Peristiwa Internasional

Tertarik dengan Aliansi Pasifik, Indonesia Belajar dari Australia

Rabu, 20 Maret 2019 - 20:32 | 207.81k
Diskusi di Western Sydney University (FOTO: KJRI Sydney)
Diskusi di Western Sydney University (FOTO: KJRI Sydney)

TIMESINDONESIA, SIDNEY – Sejalan dengan semakin meningkatnya diplomasi ekonomi Indonesia dengan negara-negara dan atau kawasan-kawasan pasar tradisional, seperti di Afrika dan Amerika Latin, Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia (BPPK Kemenlu RI) sedang melakukan riset kebijakan mengenai Aliansi Pasifik. Salah satu referensi dalam riset tersebut adalah Australia, yang merupakan associate member pada organisasi Aliansi Pasifik.

Untuk belajar dari pengalaman Australia, delegasi BPPK Kemenlu RI yang dipimpin oleh Dr Ben Perkasa Drajat, Kepala Pusat Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Kawasan Amerika dan Eropa, telah berkunjung ke Sydney, Australia pada 18-19 Maret 2019 lalu.

gambar pendukung TIMES IndonesiaDiskusi di University of Sydney. (FOTO: KJRI Sidney)

Delegasi Indonesia bertemu dengan institusi-institusi relevan bereputasi tinggi di Australia seperti Universitas Western Sydney, Lowy Institute, Universitas Sydney, dan Australian Institute of International Affairs NSW.

Drajat mengatakan, di bawah pemerintahan Presiden Joko Widodo, diplomasi ekonomi merupakan salah satu pilar penting dalam kebijakan luar negeri Indonesia. 

"Hal ini berarti penting untuk menjajaki pasar-pasar potensial yang belum disentuh, seperti kawasan Afrika dan Amerika Latin untuk melihat peluang-peluang ekonomi bagi Indonesia,” ujarnya. 

“Dan BPPK memainkan peranan signifikan untuk melakukan riset dan formulasikan saran kebijakan bagi proses pengambilan kebijakan,” lanjutnya.

Aliansi Pasifik (Pacific Alliance) terbentuk tahun 2011. Organisasi regional ini merupakan sebuah blok perdagangan Amerika Latin, beranggotakan Meksiko, Kolombia, Chile dan Peru dengan tujuan bersama untuk mencapai perdagangan bebas antar negara anggota. 

Australia telah menjadi associate member pada Aliansi Pasifik sejak 2018, bersama Kanada, Selandia Baru, dan Singapura. Sementara itu, Indonesia merupakan salah satu dari 55 negara peninjau di aliansi tersebut.

gambar pendukung TIMES IndonesiaDiskusi di Australian Institute of Internasional Affairs. (FOTO: KJRI Sidney)

“Kami ingin belajar dari pengalaman Australia sebagai associate member pada Aliansi. Beberapa pertanyaan yang telah kami tanyakan pada diri sendiri dan berharap mendapatkan masukan dari Australia antara lain, apa biaya dan keuntungan bagi Indonesia jika bergabung dengan Aliansi sebagai associate member,” ujar Dr Drajat dari BPPK Kemenlu RI mengajukan pertanyaan tersebut.

Dalam rangkaian pertemuan yang difasilitasi Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di Sydney ini, delegasi BPPK telah mendapat banyak saran dan masukan dari para pakar yang ditemui. 

Termasuk pandangan bahwa letak geografis yang jauh antara Indonesia dan kawasan Amerika Latin seharusnya tidak menjadi hambatan dalam meningkatkan hubungan ekonomi. Serta perlunya Indonesia terlebih dahulu memutuskan apa yang dibutuhkan dari kawasan atau dari negara-negara di kawasan tersebut.

“Salah satu pertanyaan kunci yang Indonesia perlu jawab terlebih dahulu sebelum memutuskan lebih lanjut untuk bergabung atau tidak sebagai associate member pada Aliansi Pasifik adalah apa yang Indonesia sangat butuhkan dari kawasan tersebut,” ujar salah satu pakar dari Australia yang ditemui delegasi Indonesia. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Ferry Agusta Satrio
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan
Sumber : TIMES Australia

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES