Peristiwa Daerah

Diskusi Film Sexy Killer di Probolinggo, Masyarakat Diajak Kaji Lingkungan

Rabu, 17 April 2019 - 07:21 | 136.64k
Pemuda dan masyarakat Paiton, Probolinggo nobar dan mendiskusikan film Sexy Killers (foto: Istimewa)
Pemuda dan masyarakat Paiton, Probolinggo nobar dan mendiskusikan film Sexy Killers (foto: Istimewa)

TIMESINDONESIA, PROBOLINGGO – Road show film Sexy Killer yang tengah viral menjelang Pemilu 2019, tiba di Probolinggo. Film besutan WatchDoc berdurasi 1,5 jam ini, diputar bersama dan didiskusikan sekelompok pemuda dan masyarakat di Kecamatan Paiton, Kabupaten Probolinggo.

Pemutaran dan diskusi film yang berlangsung Selasa (16/42019) malam itu, dihadiri langsung oleh Produser Film, Arif Priyanto; dan Pengurus Front Nahdliyin untuk Sumber Kedaulatan Alam (FNKSDA), Muhammad Al-Fayyadl. 

Keduanya menjadi pemantik dalam acara nonton bareng (nobar) bersama pemuda, masyarakat Paiton dan salah seorang anggota Greenpeace, Didit.

Arif Priyanto mengatakan, Film Sexy Killer adalah salah satu bentuk penyadaran pada masyarakat sebagai korban dampak lingkungan, yang dilakukan oleh perusahaan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), “Kami menyebutnya Silent Killer (pembunuh senyap),” katanya. 

Tidak hanya dampak lingkungan, tapi juga dampak sosial, ekonomi dan politik. “Dalam Film tadi kita saksikan bagaimana masyarakat kehilangan tanah dan pekerjaannya. Dampak lingkungan PLTU membuat hasil tangkapan ikan nelayan menjadi berkurang, itu karena pencemaran air,” ujar pria berkacamata tersebut. 

Muhammad Al-Fayyadl menimpali, dalam sektor ekonomi, Indonesia hanya dikuasai beberapa orang saja, “Seperti halnya yang telah kita saksikan. Ini membentuk sistem oligarki yang sangat merugikan rakyat, karena rakyat hanya menikmati dampak negatifnya,” jelasnya. 

Nobar dan Diskusi Film Sexy Killer tersebut berlangsung selama dua jam. Salah seorang peserta diskusi, Muhammad Delfitri Fauzi, Mahasiswa Fakultas Teknik, Universitas Nurul Jadid atau Unuja Probolinggo menanyakan kebenaran dampak penambangan batu bata dan PLTU yang ditampilkan dalam film.

“Apakah benar dampak yang kita lihat? Bukankah seakan tidak terjadi apa-apa di sekitar PLTU, semisal kekeringan dan sebagainya,” tanyanya di tengah-tengah diskusi. 

Menjawab ini, Arif Priyanto mengatakan, dampak yang ada memang tidak terasa secara langsung, 

“PLTU seperti kanker yang bila dibiarkan akan sangat membahayakan. Seperti yang terjadi di Palu, sekitar 40 anak-anak menjadi korban jiwa karena sisa penambangan batu bara yang menggenang menjadi danau,” jelasnya. 

Oleh karena itu, Muhammad Al-Fayyadl mengajak peserta diskusi untuk segera bangkit dari ketidakpahaman, dan beralih beralih pada pembangkit listrik alternatif yang lebih ramah lingkungan. 

“Yang tentu lebih menyejahterakan masyarakat, seperti Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS),” katanya.

Hingga Rabu (17/4/2019), film Sexy Killer yang diunggah 13 April ini telah ditonton lebih dari 10 juta kali di channel WatchDoc. Sebelum ditonton dan didiskusikan di Paiton, Kabupaten Probolinggo, nobar dan diskusi film ini telah dilakukan di sejumlah kota lain di Indonesia. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok
Sumber : TIMES Probolinggo

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES