Ekonomi

Produksi Padi di Lamongan Tinggi, Serapan Bulog Malah Terus Menurun

Senin, 25 Maret 2019 - 17:10 | 144.30k
Bupati Lamongan, Fadeli, melakukan Panen Raya Padi Hibrida di Desa Sekarbagus, Kecamatan Sugio, (FOTO: MFA Rohmatillah/TIMES Indonesia)
Bupati Lamongan, Fadeli, melakukan Panen Raya Padi Hibrida di Desa Sekarbagus, Kecamatan Sugio, (FOTO: MFA Rohmatillah/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, LAMONGAN – Selama dua tahun ini, petani Lamongan terus konsisten mampu memproduksi padi di atas 1 juta ton. Tahun 2018 lalu, produksinya mencapai 1.081.526 ton gabah kering giling (GKG). Namun hal itu berbanding terbalik dengan penyerapan gabah dan beras oleh Bulog yang justru terus turun.

Berdasarkan data yang ada dihimpun, realisasi penyerapan padi di lamongan pada 2014 masih cukup tinggi, mencapai 40.137.645 kilogram setara beras.

Namun selanjutnya realisasi serapan tersebut setiap tahun mengalami penurunan, menjadi 22.001.235 kilogram setara beras di tahun 2015, turun lagi menjadi  28.637.069,5 kilogram setara beras pada 2016, menjadi 25.875.615 kilogram setara beras pada 2017, dan kembali turun menjadi 25.035.980 pada 2018.

Bahkan di tahun 2019 ini, Bulog Subdivre Bojonegoro hanya menargetkan 15.705.420 kilogram setara beras, yang hingga bulan ini realisasi serapan baru mencapai 230 ton, melalui dua gudangnya di Lamongan, yakni di Gudang Bulog Baru (GBB) Karangkembang dan Sukorejo.

“Serapan dari Lamongan sebesar 230 ton ini masih yang tertinggi serapannya, dibandingkan dua kabupaten lain di wilayah (Bulog) Subdivre Bojonegoro, meski belum siginifikan. Lamongan juga masih menjadi andalan Subdivre Bojonegoro untuk pengadaan beras dan gabah,” kata M Yandra Darajat, Wakil Kepala Bulog Subdivre Bojonegoro, Senin (25/2019).

Kondisi ini dikhawatirkan Plt Kepala Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan (TPHP) Lamongan, Rujito, akan membuat harga gabah petani sulit dijaga saat panen raya tiba.

"Sampai dengan Februari 2019, sudah ada 8.857 hektare lahan komoditi padi di Kabupaten Lamongan yang dipanen," ucap Rujito.

Sementara itu, Dirjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian, Gatot S Irianto berharap Bulog bisa lebih maksimal dalam menyerap gabah petani, serta harga yang diberikan sesuai dengan kualitas gabah maupun berasnya.

“Saya ingin, ketika harga turun, pemerintah hadir, dan Bulog membeli sesuai kualitas. Jadi jangan dituntut membeli dengan harga tidak sesuai kualitas. Kata orang, rego nggowo rupo (harga sesuai dengan kualitas),” kata Gatot, saat beekunjung ke Lamongan. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Sholihin Nur
Sumber : TIMES Lamongan

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES