Kesehatan

Penderita Gangguan Prostat Bisa Operasi Tanpa Sayatan

Minggu, 17 Maret 2019 - 16:47 | 710.80k
Proses TURP pasien gangguan prostat di RSUD dr Harjono Ponorogo. (FOTO: Istimewa for TIMES Indonesia)
Proses TURP pasien gangguan prostat di RSUD dr Harjono Ponorogo. (FOTO: Istimewa for TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, PONOROGO – Penderita gangguan prostat kini tak perlu lagi takut ketika dokter menyarankan untuk operasi. Menurut dr. Riza Mazidu spesialis urologi RSUD Harjono Ponorogo, operasi prostat tanpa sayatan atau lebih dikenal dengan nama Trans Urethral Resection of Prostate (TURP).

Setiap hari ada 4-5 pasien dilakukan operasi TURP di rumah sakit tempatnya bekerja.

Menurutnya, tindakan operasi prostat bisa dilakukan dengan dua cara yakni teknik operasi dengan sayatan dan tanpa sayatan.

Dengan sayatan membuka kandung kemih, dengan resiko perdarahan, kebocoran, sampai infeksi. Operasi dengan dibukanya kandung kemih memerlukan perawatan di rumah sakit lebih lama dan nyeri yang ditimbulkan juga lama.

"Operasi tanpa sayatan dikenal dengan nama Trans Urethral Resection of Prostate. Operasi kerok prostat memiliki keuntungan seperti, tidak ada sayatan pisau operasi, resiko pendarahan lebih ringan, proses penyembuhan lebih cepat, waktu rawat inap lebih singkat," kata dr Riza Mazidu, Minggu (17/3/2019).

Menurut dr Riza, proses operasi butuh waktu sekitar 30-60 menit. Pasien dalam kondisi sadar meskipun dilakukan pembiusan, sehingga bisa berinteraksi dengan dokter operator saat operasi.

Prostat akan dikerok menggunakan alat yang dimasukan melalui saluran kencing sehingga tidak diperlukan luka sayatan. "Tetap dipasang selang kateter selama 3-4 hari selama dirawat di rumah sakit," ungkapnya.

Dia menjelaskan, operasi tersebut diperuntukkan bagi pasien yang mengalami pembesaran prostat jinak saja. Yaitu, kondisi ketika kelenjar prostat mengalami pembengkakan, namun tidak bersifat keganasan. Pada kondisi normal kelenjar prostat merupakan sebuah kelenjar berukuran kecil yang terletak pada rongga pinggul antara kandung kemih dan penis.

Kelenjar prostat menghasilkan cairan yang berfungsi untuk menyuburkan dan melindungi sel-sel sperma. Pada saat terjadi ejakulasi, prostat akan berkontraksi sehingga cairan tersebut akan dikeluarkan bersamaan dengan sperma, hingga menghasilkan cairan semen.

Kelenjar prostat hanya dimiliki kaum pria, sehingga tidak akan ada penderita prostat dari kaum hawa. Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) ditandai dengan gejala selalu ingin kencing, terutama pada malam hari. Sering disertai nyeri saat kencing. Tak jarang malah ditandai dengan beser, tidak bisa menahan kencing. Sulit mengeluarkan air kencing meski sudah mengejan, air kencing tersendat-sendat sampai tidak bisa kencing sama sekali.

Menurut dokter Riza secara spesifik penyebab pembesaran prostat jinak masih belum diketahui, karena secara umum prostat terus tumbuh selama hidup. Perubahan pada kadar hormon seksual akibat proses penuaan. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan
Sumber : TIMES Ponorogo

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES