik pengemasan, strategi harga, hingga penyusunan laporan keuangan.

Apalagi pemerintah pusat telah menetapkan Program Santripreneur yang menjadikan ponpes sebagai sumber bibit wirausaha baru dan sentra pertumbuhan sektor industri  mikro, kecil dan menengah. Selama tahun 2014-2015, terdapat 28.961 ponpes yang tersebar di seluruh Indonesia dengan jumlah santri lebih dari 4 juta orang.

“Sebagai perguruan tinggi yang memiliki visi menyiapkan generasi yang berjiwa entrepreneur berlandaskan nilai-nilai islam, Unusa selalu memberi pembekalan para mahasiswa dari mengenal, menjiwai, hingga mengimplementasikan kewirausahaan,” kata Rektor Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya Prof Dr Ir Achmad Jazidie M.Eng.(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok
Sumber : TIMES Surabaya

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES