Pendidikan Kerja Cetar Gubernur Jatim

Buka Mindset Mahasiswa Unisma, Ini Kata Prof Mas'ud Said soal Orientasi Pembangunan Jatim Cetar

Jumat, 22 Maret 2019 - 14:12 | 121.56k
Direktur Pasca Sarjana Unisma Malang yang juga Ketua ISNU Jatim, Prof Mas'ud Said. (FOTO: Dok. TIMES Indonesia)
Direktur Pasca Sarjana Unisma Malang yang juga Ketua ISNU Jatim, Prof Mas'ud Said. (FOTO: Dok. TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, MALANG – Direktur Pasca Sarjana Unisma Malang yang juga Ketua ISNU Jatim, Prof Mas'ud Said mengungkap orientasi pembangunan di Jatim Cetar. Ia mengungkapkan, orientasi pembangunan Pemprov Jatim saat ini adalah pembangunan berbasis kewilayahan (spatial policy development).

Hal itu diungkapkan Mas'ud dalam acara Dialog Nasional yang diselenggarakan oleh BEM Fakultas Ilmu Administrasi Unisma Malang, Kamis 21 Maret 2019 di Aula Oesman Mansyur, kampus setempat.

Mas’ud menjelaskan, orientasi pembangunan era kepemimpinan Gubernur Jatim Dra Hj Khofifah itu terungkap dalam paparan gubernur di depan Dirjen Otonomi Daerah Kemendagri RI serta pimpinan dan anggota DPRD Jatim.

"Pola pembangunan kewilayahan berbeda dengan orientasi pembangunan sektoral seperti yang dijalankan pemprov di era gubernur sebelumnya," jelas alumnus Flinders University, Australia ini.

Pembangunan sektoral, kata dia, merupakan strategi pembangunan sektoral yang lebih bertumpu pada sektor-sektor tertentu. Misalnya, sektor pertanian, sektor industri, perdagangan, pekerjaan umum dan infrastruktur, ketenagakerjaan, pendidikan dan sektor-sektor yang lain. 

"Kelemahan dari pendekatan sektoral ini ialah kemajuan agregat sektoral tak menjamin kemajuan daerah-daerah lain yang miskin. Akibatnya jumlah daerah miskin lamban pengentasannya. Sedang daerah yang maju berjalan semakin cepat," papar ketua Yayasan Sabilillah Malang ini. 

Bagaimana hasilnya? Menurut Mas'ud, selama bertahun-tahun Indonesia dan Jatim dulu sukses dalam pengembangan sektor ekonomi.  Namun di sisi lain banyak daerah tertinggal. Tak ada infrastruktur dasar maupun akses pembangunan. Tak terkecuali di Jatim.

Bagaimana dengan pendekatan kewilayahanProf Mas’ud Said menjelaskan, pendekatan kewilayahan ini sesungguhnya sangat dekat dengan falsafah geografis Jatim. Di mana Jatim merupakan sebuah provinsi yang terdiri dari berbagai kepulauan dengan ciri geografis yang terpecah dalam berbagai budaya. 

"Jawa Timur yang luas dan heterogen ini tak boleh dipandang sama kebutuhannya, dalam pandangan ini tak bisa kita menyamakan kondisi Madura dengan Tapal Kuda. Atau menyamakan keadaan Ngawi dangan Banyuwangi," paparnya.

Mas’ud mencotohkan, di Jatim misalnya. Keadaan empay kabupaten di Pulau Madura dengan keadaan di Mataraman yaitu Madiun, Pacitan, Trenggalek, dan Kabupaten Tulungangung. Dalam satu wilayah Jatim, namun perkembangannya sangat jauh.

"Di sinilah pola pembangunan kewilayahan sangat tepat. Kelebihan pendekatan ini adalah lebih mementingkan pemerataan daripada pertumbuhan belaka. Pendekatan ini lebih adil dan akan banyak menolong daerah miskin. Karena prioritasmya adalah daerah-daerah miskin di pinggiran dan perdesaan," jelas Mas'ud.

Dengan perubahan orientasi pembangunan ini, konsekuensinya perencanaan pembangunan di Jatim harus diubah. Itu karena dalam pendekatan pembangunan kewilayahan berbeda dengan pendekatan sektoral yang tak memperhatikan kondisi riil daerah. Akibatnya adalah pembiaran terhadap ketimpangan daerah.

"Perencanaan anggaran dan fokus pembanguan akan berpihak pada kaum miskin dan wilayah administrasi daerah yang tertinggal," jelas Direktur Pasca Sarjana Unisma Malang yang juga Ketua ISNU Jatim, Prof Mas'ud Said. Di sinilah Jatim Cetar yang menjadi spirit pemprov akan diterapkan. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Rochmat Shobirin
Sumber : TIMES Malang

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES