Peristiwa Daerah

Kidung Wahyu Kolosebo Awali Pagelaran Wayang Hari Jadi ke 59 DHC BPK'45

Minggu, 24 Maret 2019 - 12:09 | 227.31k
Penyerahan gunungan oleh Ketua DHC BPK'45 Kabupaten Malang,  Moch Geng Wahyudi SH kepada Ki dalang Gondo Buono ikut menandai dimulainya pagelaran wayang kulit memperingati Hari Jadi ke 59 DHC BPK'45.(FOTO:widodo irianto/TIMES Indonesia)
Penyerahan gunungan oleh Ketua DHC BPK'45 Kabupaten Malang, Moch Geng Wahyudi SH kepada Ki dalang Gondo Buono ikut menandai dimulainya pagelaran wayang kulit memperingati Hari Jadi ke 59 DHC BPK'45.(FOTO:widodo irianto/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, MALANG – Kidung (lagu) Wahyu Kolosebo, mengawali pagelaran wayang Parikesit Jumeneng Ratu dalam memperingati Hari Jadinya ke 59.  Acara ini digelar di halaman rumah Ketua DHC BPK ’45 Kabupaten Malang, Moch Geng Wahyudi, SH, MHum, Jl. Raya Golek 1, Desa Karangduren, Kecamatan Pakisaji, Kabupaten Malang Sabtu (23/3/2019) malam.

Kidung ini membawa pagelaran itu ke suasana yang cukup magis. Apalagi sayup-sayup aroma dupa melintas diantara penonton yang duduk rapi dikursi yang disiapkan panitia.

Geng-Wahyudi-a.jpg

Kidung Wahyu Kolosebo adalah kidung susunan karya sastra Kanjeng Sunan Kalijaga, anggota organisasi dakwah Walisongo pada zaman peralihan Majapahit (Hindu-Buddha) ke Demak Bintara (Islam).

Kidung ini mengandung ajaran nilai-nilai Islam makrifat yang memiliki muatan spiritual, berisi ajaran kepada umat manusia yang ingin mengetahui kesejatian hidup.

Dalam ajaran Islam Kejawen, wahyu identik dengan kasf atau pesan dari Tuhan kepada umat manusia, berisi ajaran-ajaran agar manusia dapat hidup sesuai dengan kebaikan, kebajikan dan kebenaran.

Sedangkan Kolo waktu dalam ejaan bahasa Indonesia artinya waktu. Sebo artinya menghadap. Dalam istilah modern, seba bisa diartikan sebagai tempat untuk menghadap raja. Namun dalam konteks mistisme-spiritualisme Jawa, sebo identik dengan menghadap kepada Yang Maha Kuasa, yang dalam Islam adalah Allah.

Malam itu Geng Wahyudi selain memperingati Hari Jadi ke 59 DHC BPK'45, juga melaksanakan ruwatan jawi ngirit banteng terhadap ketiga anaknya yang urut-urutannya perempuan-laki-laki. Ruwatan dalam Islam disebut ruqyah yang secara etimologi syariat adalah doa dan bacaan-bacaan yang mengandung permintaan tolong dan perlindungan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dari segala bentuk kesialan.

"Semoga dengan ruwatan ini segala yang kami harapkan, termasuk langkah-langkah DHC BPK'45 sendiri ikut mendapatkan berkah atas niat baik bersama," tandas Geng Wahyudi.

Ia mengakui memang DHC BPK'45 belum maksimal dalam mensosialisasikan dalam menumbuhkembangkan nilai kejuangan 45 kepada generasi muda khususnya kaum milenial lantaran terbatasnya ruang, waktu, tenaga dan biaya.

"Namun kami sebagai generasi penerus '45 akan terus berupaya memberikan pemahaman kepahlawanan, patriotisme dan  kejuangan Generasi '45 kepada generasi milenial. Kami tak akan lelah," kata Geng.

Para pengurus dan puluhan anggota DHC BPK '45 hadir dalam acara wayangan dan ruwatan memperingati Hari Jadi ke 59 di halaman rumah Geng Wahyudi di Desa Karangduren, Kecamatan Pakisaji, Kabupaten Malang malam itu.(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Sholihin Nur
Sumber : TIMES Malang

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES