Peristiwa Daerah

Ngajitani Smart Farming: Menyiapkan Generasi Milenial Jadi Miliarder

Jumat, 22 Maret 2019 - 19:49 | 137.43k
Peserta kegiatan Ngajitani di Pondok Pesantren Pertanian Al-Fatawi di Desa Seletreng, Kepongan Situbondo. (FOTO: Abdus Salim for TIMES Indonesia)
Peserta kegiatan Ngajitani di Pondok Pesantren Pertanian Al-Fatawi di Desa Seletreng, Kepongan Situbondo. (FOTO: Abdus Salim for TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, SITUBONDO – Pondok Pesantren Pertanian Al-Fatawi di Desa Seletreng, Kepongan Situbondo, Jawa Timur, menjadi pesantren pionir atau pertama yang menginisiasi pembelajaran smart farming kepada para santrinya. Sebanyak 25 orang peserta mengikuti kegiatan Ngajitani, mereka dilatih menggunakan RITx Bertani, sebuah aplikasi smart farming yang sudah bisa diunduh dengan melalui google play atau playstore. 

Aplikasi ini sudah terintegrasi dengan perangkat digital lainnya seperti sensor tanah dan cuaca yang dipasang di lahan dan berbasis big data. Sehingga petani milenial bisa memanfaatkan informasi dan data yang tersaji dalam aplikasi sesuai kebutuhan untuk mendukung kegiatan onfarm-nya, termasuk mengetahui berapa cost production dari komoditas yang ditanam dan hambatan-hambatan alam lainnya yang perlu diantisipasi sejak awal di lokasi tanam atau lahannya.

“Alat sensor yang dimiliki/dipasang di lahan demplot sementara ini mempunyai coverage area 500 meter, selama lahan petani jangkauan dalam jangkauan alat maka aplikasi RITx Bertani ini tools nya bisa diakses secara utuh, ke depannya masih akan terus ditingkatkan lagi kapasitasnya,” ujar Wim Prihanto selaku Chief Data Officer PT. MSMB Jakarta.

Pemaparan smart farming yang dikemas dalam bentuk Ngaji Tani ini tidak hanya dihadiri oleh santri tani, tapi juga beberapa stakeholder pertanian lainnya. Turut hadir di antaranya perwakilan mahasiswa pertanian dari Jember dan Malang, pengurus Inkoptan (Induk Koperasi Tani Nelayan), Pengurus Gempita (Gerakan Pemuda Tani) dan LPP NU Jatim. 

Pengasuh Pondok Pesantren Al-Fatawi, K Durrul Izza Al-Fatawi  berharap, dengan dikenalkannya para santri pada teknologi smart farming ini bisa menjadi bekal dan pemicu semangat untuk terus menekuni dunia pertanian dengan segala tantangannya di kemudian hari, karena teknologi berbasis digital adalah sebuah keniscayaan. 

Melihat antusiasme peserta dan stakeholder yang hadir dan memberi dukungan pada pesantrennya, ia mengakui dan merasa seolah tidak lagi sendiri dalam menempuh 'jalur sunyi' dengan menjadi pengasuh di pesantren pertanian yang masih dikategorikan minim fasilitas dan juga SDM yang terbatas ini.

“Dukungan sekecil apapun dari rekan-rekan yang telah hadir di pesantren kami ini tentu sangat berharga bagi kami dan semoga menjadi amal jariyah dan barokah,” tuturnya.

Sementara, dalam kegiatan itu dipaparkan pula tentang ekplorasi potensi lokal yang disampaikan Abdus Salim, founders sekaligus penggerak Komunitas Ngajitani Nusantara.

Salim menjelaskan potensi tanaman mimba (neem) yang banyak tumbuh di sekitar lingkungan pesantren, di pinggir-pinggir jalan dan sebagai pembatas lahan, bahkan melihat populasinya mimba merupakan tanaman utama di daerah tersebut yang keberadaannya tentu harus dianggap sebagai anugerah. 

Tanaman mimba atau neem ini adalah penghasil utama bahan aktif pada pestisida yaitu azhadirechtin, di samping fungsi lain yang sangat banyak manfaatnya bagi dunia industri, baik untuk kosmetik maupun farmasi. 

Salim juga menyarankan agar Ponpes Pertanian Al Fatawi perlu menyusun rencana strategis lebih lanjut supaya tanaman mimba ini bisa menjadi produk andalan santri milenial. Mengingat secara teori dan keilmuan ilmiahnya tanaman mimba terbukti bisa menjadi mesin uang di negara lain, misalnya di India. 

Ia mengatakan, bila dipelajari lebih dalam bagan pohon industrinya, jelas menunjukkan bahwa hampir seluruh bagian mulai dari daun, bunga, biji, dan kulit pohon dari tanaman mimba ini bisa menjadi bahan baku atau raw material industri obat pertanian, kosmetik, dan farmasi.

“Itulah pentingnya kita ngajitani, dengan membaca potensi lokal dibumbui sentuhan teknologi apalagi berbasis smart farming, bukanlah hal yang mustahil jika pesantren ini kedepan bisa mencetak santri milenial untuk menjadi milyader,”  ujar Salim menutup paparannya dalam kegiatan Ngajitani smart farming di Situbondo. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Ferry Agusta Satrio
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES