Gaya Hidup

Sering Bekerja saat Akhir Pekan? Ini Dampaknya untuk Kesehatan Tubuh

Kamis, 18 April 2019 - 04:32 | 49.40k
ILUSTRASI: Bekerja saat Akhir Pekan. (FOTO: beautyn)
ILUSTRASI: Bekerja saat Akhir Pekan. (FOTO: beautyn)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Akhir pekan menjadi waktu untuk beristirahat dari rutinitas pekerjaan. Namun, bagi sebagian orang akhir pekan justru dimanfaatkan untuk lembur. Bekerja saat akhir pekan mungkin boleh-boleh saja, namun jangan terlalu sering. Jika terlalu sering, hal ini bisa berisiko untuk kesehatan tubuh.

Penelitian menyebutkan bahwa orang yang bekerja di akhir pekan lebih rentan mengalami masalah kesehatan mental. Dilansir dari CNN Indonesia, penelitian terbaru di Inggris menunjukkan perempuan dan laki-laki yang bekerja pada akhir pekan lebih mungkin mengalami depresi.

Studi yang dipublikasikan di Journal of Epidemiology & Community Health ini menganalisis data survei dari 11.215 laki-laki dan 12.188 perempuan yang bekerja di Inggris pada tahun 2010-2012. 

Hampir setengah dari perempuan itu bekerja kurang dari 35 jam setiap minggunya, sementara mayoritas laki-laki bekerja lebih lama. Setengah dari partisipan perempuan bekerja setidaknya di beberapa akhir pekan. Jumlah laki-laki yang bekerja di akhir pekan lebih banyak yakni mencapai dua per tiganya.

Hasilnya, peneliti menemukan perempuan yang bekerja di akhir pekan memiliki lebih banyak gejala depresi daripada perempuan yang hanya bekerja di hari kerja. 

Pada laki-laki mereka juga memiliki lebih banyak gejala depresi ketika bekerja di akhir pekan dan juga tidak menyukai kondisi pekerjaan mereka.

Temuan lainnya, laki-laki yang bekerja lebih sedikit dari 35 jam memiliki gejala depresi lebih banyak dibandingkan dengan mereka yang bekerja 35-40 jam setiap pekannya.

Pada perempuan, gejala depresi yang lebih besar justru terlihat pada mereka yang bekerja setidaknya 55 jam seminggu.

"Hasil penelitian kami menunjukkan perbedaan gender dalam hubungan antara jam kerja yang tidak teratur dan gejala depresi," kata pemimpin penelitian ini Gillian Weston dari University College Lo, dikutip dari Reuters.

Peneliti menyarankan agar pemilik pekerjaan atau pengusaha dan anggota keluarga untuk mempertimbangkan pengaturan jam kerja yang lebih mendukung kesehatan tubuh. Weston mengatakan pengusaha harus menyadari bahwa jam kerja yang panjang dan akhir pekan dapat membahayakan kesehatan mental pekerja. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES