Cek Fakta Fakta atau Hoaks

[CEK FAKTA] Budayawan Ridwan Saidi Sebut Anggaran Sidang Isbat Rp 8 Miliar di ILC

Jumat, 22 Maret 2019 - 00:48 | 624.27k
Budayawan Ridwan Saidi saat menjadi pembicara dalam ILC (FOTO: Youtube ILC)
Budayawan Ridwan Saidi saat menjadi pembicara dalam ILC (FOTO: Youtube ILC)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Budayawan Ridwan Saidi dalam talk show ILC Karni Ilyas menyebutkan bahwa anggaran 'melihat bulan' alias penentuan awal Ramadan dan Idul Fitri dianggarkan Kemenag RI sebesar Rp 8 miliar. Benarkah? Berikut Cek Fakta TIMES Indonesia.

PERNYATAAN:

"....Sekarang ini melihat bulan dianggarkan 8 miliar. Padahal kan kita tinggal nongak ke atas. Itu 8 M. Jaman Belanda gak ada," ucap Ridwan Saidi dalam acara ILC yang diasuh Karni Ilyas.

CEK FAKTA:

Berdasarkan fatwa Majelis Ulama Indoneia (MUI) nomor 2 tahun 2004 tentang penetapan awal Ramadhan, Syawal, dan Zulhijjah, Kementerian Agama melalui Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam diberi kewenangan untuk menyelenggarakan sidang Isbat (penetapan awal bulan). Dalam pelaksanaannya, Kementerian Agama bekerja sama dengan seluruh Ormas Islam yang ada di tanah air.

Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, Kemenag RI, Muhammadiyah Amin mengungkapkan, pada 2018, untuk isbat Syawal, anggarannya Rp78.880.000. Biaya tersebut untuk transportasi peserta dan konsumsi," ujarnya saat dihubungi Tempo.

Pada bagian lain, dalam rilis yang diterima TIMES Indonesia, dari Biro Humas, Data, dan Informasi Setjen Kemenag, Mastuki, mengungkapkan bahwa Dirjen Bimas Islam Muhammadiyah Amin mengatakan bahwa anggaran sidang isbat pada tahun 2018 hanya sebesar Rp 320 juta. Rincian sidang isbat awal Ramadhan Rp 136 juta, awal Syawal sebesar Rp 97 juta, dan awal Zulhijjah Rp 87 juta. 

Adapun untuk anggaran sidang isbat tahun 2019 naik menjadi Rp 510 juta untuk 3 kali sidang isbat. Kenaikan anggaran ini atas berpedoman kepada peraturan Menteri Keuangan tentang standar biaya masukan. Anggaran sebesar itu diperuntukkan untuk transport dan konsumsi peserta sidang yang berasal dari Ormas Islam, Akademisi, Pakar Ahli Hisab Rukyat, dan Pimpinan Pondok Pesantren. Sidang isbat juga dihadiri oleh para Duta Besar Negara Sahabat. 

Amin mengatakan jika penetapan tanggal 1 bulan Ramadhan, Syawal dan Zulhijjah di Indonesia menjadi perhatian tersendiri. Hal ini mengingat perbedaan prinsip perhitungan dalam ilmu hisab pada setiap ormas Islam yang ada di Indonesia memiliki pedoman dan dasar hukum sendiri-sendiri dan tetap mempertahankan pendapatnya.

Di satu sisi, Guru Besar Ilmu Hadis ini menambahkan, ada pihak yang berpedoman pada rukyat. Sementara pada lain sisi, ada yang berpedoman pada hisab, sehingga penetapan awal bulan Qomariah sangat berkaitan dengan aspek ibadah, sosial dan ekonomi. 

Di sisi lain Direktur Penerangan Agama Islam, Ditjen Bimbingan Masyarakat Islam, Kemenag Ri Juraidi mengungkapkan bahwa penganggaran setiap sidang itsbat digunakan untuk menentukan awal Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijah, khususnya pada 2017/2018 tidak lebih dari Rp 105 juta. Ia menyampaikan itu pada Republika.

Untuk diketahui, penentuan awal bulan Ramadhan, Syawal dan Zulhijjah berkaitan erat dengan ibadah, seperti puasa, shalat idul fitri, pelaksanaan wukuf dan perayaan idul adha. Penentuan awal bulan tersebut berkaitan dengan hajat umat Islam di Indonesia, sehingga perlu diwujudkan kebersamaan dalam menciptakan iklim yang kondusif secara politik, hukum dan keagamaan di Indonesia. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Sholihin Nur

Fakta atau hoaks?
Jika Anda mengetahui ada berita viral yang hoaks atau fakta, silakan klik tombol laporkan hoaks di bawah ini.

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES