Kopi TIMES Universitas Islam Malang

Pendidikan Berbasis Tasawuf

Selasa, 19 Maret 2019 - 11:57 | 374.92k
Imam Syafi’i,S.Pdi,M.Pd, Dosen Fakultas Agama Islam Unisma Malang. (Grafis: TIMES Indonesia)
Imam Syafi’i,S.Pdi,M.Pd, Dosen Fakultas Agama Islam Unisma Malang. (Grafis: TIMES Indonesia)
FOKUS

Universitas Islam Malang

TIMESINDONESIA, MALANGTASAWUF merupakan upaya mensucikan diri dengan cara menjauhkan pengaruh kehidupan dunia, dan memusatkan perhatian hanya kepada Allah SWT. Adanya konsep pensucian dan mendekatkan diri kepada Allah swt dapat digunakan sebagai paradigma pendidikan spiritual dan akhlak, hal ini dikarenakan tasawuf mengajarkan untuk kembali kepada Allah swt yang merupakan fitrah manusia.

Pandangan Islam mengenai spiritual (religi) dan akhlah memerlukan dorongan kesadaran yang muncul dari hati manusia yang mengenali dirinya sendiri. Sehingga dalam mengeluarkan produk prilaku manusia dalam bentuk aksi atas interaksi dengan alam terjadi secara otomatis dengan penggerak hati yang sudah disadarkan terlebih dahulu untuk mengenal dirinya melalui praktek tasawuf dalam makna yang luas kepada Allah swt (taqarrub ilallah).

Dalam total gejala hidup kemasyarakatan, tampaknya pendidikan hanyalah merupakan salah satu jenis gejala yang timbul secara universal.Tasawuf sebagai paradigma pendidikan spiritual dan akhlak nampaknya harus ditumbuhkan secara maksimal (Mahmud,2004:23). Kehidupan modern merupakan tantangan dan problematika tersendiri untuk tasawuf, yang menyebabkan manusia memiliki pola pikir dan prilaku yang didominasi aspek materi.

Tidak hanya itu, diera modern terjadi perubahan kemajuan hampir disemua aspek, seperti ekonomi, pendidikan, social, budaya dan politik. Sebagian manusia ada yang dapat mengikuti perkembangan kemajuan dan sebagian tertinggal dengan kemajuan tersebut. Akibat dari perubahan tersebut, banyak manusia secara individu menyimpan problem psikis dan fisik.

Tasawuf sebagai ajaran Islam yang mengajarkan untuk mendekatkan diri pada Allah swt, dengan melakukan penyucian diri merupakan jalan yang ditempuh sebagai solusi manusia ketika kemajuan terus berjalan sedangkan manusia tidak bisa menyesuaian dan mengejarnya.

Keresahan terhadap individu yang menyebabkan penimbunan problem psikis dan fisik terutama dalam pendidikan spiritual dan akhlak inilah yang menjadi penting bagi manusia apalagi mahasiswa. Adanya penerapan tasawuf pada realita pada kehidupan modern memberikan bukti yang nyata bahwa tasawuf digunakan sebagai paradigma pendidikan spiritual dan akhlak tidak hanya menjadi sebuah konsep, namun mengarah pada problem solving sebagai perubahan pola pikir individu dan alternative pengisian kekosongan spiritual dan akhlak. Melalui ajaran tasawuf manusia bisa mengisi kekosongan spiritual dan membentuk nilai – nilai mulia yang nantinya akan teraplikasi melalui akhlak mulia.

Oleh karenanya, pendidikan tasawuf semakin penting dan mendesak melihat situasi yang dihadapi zaman ini.

Pengaruh globalisasi yang menawarkan (disamping sesuatu yang positif), ada nilai ekses negatif, seperti konsumerisme, seks bebas, narkoba, pelampiasan nafsu manusiawi dengan melupakan hidup imani dan rohani. Kemerosotan moral berbangsa masyarakat kita; korupsi, pemerasan, pencurian, penindasan, gratifikasi seks, pelacuran bukan barang asing lagi.

Pasar bebas yang menyebabkan hanya orang yang bermutu dan kuat dapat menang, sedangkan yang lemah dan tidak bermutu akan mati. Lapangan kerja yang makin sempit, persoalan hidup yang makin kompleks, dan membutuhkan semangat dan daya juga dalam hidup ini. Kepekaan sosial masyarakat yang makin berkurang dan perkembangbiakan individualisme yang makin tinggi di zaman ini.

Pendidikan Tasawuf

         Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (UU No. 20 Tahun 2003)

Kata pendidikan memiliki definisi yang bermacam – macam, namun yang akan disajikan adalah pendidikan dalam bahasa arab dan menurut teks-teks Islam yang dikenal dengan tarbiyah. Dalam sejarah Islam Ibnu Faris yang wafat sekitar tahun 395 H mengemukanan definisi pendidikan (tarbiyah) secara umum maupun khusus. Pendidikan adalah perbaikan, perawatan, dan pengurusan terhadap pihak yang dididik dengan menggabungkan unsur – unsur pendidikan di dalam jiwanya, sehingga ia menjadi matang dan mencapai tingkat sempurna yang sesuai dengan kemampuannya.

        Adapun unsur – unsur tarbiyah ‘pendidikan’ tersebut adalah pendidikan ruhani, pendidikan akhlak, pendidikan akal, pendidikan jasmani, pendidikan agama, pendidikan social, pendidikan politik, ekonomi dan pendidikan estetika (Mahmud, 2004).

Konsep Pendidikan berbasis Tasawuf

        Menurut Attiyah al-Abrasyi, tujuan pokok pendidikan Islam yaitu pendidikan budi pekerti dan pendidikan jiwa (mental spiritual). Secara umum yang menjadi dasar dalam pendidikan adalah mempersiapkan peserta didik untuk mampu menjalankan kehidupan (preparing children for life) bukan sekedar mempersiapkan peserta didik untuk sebuah pekerjaan. Sehingga dengan kata lain dapat dikatakan pendidikan bertujuan membantu anak didik untuk dapat memuliakan hidup, artinya pendidikan ditantang tidak hanya membantu peserta didik agar hidupnya berhasil, tetapi membantu agar hidupnya lebih bermakna. Untuk itu dalam mendidik anak tidak bisa lepas dari ajaran Islam yang berintikan pada ajaran akidah, ibadah, syariat, dan akhlak, yang semuanya mengacu kepada pendidikan akhlak dan pembinaan mental spiritual.

           Dalam ajaran Islam ada beberapa metode (jalan atau cara) yang ditempuh dalam melaksanakan pendidikan akhlak dan pembinaan mental spiritual Salah satu diantaranya adalah melalui metode pendidikan tasawuf (tazkiyah al-nafs atau pembentukan jiwa Islami). Dalam ayat-ayat al-Qur’an ditegaskan bahwa pendidikan mental merupakan misi atau tugas pokok dari risalah para nabi dan rasul, tujuan hidup bagi orang yang bertakwa, tempat bergantung keselamatan dan kesengsaraan manusia di dunia dan akhirat. Dengan demikian dapat dikatakan pembinaan mental adalah tugas pokok dan penting para nabi dan rasul Allah SWT, tugas ta’lim (pengajaran) dan takzir (peringatan). Ulama sebagai pewaris nabi berkewajiban untuk mengembangkan dan mensukseskan tugas spiritualisasi tersebut.

         Konsep pendidikan dalam tasawuf adalah tazkiyah al-nafs, sebab jika jiwa seseorang bersih maka kesadarannya akan menjadi tinggi, sebaliknya, jika jiwanya kotor kesadarannya menjadi rendah dan pikirannya tidak stabil.

       Selaras dengan hal tersebut di atas, ajaran Islam mengatakan bahwa hidup tidak boleh hanya dikendalikan kebutuhan jasmani, tetapi harus ada keseimbangan antara kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani. Idealnya keseimbangan rohani harus lebih tinggi daripada keseimbangan jasmani, sehingga dominasi jasmani (ragawi) tidak akan mempengaruhi rohani (jiwa).

        Untuk tazkiyah al-nafs dengan cara Zikir tazkiyah ini diperlukan sebagai sarana untuk mengingat Allah dan sebagai sarana pembersih jiwa. Allah telah memberikan panduan dan tata cara untuk membersihkan jiwa manusia melalui rasul utusanNya. Peribadatan yang diajarkan oleh para rasul adalah tata cara pembersihan jiwa secara umum, seperti salat, membaca al-Qur’an, puasa, zakat dan haji. Sedangkan tata cara yang lebih khusus dijadikan sebagai sarana untuk membersihkan jiwa yaitu dengan zikir. Karena memang zikir ini yang merupakan alat pencuci jiwa. (*)

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : AJP-5 Editor Team
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES