Kopi TIMES

Utang Moral Duet Prabowo-Sandi

Sabtu, 23 Maret 2019 - 22:07 | 537.45k
Dr. Mohammad Nasih (Ilustrasi: TIMES Indonesia)
Dr. Mohammad Nasih (Ilustrasi: TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, JAKARTADUKUNGAN kepada pasangan duet Prabowo-Sandi terlihat kian menguat. Gempuran wacana pelemahan yang dirilis secara cukup bertubi-tubi oleh banyak lembaga survei yang cukup terkenal tidak membuat para pendukung pasangan ini kehilangan militansi. Terlebih memang lembaga-lembaga survei itu telah terbukti meleset jauh dalam menyampaikan prediksi hasil Pilkada untuk Jateng, Jabar, dan terutama DKI.  

Itu membuat lembaga-lembaga survei itu kehilangan kredibilitas, karena diduga telah melacurkan diri kepada pemesan survei sehingga rilis hasil survei mereka patut diduga termasuk bagian dari strategi untuk melemahkan pihak lawan politik. 

Di berbagai tempat atau daerah yang Prabowo-Sandi datang, baik secara bersamaan maupun sendiri-sendiri, sambutan massa tidak pernah tidak meriah, bahkan bisa dibilang sangat meriah. 

Antusiasme massa itu menandakan bahwa ada harapan besar kepada pasangan penantang petahana ini. Mereka datang tanpa bayaran, bahkan tidak jarang dalam pertemuan massa berjumlah besar itu mereka mengumpulkan dana untuk yang mereka sebut dengan dana perjuangan politik menghadapi Pilpres 2019 yang pasti membutuhkan logistik tidak kecil. Sebab, mereka sangat menyadari bahwa dalam aspek logistik Pemilu, terutama untuk pengamanan suara yang membutuhkan banyak SDM, kekuatan logistik pasangan Prabowo-Sandi pastilah tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan petahana. 

Para pendukung pasangan Prabowo-Sandi tentu saja tahu dengan pasti bahwa Prabowo berasal dari keluarga terpandang. Bukan hanya karena kakek dan juga ayahnya sudah merupakan para bangsawan, tetapi juga memiliki keterampilan hidup yang membuat mereka berlimpah secara finansial. Demikian pula Sandi. Ia merupakan pebisnis ulung dan memiliki harta kekayaan dengan jumlah yang terbilang fantastis untuk orang muda seusianya, karena asetnya mencapai jumlah triliunan. 

Namun, para pendukung Prabowo-Sandi tetap memberikan kontribusi berupa tabungan-tabungan mereka dengan penuh keikhlasan. Ada yang mengambil tabungan, ada pula bahkan yang menjual sebagian tanah mereka untuk menunjukkan keseriusan memberikan kontribusi dukungan logistik. Mereka menunjukkan bahwa dukungan politik itu mereka berikan secara total, bukan hanya dukungan moral dan spiritual, tetapi juga finansial. 

Memang, kekuatan logistik petahana tentu saja sangat besar karena di samping petahana bisa dengan sangat leluasa memanfaatkan program-program pemerintah yang itu berarti bisa dikatakan 'unlimited', para pemilik kapital, berdasarkan pengalaman, juga lebih memilih untuk berada di belakang petahana. Ditambah lagi, petahana menguasai seluruh struktur kenegaraan yang walaupun seluruh aparatusnya seharusnya netral, tetapi sudah menjadi rahasia umum selalu bisa dimanfaatkan oleh pemegang kekuasaan.

Singkatnya, petahana memiliki “segala-galanya”. Sedangkan penantang pastilah dalam keadaan sangat terbatas.

Walaupun karena aksi-aksi dukungan mereka tidak sedikit di antara mereka menghadapi tekanan, sebagiannya lagi bahkan telah diproses secara hukum karena hal-hal yang sangat sumir, tetapi semuanya itu tidak menyurutkan tekad mereka untuk memperjuangkan suksesi kepemimpinan nasional pada tahun 2019. 

Mereka seolah memiliki keberanian yang sama dalam menghadapi potensi risiko yang harus mereka tanggung. Kaum perempuan yang jamak disebut emak-emak, yang biasanya relatif apatis dalam politik, bahkan nampak lebih agresif dan atraktif dengan berbagai aksi untuk mengajak kepada pemilih agar memilih Prabowo-Sandi dengan mengusung isu ekonomi yang sekarang kian sulit dan harus diperbaiki secepatnya dengan mengganti presiden. 

Dalam beberapa kesempatan, Capres Prabowo, setelah melihat dengan mata kepala sendiri antusiasme para pendukung itu, menyatakan secara terus terang bahwa dia makin semangat. Itu berarti, Prabowo sendiri melihat bahwa antusiasme para pendukungnya melebihi apa yang ia bayangkan. Sepertinya Prabowo baru menyadari bahwa para pendukungnya adalah para pendukung militan yang memberikan dukungan bukan karena orientasi material. 

Prabowo dan Sandi mestinya juga harus menyadari bahwa sesungguhnya bukan mereka berdua yang menyebabkan militansi itu pada sebagian yang mendukung mereka. Sikap mereka itu lebih disebabkan petahana benar-benar tidak bisa lagi diharapkan untuk menampilkan kepemimpinan yang bisa membuat Indonesia menjadi lebih baik di masa depan.  

Walaupun, Prabowo-Sandi tidak pula bisa mereka anggap sebagai pemimpin ideal, tetapi Jokowi mereka anggap telah mengingkari banyak janjinya sendiri saat kampanye Pemilu 2014. Jadi, jika Prabowo-Sandi menang dalam Pilpres 2019, sesungguhnya itu bukan semata-mata karena kehebatan keduanya. Namun, ini karena momentum. Rakyat melihat bahwa petahana ternyata tidak seperti yang dibayangkan saat Pemilu 2014 lalu maju untuk pertama kali. 

Pencitraan yang melampaui batas juga perilaku elite-elite politik yang mengelilinginya telah membuat banyak rakyat menjadi tidak tahan dan menginginkan ada pemimpin baru yang bisa memberikan harapan baru. Jika yang dipilih sebagai pengganti ternyata melakukan hal yang sama, maka dalam Pemilu berikutnya, mereka akan melakukan hal yang sama.

Karena itu, kesediaan mereka untuk melakukan perjuangan politik tersebut dengan kesukarelaan membuat pasangan Prabowo-Sandi memiliki utang moral yang sangat besar. Tidak sedikit yang sebelumnya apatis dalam politik, atau selalu hanya menyatakan sikap netral karena demi menjaga hubungan baik dalam masyarakat, kali ini menunjukkan sikap politik dan keberpihakan yang cukup tegas, bahkan sangat jelas.

Harapan besar dengan pengorbanan yang besar harus dibayar dengan balasan yang juga besar. Bukan dengan uang atau imbalan material lainnya, tetapi dengan kebijakan politik yang benar-benar membuat rakyat bisa hidup dengan lebih baik. Jika tidak, maka kekecewaan para pendukung tersebut juga akan sangat besar. Ini sangat berbeda dengan psikologi pemilih yang memilih karena mendapatkan imbalan. Mereka akan relatif menerima apa pun kualitas moral pejabat yang mereka pilih, karena mereka telah merasa bahwa hal itu disebabkan oleh perilaku mereka  sendiri yang pragmatis.

Akhirnya, pasangan Prabowo-Sandi harus mempersiapkan diri sebagai pemimpin yang benar-benar memberikan pelayanan optimal kepada rakyat. Jika mereka benar-benar terpilih, sesungguhnya itu karena usaha orang-orang yang benar-benar menginginkan suasana kehidupan kenegaraan yang baru. 

Jika sebelumnya kekuasaan lebih menunjukkan sebagai sarana bagi pihak-pihak berkapital besar untuk memuluskan kepentingan mereka memperbesar penguasaan atas sumber daya alam Indonesia, maka Prabowo-Sandi harus menjadikan seluruh struktur negara untuk memberikan pertolongan kepada rakyat. 

Prabowo Sandi harus berani menutup pintu terhadap para pengusaha hitam yang pada saat Pemilu memilih jalan aman. Akan sangat heroik jika Prabowo benar-benar mewujudkan janji untuk mengembalikan lahan yang kini dikuasainya kepada negara, agar bisa dimanfaatkan secara optimal oleh rakyat, walaupun penguasaannya dilakukan dengan cara yang sesuai peraturan perundang-undangan, bahkan sesungguhnya bertujuan agar tidak dikuasai asing. 

Dengan jabatan sebagai presiden dan wapres, duet Prabowo-Sandi sudah memiliki kesempatan untuk berbuat jauh lebih besar, bahkan terbesar dan terbaik untuk negara Indonesia dengan kebijakan-kebijakan politik yang berpihak kepada negara dan rakyat banyak. Wallahu a’lam bi al-shawab. (*)

*) Dr. Mohammad Nasih, Pengajar di Program Pascasarjana Ilmu Politik UI dan FISIP UMJ, Guru Utama di Rumah Perkaderan Mohammad Nasih Institute Semarang (monashinstitute.or.id)

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES