Indonesia Positif

Penantian Panjang Hartatik Terbayar dengan Hadirnya JKN-KIS

Senin, 25 Maret 2019 - 14:30 | 59.10k
Hartatik usai menerima kartu peserta JKN-KIS dari BPJS Kesehatan. (FOTO: Anggun/AJP TIMES Indonesia)
Hartatik usai menerima kartu peserta JKN-KIS dari BPJS Kesehatan. (FOTO: Anggun/AJP TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, JEMBER – Hartatik (60), perempuan yang berdomisili di Kelurahan Slawu, Kecamatan Patrang, Kabupaten Jember terlihat begitu antusias ketika tim BPJS Kesehatan melakukan sosialisasi program Jaminan Kesehatan Nasional JKN-KIS.

Rupanya ada yang dinanti-nanti oleh Hartatik. Bersamaan dengan sosialisasi juga dilaksanakan distribusi Kartu Indonesia Sehat (KIS) APBN kepada para peserta yang telah ditetapkan oleh Kementrian Sosial mendapat Kartu Indonesia Sehat pada awal tahun 2019.

Dari pantauan tim, pada saat acara tersebut, tersirat raut wajah bahagia ketika petugas memanggil namanya untuk mendapatkan KIS dari pemerintah pusat ini. 

“Alhamdulillah saya mendapatkan kartu KIS ini. Seneng rasanya akhirnya yang saya tunggu dan saya nantikan sudah saya dapatkan," ungkap Hartatik dengan mata berkaca-kaca sesaat usai menerima KIS, Senin (25/3/2019).

Dia menceritakan bahwa penantiannya yang cukup lama ini akhirnya berujung juga.

Memperoleh Kartu Indonesia Sehat (KIS) dari pemerintah adalah yang sudah lama dia perjuangkan untuk dirinya, anak semata wayang, dan satu cucu.

Sesuai dengan mekanisme usulan pendaftaran peserta dari segmen PBI APBN telah dilalui. Bukan tanpa alasan mengapa Hartatik menantikan memperoleh KIS.

Bagi perempuan yang bekerja sebagai tukang pijat di wilayahnya, tentunya penghasilannya tak seberapa. Bisa dikatakan hanya cukup untuk biaya makan dan kehidupan sehari-hari, belum lagi untuk biaya pendidikan cucunya.

Meskipun anak semata wayangnya juga bekerja sebagai buruh, namun penghasilannya juga tidak tentu setiap bulannya.

“Kalau lihat tetangga yang punya KIS ini rasanya pengen juga. Kalau mau daftar secara mandiri saya takut gak bisa membayar. Kan nantinya jadi beban. Akhirnya saya tanya kesana kemari gimana caranya agar bisa dapat KIS dari Pemerintah. Dengan dibantu perangkat yang ada di desa dan kelurahan waktu itu," kenang dia.

Ketakutan Hartatik semakin membuat hatinya tak tenang ketika 1 tahun yang lalu dia merasakan benjolan di payudaranya yang membuatnya perlahan-lahan merasakan kesakitan.

Hartatik mengungkapkan keinginannya untuk melakukan pemeriksaan kondisi yang dialaminya ke dokter, namun terkendala biaya. Selama ini Hartatik mengaku mengobati dengan ramuan herbal dan itu pun hanya mengurangi rasa sakitnya.

“Mau ke dokter ya biayanya ini kan juga harus dipikirkan, saat itu gak punya “kartu sakti” ini. Jadi ditahan, diobati pake obat-obatan herbal. Tapi alhamdulillah hari ini saya sudah dapat. Insyallah saya akan manfaatkan kartu ini untuk berobat agar tahu sebenarnya saya sakit apa. Takut terlambat, biar segera ditangani. Terima kasih ya," ujarnya sambil memeluk salah satu Tim BPJS Kesehatan.

Hartatik mengungkapkan rasa terima kasihnya terhadap Program Jaminan Kesehatan Nasional yang dikelola oleh BPJS Kesehatan.

Selain itu, dirinya juga menyampaikan harapan besarnya pada program ini.

“Kalau tidak ada program JKN-KIS ini, banyak masyarakat seperti saya mungkin tidak tertolong nyawanya. Mungkin banyak juga anak-anak yang jadi yatim piatu dan tidak bisa sekolah karena orangtuanya sakit dan tidak memiliki biaya untuk berobat. Kalau dibayangkan banyak sekali manfaat yang bisa dirasakan. Saya berharap program ini tetap ada dan kepada BPJS Kesehatan diberikan kemudahan untuk menjalankan amanah ini," pesan Hartatik. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : AJP-5 Editor Team
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES